Part 5

3.6K 323 44
                                    

Perth memberontak sekuat yang dia bisa, tubuhnya luar biasa bergetar ketakutan.

Kali ini apa yang akan dilakukan oleh pria jahat ini?

Saint membawanya ke Apartemen miliknya, tempat yang sama ketika kejadian itu terjadi. Dan hal ini semakin membuat Perth ketakutan.

“Kumohon… jangan…” Bisiknya pasrah, dia tak mampu lagi melawan, dia terlalu lemah.

Saint menarik Perth agar duduk di sofa, memastikannya duduk nyaman disana, kemudian dia sendiri duduk bersimpuh di lantai, tepat didekat kaki Perth.

“Katakan apa yang harus kulakukan agar kau memaafkanku” Lirih Saint pelan, dia pun tidak ingin semua ini terjadi, hal itu terjadi diluar kuasanya.

Ini semua karena punggung yang sialannya seksi itu!

Perth semakin memundurkan tubuhnya di sofa, mengangkat kakinya dan menekukknya di depan dadanya, dia tidak ingin disentuh lagi oleh Saint.

Pergerakan Perth tak luput dari pengamatan Saint, dia paham jika lelaki ini takut padanya, ini semua salahnya yang—

“Aku maafkan”

Saint tertegun.

Suara Perth yang serak dan bergetar menahan tangisnya membuat Saint ingin mendengarnya sekali lagi.

“Apa?”

Perth mengalihkan pandangannya, dia lebih memilih melihat rak buku milik Saint, “Aku sudah memaafkanmu”  Gumamnya.

Semudah itu?

Saint semakin menundukkan kepalanya, “Atas semua yang kulakukan padamu, semudah ini kau memaafkanku?” Tanya Saint tak habis pikir.

Perth berkedip polos, dia sebenarnya bingung. Dia sangat marah pada Saint, apa yang Saint lakukan padanya benar-benar sulit di maafkan. Tapi dia tidak ingin menambah meman hidupnya dengan membenci seseorang, itulah mengapa Perth lebih memilih memaafkannya.

“Kau tidak mau kumaafkan?” Tanya Perth pelan.

Saint langsung menggeleng, “Tentu saja aku ingin kau maafkan, aku hanya tidak menyangka jika kau akan memaafkanku semudah ini” Ujarnya kemudian.

Perth tersenyum, dia mulai rileks dengan suasana ini, dia tidak bisa terus-terusan menghindar seperti beberapa saat yang lalu. “Aku memaafkanmu, asalkan jangan berbuat seperti itu lagi”

Saint paham maksud Perth, “Aku berjanji”

Keduanya tersenyum, merasa lega karena satu masalah sudah terselesaikan.

“Boleh aku memelukmu?” Tanya Saint pelan.

Perth tersentak, “Kenapa harus memeluk?!”

Saint menggaruk lehernya yang tak gatal, “Aku selalu memeluk seseorang ketika meminta maaf”

Modus lu cong!

Perlahan keduanya mendekat, dan Perth langsung jatuh di pelukan Saint. Membiarkan pria itu mendekapnya dan mengelus punggungnya pelan. Rupanya Saint masih tergila-gila dengan punggung miliknya.

“Terima kasih” Bisik Saint, kemudian melepaskan pelukannya.

Berharap semua baik-baik saja setelah ini.

**

Saint menatap Perth yang sibuk memasak di dapur minimalisnya, lelaki berponi jamur itu memaksa ingin pulang tadi, namun tidak ia izinkan jika belum makan disini.

Perth menyetujuinya, namun satu lagi kesialan menimpanya. Saint dengan santainya memerintahkan Perth untuk memasak di Apartemennya.

“Aku kan tamu” Gerutu Perth sambil memotong wortel di hadapannya.

Saint yang duduk santai di meja makan terkekeh geli, “Aku lapar” Ucapnya.

“Aku juga lapar, tahu!”

“Aku tidak bisa memasak”

Perth merengut kesal, “Kau kan bisa beli makanan diluar, sangat tidak sopan menyuruh tamu untuk memasak!”

“Pengeluaranku bulan ini banyak sekali, aku harus berhemat” Jawab Saint enteng.

Alasan!

Perth meletakkan mangkuk berisi sup sayuran buatannya di hadapan Saint, “Makanlah!”

Saint mengangguk dan mulai menyantapnya.

Sebenarnya rasa Sup ini biasa saja, seperti Sup pada umumnya. Namun terasa berbeda ketika memakannya dihadapan Perth.

Lelaki itu juga sedang memakan masakannya sendiri dengan santai, tak sadar jika sedang ditatap oleh pria didepannya.

Kepala Saint mendadak pening ketika bayangan malam panas itu berseliweran di pikirannya. Astaga! Tidak bisakah otaknya berbaik hati sekarang? Dia baru saja berbaikan dengan Perth, jangan sampai karena pikiran kotornya itu malah membuatnya menyerang kembali lelaki didepannya.

Mungkin lain kali, bisik dewa jahat di pikirannya.

***

Perth mendekap buku tebal di dadanya sembari berjalan pelan menuju Perpustakaan, berusaha menghindari Saint adalah pilihan yang paling tepat menurutnya.

Entah apa yang terjadi, setiap bertemu dengan Saint, jantungnya kini berdegup kencang. Dia belum pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya, tapi ini tidak baik. Dia adalah lelaki, sama seperti Saint. Dia tidak boleh memiliki perasaan seperti ini.

“Sejak tadi aku mencarimu” Ucap Saint tiba-tiba, menghampiri meja Perth di bagian paling pojok ruangan Perpustakaan.

Perth menoleh seketika, niatnya untuk menghindari Saint malah berantakan. Lagi pula kenapa sih Mahasiswa jurusan ekonomi ini sekali mengunjungi fakultasnya?!

“Apa?” Ketus Perth.

Saint terkekeh pelan mendengarnya, lucu sekali melihat lelaki berponi jamur ini judes padanya. Tapi dia merasa lega, setidaknya Perth masih mau menerimanya menjadi teman setelah apa yang dia lakukan.

“Kau belum makan siang, kan?”

Perth mengangguk.

Tanpa aba-aba, Saint menarik tangan Perth untuk keluar dari Perpusatakaan dan membawanya menuju Kantin, entah mengapa Saint senang sekali membawanya pergi secara tiba-tiba seperti ini.

“Makan!” Titahnya tak terbantahkan.

Perth menatap Saint bingung, “Sebenarnya apa yang kau inginkan dariku?” Tanya Perth pada akhirnya.

Dia benar-benar tulus memaafkan Saint, tapi jika pada akhirnya Saint selalu menemuinya seperti ini, dia tidak mau, hatinya tidak mau.

Saint mengangkat alisnya sok kebingungan, “Memangnya apa yang sudah kulakukan?”

“Perhatianmu padaku, ini berlebihan” Gumam Perth lemah, dia tidak ingin terjebak dalam hubungan ini.

Saint tertegun, dia pun menyadari bahwa kedekatannya dengan Perth, terutama setelah malam panas itu terjadi menciptakan percikan tersendiri dalam hatinya.

Membuatnya merasa gusar jika tidak bertemu dengan Perth sehari saja, dia menginginkan lelaki itu menjadi miliknya seorang, seperti perasaannya pada Bua dulu, atau bahkan lebih dari itu.





Apakah ini salah?

Forgive Me [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang