Part 8

3.3K 293 42
                                    

Gun menggeram kesal, ponsel Mark yang terus berdering sangat mengganggu waktu tidurnya. Terlebih mereka baru saja melakukan ritual malam yang sangat panjang semalam, dia butuh istirahat!

“Sayang, ponselmu terus berbunyi!” Seru Gun kesal, menepuk bahu telanjang Mark yang sedang tertidur pulas berkali-kali.

Mark melirik meja nakas, dan meraih ponselnya, “Mengganggu saja!” Desisnya kesal lalu menjawab panggilan itu.

“Halo, ada apa, Perth?”

Terdengar jeda berberapa saat, Perth tidak langsung menjawab pertanyaan darinya, “Aku… ingin berhenti” Gumam Perth pelan.

Mark berkedip bingung, “Berhenti dari apa?”

“Semuanya” Jawab Perth, “Aku akan kembali… ke Panti”

“Lalu bagaimana dengan kuliahmu?! Jika kau ada masalah! Selesaikan sekarang juga! Jangan menghindar seperti ini!” Bentak Mark, dia sudah hafal sifat Perth yang selalu lari jika ada masalah.

Hening sejenak.

Tiba-tiba Perth menangis.
“Kau tidak mengerti, Mark…” Isaknya pelan, membuat Mark seketika bangun terduduk, membiarkan selimut yang menutupi dada telanjangnya tersingkap.

“Katakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi?!”

“Aku kotor”

Cukup dengan dua kata itu Mark mengerti semuanya.

“Dia melakukannya lagi?” Tanya Mark memastikan, dia berusaha menahan suaranya selembut mungkin, karena dia tahu jiwa Perth terguncang.

“Aku… aku benci… dia jahat, Mark… aku… aku--”

“Cukup! Katakan dimana kau sekarang?”

Perth terdiam sejenak, “Aku di Stasiun, aku pergi sekarang”

Hah?!

“Kau gila?! Kau bahkan tidak berpamitan padaku terlebih dahulu! Kau anggap aku apa?!” Mark kembali membentak, pasalnya Perth benar-benar menyebalkan! Dia selalu bertindak sesuka hatinya.

“Aku… aku…”

Mark kembali menyela, “Begini saja, beri aku alamat Panti Asuhanmu, aku akan berkunjung kesana bersama Gun” Putusnya.

“Tidak mau… Hiks…”

Apa?!

“Tapi kenapa?”

“Aku tidak mau, Mark” Lirih Perth kemudian mematikan sambungan telepon begitu saja.

Mark berkedip pelan, apa dia tidak salah dengar tadi?

“Ada apa?” Tanya Gun pelan, dia sedikit penasaran dengan apa yang mereka berdua bicarakan karena Mark terlihat marah sekali.

“Perth, dia pergi”

***

Ada yang lain dari suasana Panti hari ini, semua anak yang biasanya bermain, kini berkumpul di depan sebuah kamar yang pintunya tertutup rapat.

Dari dalam, terdengar suara isak tangis yang begitu memilukan.

Mereka tahu jika suara itu berasal dari Kakak tertua mereka yang baru saja pulang dari Kota, tidak ada yang tahu pasti kenapa dia bisa seperti ini, karena lelaki itu belum juga mau keluar dari sana.

“Aku ingin mati saja, Bu” Bisik Perth pilu, mengadu pada Ibu Panti yang senantiasa memeluknya, mendengar semua keluh kesahnya.

Ibu tampak berusaha tersenyum di antara tangisnya, bagaimanapun Perth adalah anak yang baik, tidak mungkin dia melakukan kesalahan dengan sengaja seperti ini, “Dengarkan Ibu, Nak”

Forgive Me [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang