Aku memang tidak menganggap ucapan Kak Johnny kemarin sebagai isapan jempol belaka. Yang tidak kusangka adalah gunjingan-gunjingan ini mulai keterlaluan.
Rasanya aku bisa menangani ucapan orang-orang yang lewat di sekitar aku, Doyoung, ataupun Lucas yang menyerukan "nepotisme" di sekitar kami. Ya, mereka menganggap Kak Johnny memboikot acara pensi dan merekrut angggota-anggota teater dalam divisi "keren".
Apalagi Lucas. Dia bahkan dibicarakan terang-terangan sebagai bentuk nepotisme termasyhur di Tetronida mengingat ia adalah anak pertama pemilik yayasan. Entah di kelas, di lapangan saat olahraga, bahkan di kantin gunjingan-gunjingan itu tetap terbeo.
Seperti saat ini.
Jahe menurunkan sendok makannya tidak napsu. "Apa sih mereka? Segitu pengennya jadi anak hits kali ya makanya sampe ngecerca se-worse ini!"
"Sok bahas nepotisme lagi!" geram Winwin dengan tatapan tajam ke hampir seluruh penjuru kantin. "Kontribusi di rapat aja nggak ada, sok ngerasa dicurangin!"
"Apalagi yang itu tuh, cewek perek satu yang kayaknya godain ketua teater biar dapet jabatan acara."
Mendengar ucapan dari gerombolan cewek yang ada di belakangku, Doyoung dan Lucas yang duduk di depanku langsung mengambil ancang-ancang berdiri. Serta-merta aku menahan tangan mereka seraya melotot. "Ngapain sih?!"
"Keterlaluan, Gwen!" pekik Doyoung tidak terima. "Tau apa mereka soal elo?!"
"Gue juga nggak terima!" sambung Lucas berapi-api. "Mulut mereka sama kotornya kayak otak mereka!"
"Ya trus mau kalian apain?!" tanyaku heran. "Cewek modal bacot doang diladenin! Kayak nggak ada yang lebih penting aja."
Doyoung kembali ke posisi duduk semula. Aku bisa mendengar ia mendengus kencang. Sementara Lucas menusuk baksonya kuat lalu menggigitnya dengan tampang superbete.
"Gue nggak tau sengebet hits apa anak-anak Tetronida," celetuk Jahe. Ia berusaha meredakan rasa jengkelnya dengan meneguk sampai tandas teh tariknya. "Padahal kata Kak Johnny aja bilang tanggung jawab itu bukan hadiah."
"Yo, wasap!"
Kak Ten datang sambil adu tos dengan kami. Ia lalu duduk di sebelah Doyoung. "Eh, kalian ikut latihan teater kan balik sekolah?" tanyanya.
"Ikut dong, latihan perdana," jawab Lucas hepi. "Lagian kan mau minta pendapat dari pelatih buat pensi nanti."
"Eh, iya, yang megang drama musikalnya elo sama Gwen ya?"
"Hooh," anggukku. "Mo sekalian konsul naskahnya."
"Sebenernya gue disuruh ke sini sama Johnny. Disuruh ngehibur kalian yang sedang diterpa bacot anak gagal hits Tetronida katanya," ucap Kak Ten sambil menaikkan alisnya. Ia menyomot jus jerukku hingga setengah tandas lalu pamit pergi. "Dadah, kawan-kawanku!"
"Emang elo udah kepikiran naskahnya?" tanya Doyoung begitu Kak Ten pergi.
"Udah sih, tapi ya gitu. Keknya bakal banyak dirombak," jawabku. "Yaaa, semoga saja konsep drama musikal gue nggak mengecewakan biar manusia-manusia nyinyir nan bacot di belakang gue diem."
Aku melirik dan kebetulan sekali bertepatan saat kelima orang di belakangku membuang muka dariku, hal yang otomatis membuat kawan-kawanku cekikikan melihat reaksi mereka yang disindir terang-terangan.
Balas dendam memang asyik.
***
Olah vokal memang bukan ajang cari perhatian ke gebetan. Serius! Isinya hanya kita mangap-mangap sambil teriak tanpa peduli ada lalat yang bisa saja hinggap ke dalam mulut.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Trouper
FanfictionJadi panitia pensi sebenarnya tidak ada keren-kerennya... ... apalagi kalau harus menjadi panitia sekaligus korban pemain sandiwara ulung yang mampu melakukan apa pun. Termasuk mengancam nyawamu. "Apalagi yang semesta rahasiain dari gue?" © April, 2...