IX. jalan

12 0 0
                                    

Pagi ini seperti biasa tak ada bedanya. Langit berangkat sendiri, berjalan di koridor sekolah sendiri, dan berakhir di taman bunga kesukaannya di belakang sekolah. Sebenarnya taman bunga itu dulunya tak ada hanya sebuah halaman kecil tetapi muat untuk berkebun serta menempatkan sebuah kursi taman. Taman bunga mawar yang indah dipandang mata, tapi ada satu tempat dibawah pohon besar yang ada disana tumbuh mawar hitam yang indah tapi disatu sisi juga menakutkan jika dilihat

Huf
Helaan nafas langit dengan senyum yang mengembang melihat hasil kerja kerasnya. Taman yang ia buat sendiri dengan kerja kerasnya sendiri akhirnya selesai dengan sebuah kelompok bunga lily putih yang indah. Bunga yang akan selalu mengingatkan nya akan seseorang yang ia cintai Elang Kartana

Bunga itu yang akan selalu mengingatkan nya tentang sebuah ketulusan, kesucian, serta kerapuhan apabila tak di rawat dengan baik. Bunga itu ia persembahkan untuk elang, agar ia bisa menjaga serta merawatnya dengan baik sama seperti perasaannya

Mungkin akan banyak halangan untuk merawatnya mulai dari cuaca hingga hama, tapi itu tak akan menghalanginya untuk terus berjuang. Sama seperti perasaannya yang kini sedang diuji untuk selalu mencintainya walaupun banyak rintangan

"Ah cape tapi seneng akhirnya taman impian ku selesai "langit sembari memandang hamparan bunga mawar serta lily yang baru ia taman

"Aaaaah ngantuk banget sih, bolos sekali ga pa pa kan ya" akibat bergadang semalaman untuk bekerja ditambah lagi ia harus merawat tamannya membuat tubuhnya terasa lelah

Saat sedang asik-asiknya merebahkan diri di kursi sambil menikmati pemandangan. Langit dikejutkan oleh dering telfon dan sialnya itu adalah sahabatnya lena

"Ngapain lo tumben telpon biasanya juga cuman chat, kangen ya lo sama gue. Padahal baru kemarin kita ketemu" langit dengan santainya menjawab

"Gila lo, mabok ya lo ngomong ngelantur ga jelas"hardik lena karena mendengar kalimat yang keluar dari seberang telpon

"Hehehe, eh lo tumben telpon ada apa?"

"Ah gue baru inget mau ngomong apa. Itu lang si bulan adik lo itu ada di sekolah ini, dan gue denger -denger dia pindah ke sini"jelas lena dengan nada khawatir yang ketara

"Hah beneran lo, tapi ga pa pa sih. Seengganya gue bisa liat salah satu anggota keluarga gue " langit jelas syok mendengarnya tapi dengan rapihnya langit membuat alibi agar sahabatnya itu tak cemas

"Yakin lo ga masalah, jangan sampai ada yang lo tutupin lagi dari gue lang. Atau gue ga akan takut kasih tau oki cs dimana lo tinggal dan kerja sekarang" kalimat bernada ancaman yang di berikan lena kepadanya tentu saja membuat nya takut. Karena memang hanya lena lah yang tau bahwa ia diusir dari rumah serta bekerja di club, itu pun karena ketidak sengajaan mereka bertemu

Dan mungkin kalau waktu itu ia tak melihat langit di club sudah pasti ia tak akan tau bahwa langit diusir dari rumah. Walau cara bertanya nya jelas berisi nada ancaman jika tidak memberi tau kan yang sebenarnya

"Iya gue baik aja lena sayang, jadi lo ga rusak khawatir ok. Oya kakak elang ada di lapangan basket ga?"langit yang memang tak ingin mengungkit lebih jauh lagi soal itu, akhirnya lebih memilih mengganti topik percakapannya. Untung nya lagi lena tak merasa curiga bahwa dia sedang mengalihkan topik pembicaraan

"Ada-ada lagi main ana kak dika and bams, ditambah lagi kak dika ganteng banget asli. Cepet lo kesini keburu rame entar lo ga bisa liat lagi"perintah lena sambil senangnya memandang ke arah dika

"Ok ok gue otw, jangan lupa jagain tempat gue ya"jawab langit sembari membawa tasnya dan mulai berlari menuju lapangan indor tempat biasa elang cs berlatih basket

Langit Dirgantara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang