Kalo cemburu mah bilang, enggak usah gengsi!
🎬
Jam dinding telah menunjukkan pukul 19.30, sewaktu Christy--Mami Ruby baru saja menapakkan kakinya diruang tamu.
"Mam!" seru Ruby sembari berlari ke arah Christy.
"Mami kangen banget sama Ruby." lirih Christy, sembari mendekap Putri tunggalnya dalam pelukan hangatnya.
"Ruby juga kangen, Mami." balas Ruby sambil menitikkan air matanya.
Lalu, kedua perempuan berbeda generasi itu tetap saling berpelukan selama beberapa menit, guna melepas rindu yang sudah sebulan lebih terpendam.
"Ruby, udah makan, Sayang?" tanya Christy setelah ia melepaskan dekapannya dari Sang Putri.
Ruby menggeleng pelan menanggapi pertanyaan Maminya, "Ruby nungguin, Mami. Mau makan sama Mami," lirihnya.
Christy kembali mendekap Putri tunggalnya itu. Perasaan haru menyelimutinya ketika mendengar suara lirih Sang Putri.
"Sekarang, kita makan sama-sama, yuk! Mami bawa makanan, nih." ujar Christy sembari melepaskan pelukannya, "Jangan nangis lagi, dong." pinta Christy sambil mengelap air mata Ruby.
"Abisnya Ruby kangen banget sama Mami," lalu Ruby kembali masuk ke dalam pelukan hangat Sang Ibu. Christy menggeleng-gelengkan kepalanya melihat rengekan Sang Putri.
"Nanti 'kan bisa peluk Mami lagi. Sekarang, kita makan dulu, Mami udah laper, nih." rayu Christy yang dijawab anggukan pelan oleh Ruby.
🎬
Christy menatap penuh haru pada Putrinya--Ruby--yang berada di sebelahnya dan tengah menyantap makam malamnya dengan nikmat.
Perjuangannya selama enam belas tahun untuk membesarkan Ruby, rasanya tidak sebanding dengan kebahagiaan yang ia peroleh setiap harinya. Meski ia menjadi orang tua tunggal untuk Ruby, ia tetap bisa mendidik anak itu menjadi seorang gadis tangguh.
Untung saja dulu ia mempertahankan Ruby, walau semua orang menolak kehadiran gadis ini. Jika seandainya dulu ia juga menghilangkan gadis ini, entah bagaimana dunia Christy sekarang. Bersama Ruby, semuanya terasa lebih mudah. Kehadiran Ruby, membuat dunianya menjadi lebih berwarna. Terlepas dari alasan Ruby hadir di dunia ini, Christy lebih peduli dengan perkembangan Putrinya itu.
Mungkin, perbuatanya enam belas tahun silam memang tidak bisa dikatakan baik, apalagi benar. Tapi, terlepas dari semuanya itu, kehadiran Ruby bukanlah suatu kesalahan. Ia adalah karunia terbaik yang Tuhan titipkan padaya, dan Christy berjanji, sekeras dan sekejam apapun dunia ini, ia akan tetap berada disamping Ruby. Darah dagingnya.
"Mami kok nggak makan? Katanya tadi laper," Ruby membuyarkan lamunan Christy yang sudah melalang buana kepada kejadian beberapa tahun silam.
"Enggak kok, sayang. Mami nggak ngelamun. Mami cuman seneng aja ngeliat Ruby, makannya lahap banget." Christy mengakhiri ucapannya dengan senyum khas seorang Ibu.

KAMU SEDANG MEMBACA
LEONARD
Ficção AdolescenteKalau kamu percaya Jordan Archelaus Rodriguez adalah sosok sempurna. Kelihatannya. Tapi, memang mungkin sudah hukum alamnya, jika manusia yang hanyalah ciptaan tidak akan menjadi sempurna. Mungkin, manusia hanya akan sampai pada fase 'mendekati kese...