Part 9 - END

4.2K 300 65
                                    

Saint berjalan pelan di lobby kampus sendirian, karena Mean sedang sibuk dengan komputernya di Apartemen miliknya.

Ini sudah hampir tiga bulan, dan masih belum ada petunjuk keberadaan Perth.

Masih terbayang kejadian dimana dia ‘memaksa’ Perth untuk berhubungan dengannya. Lelaki itu menangis, menjerit, berusaha menolak setiap sentuhannya sekuat yang dia bisa. Namun dirinya yang brengsek ini terus memaksanya hingga lelaki itu jatuh pingsan.

Bahkan noda darah di Kasur putihnya itu menjadi saksi betapa kasarnya dia hari itu.

Saint mengusap wajahnya kasar, hampir frustasi mencari keberadaan lelaki yang pergi secara tiba-tiba itu, pergi membawa hatinya turut serta.

Iya, dia benar-benar mencintai Perth.

Kepolosan dan keluguan lelaki berponi jamur itu benar-benar membuatnya luluh, dia bahkan sudah menghapus nama Bua dari dalam hatinya.

“Saint!” Teriak seseorang dari belakang membuatnya menoleh seketika.

“Ada apa, Mean?”
Mean tampak berusaha menetralkan napasnya yang terengah-engah karena berlari tadi, “Saint, aku sudah menemukan Perth!”

Deg!

Seketika jantung Saint berdenyut nyeri, dia langsung membayangkan bagaimana reaksi Perth ketika bertemu dengannya.

“D—dimana dia?” Tanya Saint terbata, dia terlalu senang hingga speechless.

“Ternyata selama ini dia ada di Panti Asuhan”

Ah! Betapa bodohnya dia!
Perth pernah bercerita padanya jika dia berasal dari Panti Asuhan. Kenapa selama ini dia tidak mencoba mencarinya kesana?

“Ayo kita kesana sekarang!” Seru Saint tak sabaran.

Tapi Mean malah cengengesan disana, “Aku… tidak tahu alamatnya, hehehe

Saint seketika mencak-mencak karena kesal, kenapa Mean selalu mencari info setengah-setengah, sih?!

“Tapi—tapi aku akan segera menghubungi bagian Administrasi, kau tenang saja, mereka punya data semua Mahasiswa disini” Ucap Mean cepat karena takut dihajar oleh Saint yang kini menatapnya dengan tatapan tajam.

Oke mereka akan segera mencari keberadaan Perth dan menemuinya.

Namun satu pertanyaan yang hingga kini masih terngiang di kepala Saint, masih maukah Perth bertemu dengannya?

***

Perth tidak bisa diam saja seperti ini, dia harus mencari kesibukan untuk melupakan kejadian buruk yang menimpanya beberapa bulan yang lalu.

Alhasil, kini dia bekerja di sebuah toko roti yang berada tak jauh dari Panti Asuhannya sebagai salah satu pelayan dan penjaga meja kasir.

Dia selalu berangkat pagi-pagi sekali, dan pulang larut malam. Hal ini dia lakukan untuk menghindari waktu bersantainya, karena setiap dia tidak melakukan apa-apa, kejadian hari itu akan teringat kembali di pikirannya dan membuatnya menangis seketika.

Tidak, dia tidak Trauma.

Dia hanya tidak menyangka Saint akan sekasar itu padanya.

Dia mencintai Saint, dia percaya Saint akan berubah setelah malam panas pertama yang mereka habiskan saat itu, Saint bahkan sudah berjanji padanya untuk tidak mengulanginya lagi.

Namun hari itu, ah sudahlah!

Bahkan untuk mengingatnya saja dirinya sudah tidak mampu.

“Perth, bisa kau antar kue ini ke Rumah Tuan Kirati?” Ucap Earth sambil menyerahkan sebuah paperbag berisi berbagai jenis kue pesanan Tuan Kirati, pelanggan tetap toko roti ini.

Forgive Me [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang