Author's Point of View
First: The Grubby
Derap langkah tegap itu memekakkan telinga gadis kecil yang berdiri tak jauh dari pelaku kebisingan itu. Matanya nyalang, namun meredup ketika melihat bocah lelaki seusianya digeret oleh pria bising itu. Tangannya terus mengusap bawah matanya yang tak kunjung kering, sedangkan pria itu terus menyeretnya menyeberangi halaman, menuju sebuah mobil yang terparkir dekat dengan pot-pot besar berisikan tanaman hias.
Namun, sebuah benda yang secara buru-buru disembunyikan pria itu ke dalam jasnya membuat gadis tadi mengernyit. Ia tahu jelas benda itu karena beberapa kali mencoba mengenal tesktur permukaan benda itu dengan tubuhnya.
Gadis itu tahu sesuatu yang tidak beres terjadi.
Ia berlari menghampiri keduanya. Dengan polosnya ia menginjak tali sepatu bocah lelaki itu hingga terlepas dan membuat keduanya tersandung.
"Maaf!" Gadis itu membungkuk dalam.
Tak ada yang merespon ucapannya, entah si pria yang kini memasang senyum ramah maupun bocah lelaki yang kini berjongkok dan berusaha mengikat tali sepatunya. Gadis tadi berjongkok, memperhatikan tangan kurus bocah itu saksama.
Gadis kecil itu memiringkan wajahnya, berusaha menangkap ekspresi bocah di depannya. "Kamu bisa taliin sepatu kamu sendiri?"
Yang ditanya mendongak. Ia mengangguk pelan. "Bisa."
Gadis itu langsung semringah. Ia memajukan kaki kanannya lalu dengan sengaja melepas tali sepatunya sendiri. "Ajarin dong!"
Bocah itu menurut. "Kamu harus masukin tali yang ini ke sini."
Sebetulnya gadis itu tahu bagaimana cara mengikat tali sepatu, tapi ia memperhatikan bocah di depannya seakan ia tak tahu apa pun. Begitu tali sepatunya kembali terikat dengan rapi, ia tersenyum. "Makasih."
Pria yang sejak tadi memperhatikan kedua bocah itu tersenyum. "Kamu mau main sama Doyoung, Nak?"
Gadis itu mendongak, memandangi pria tadi dengan mata berbinar. Ia serta-merta mengangguk. "Iya, Gwensa mau main sama Doyoung. Ada banyak komik di tempat tunggu depan meja polisi tadi."
"Bagus. Om boleh titip Doyoung sebentar kan, Gwensa? Om lagi ada urusan."
"Oh, Om nggak mau acara nyembunyiin pisaunya diganggu anak kecil ya?" tanya Gwensa dengan wajah polos....
... yang seketika membuat senyum ramah Tuan Kim sirna.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Trouper
FanfictionJadi panitia pensi sebenarnya tidak ada keren-kerennya... ... apalagi kalau harus menjadi panitia sekaligus korban pemain sandiwara ulung yang mampu melakukan apa pun. Termasuk mengancam nyawamu. "Apalagi yang semesta rahasiain dari gue?" © April, 2...