04

6.5K 255 1
                                    

Part 4
"MASIH INGAT PULANG JUGA YA! "
Aku memebeku mendengar suara yang sangat familiar di telingaku, dengan kaku aku mencoba untuk memutar tubuh ku dan mendapati ayahku yang sedang berdiri dengan tampang sangarnya, aku benar benar akan habis kali ini, ayah pasti sangat marah padaku.
"Hehehehe.... Selamat pagi" Ucapku dengan ragu
" Dasar anak nakal, papa akan memberi mu pelajaran sekarang" Ujar ayahku sambil mengeluarkan rotan yang ia sembunyikan di belakang punggungnya dengan perlahan, sontak hal itu membuatku terkejut dan langsung berteriak dan berlari menghindari ayahku yang juga mulai berlari mengejarku.
"Dasar anak kurang ajar! Kemana saja kmau kemarin tidak pulang ke rumah? Kenapa cowok yang menelpon dan mengatakan jika kamu sedang bersama dengannya hah?! " Teriak ayahku yang masih berusaha mengejarku yang berlari menghindarinya.
"Papa, aku benar-benar bisa jelasin semua, papa salah paham sama aku, aku nggak aneh aneh kok, sumpah " Teriakku sambil terus menghindar, aku berlari mengitari sofa hingga naik ke meja makan hanya untuk menghindari ayahku yang terus mengejarku dengan rotan yang sudah siap menyabet kulitku.
"Mama! Help me! Help me! " Teriakku saat aku mulai merasa terpojok karena ayahku yang berhasil memegang kaki ku saat aku naik ke atas meja makan.
"Ya ampun ada apa di sini! Kenapa sangat berisik " Sahut suara yang berasal dari tangga, terlihat ibuku yang berjalan menuruni tangga dengan raut wajah kesalnya yang sangat khas ketika sedang merasa risih, dengan sekali hendakan, aku berhasil melepaskan genggaman tangan ayah di kakiku, tanpa menyia nyiakan kesempatan, aku langsung melompat dari atas meja dan berlari ke arah ibu dengan cepat sebelum ayah kembali menangkap ku nanti.
"Mama!!! " Teriak ku sambil berlari kearah ibuku dan langsung bersembunyi di balik badannya.
"Ya ampun sayang, kamu sudah pulang!, gimana keadaan kamu? Baik baik saja kan?! Nggak ada yang lecet?! Mama sangat khawatir sama kamu! " Ucap ibu terkejut sambil memelukku.
"Tina baik baik saja kok ma, mama tenang aja" Jawab ku sambil tersenyum saat ibu mulai melepaskan pelukannya padaku, ibu tersenyum saat mendengarnya dan langsung mengusap kepalaku lembut.
"Tapi lihat papa! " Ucapku kesal sambil menunjuk kearah belakang ibuku yang masih terdapat ayahku yang berdiri dengan rotan yang masih setia ditangannya.
"Papa kenapa? " Tanya ibu sedikit heran
"Lihat!!! " Jawab ku sedikit kesal sambil kembali menunjuk ke arah ayahku.
Mama berbalik, dan terkejut saat mendapati ayah yang sedang berdiri dengan memegang rotan yang sangat panjang di tangannya, hal itu terlihat saat ibu bergerak untuk menutup mulut menggunakan tangganya.
"Ayah ngapain? " Tanya ibuku terkejut
"Mau ngasih pelajaran buat anak yang kurang ajar disana " Jawab ayahku dengan menatapku sengit, sontak hal itu langsung membuat ku kembali bersembunyi di balik badan ibuku untuk menghindari tatapan ayah yang sangat menyeramkan untuk dilihat.
"Tina baru pulang ayah, kenapa sudah ayah marahin? Kasihan tina, dia pasti capek" Ucap mama sambil melihat kearahku, dan dengan cepat aku langsung mengangguk angguk dengan pandangan yang cukup memelas agar ibu merasa kasihan padaku dan tetap membelaku dari serangan ayah.
"Mah, dia kemarin nggak pulang tanpa kabar" Ucap ayahku mencoba membela dirinya
"Kan temannya sudah telpon kalau tina ada di rumahnya " Jawab ibu
"Temannya cowok mah"
" Iya mama tahu"
" Terus mamah biasa aja gitu? "
"Kenapa enggak? Dirumah temannya kan juga ada mamanya, jika kalau emang terjadi apa apa pada tina tinggal nikahin aja sama temennya" Jawab ibuku santai, bahkan aku sampai terkejut mendengarnya, bagaimana ibuku bisa sesantai itu jika itu benar benar terjadi nantinya, bahkan ayah juga nampak terkejut disana dengan apa yang dikatakan ibu barusan.
" Mama sama papa udah salah paham, tina bener bener nggak ngelakuin yang aneh aneh disana, sumpah " Ucapku mencoba meyakinkan sambil mengangkat tanganku.
"Kalau nggak percaya tanya aja sendiri ke rumahnya" Lanjut ku
"Dimana rumahnya" Ucap ayahku yang lebih terdengar seperti pernyataan dari pada pertanyaan.
" Di.... Dia juga tinggal di perumahan ini " Jawabku mulai gugup, seperti nya ayah tidak main main menanyakan rumah Jiancheng.
"Nomor berapa "
"Aku lupa "
"Apa!! "
" E..... Tidak tidak, aku benar benar lupa kali ini, t... tapi dia tetanggaan dengan kita, aku ingat sekarang, dia tinggal didepan rumah kita nomor 9" Ucapku dengan bingung.
Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, ayah langsung melemparkan rotan yang ia pegang ke sembarang arah dan beranjak pergi meninggalkan rumah, aku rasa ayah benar benar akan menanyakan hal ini langsung kepada Jiancheng dan mamanya, sudahlah aku tidak mau memikirkan hal ini lagi, kepalaku sudah sangat pusing sekarang.
"Sudah, tidak apa apa nak. Jangan dipikirkan lagi, nanti biar mama yang bicara sama papa kamu, sekarang kamu istirahat aja, Kamu pasti lelah, iya kan? " Tanya ibu yang aku balas dengan anggukan lesu.
"Sekarang pergi ke kamar dan istirahat, biar besok kamu bisa pergi sekolah dengan baik "
"Iya ma " Jawabku dan langsung berjalan menaiki tangga menuju kamar ku yang terletak di lantai dua.
Aku merebahkan tubuh ku di kasur dan memandangi langit langit kamar dengan pandangan kosong, pikiran ku melayang pada kejadian yang baru saja aku alami, mulai dari diriku yang berada di halte menunggu bus, aku yang berjalan di trotoar dan pingsan, lalu diriku yang terbangun di rumah Jiancheng. Semua ini tampak tidak nyata bagiku, apakah ini hanya mimpi? Aku berharap ini hanya sebuah mimpi saja.
Aku melirik jam di nakas yang menunjukkan pukul 5 sore, sekarang hal ini benar benar seperti mimpi, aku merasa pernah mengalami ini sebelumnya, semua seperti sangat familiar dan pernah terjadi sebelumnya, apakah aku sedang mengalami deja vu sekarang.
Membuka layar handphone dan melihat banyak pesan yang masuk dari Coco dan juga Ana, bahkan terlihat ada panggilan tak terjawab dari Pak Bandi pagi ini, sampai ketua kelasku pun ikut ikut menelpon dan mengirimkan pesan padaku pagi ini. Aku menghembuskan nafas lelah dan kembali meletakkan handphone tanpa berniat untuk membalas semua pesan ataupun panggilan yang masuk, aku tahu alasan kenapa mereka mencariku, ya karena pak bandi mau memarahiku.
Sudah lah, aku benar-benar tidak mau memikirkan apapun sekarang, aku mau mandi dan langsung tidur nanti, aku benar benar merasa sangat pusing sekarang.
$
Jam menunjukkan pukul 05.58 pagi, dan entah kenapa aku sudah siap dengan seragam sekolah lengkap dengan sepatu dan tas yang sudah bertengger di pundakku, aku berjalan menuruni tangga dan melihat ibu ku yang tengah duduk di meja makan sambil mengoleskan selai pada roti di tangannya, aku kembali mengedarkan pandanganku mencoba mencari keberadaan ayah disana, tapi aku sama sekali tidak melihat ayah di ruang makan, apa ayah masih marah padaku, aku harus meminta maaf padanya nanti sepulang sekolah.
"Selamat pagi mama" Ucap ku dengan menciun pipi ibuku lalu duduk di sampingnya
"Selamat pagi sayang, ayo sarapan dulu, ini roti kamu, mama sudah ngolesin selai kesukaan kamu di situ " Ucap ibu sambil meletakkan sepiring roti di depanku.
"Papa mana ma? Papa masih marah sama tina ya " Tanyaku sedikit lesu
"Ndak sayang, papa tadi mau berangkat sama kamu tapi ada urusan mendadak di kantor, jadi berangkat lebih pagi dari biasanya, papa nggak marah kok sama tina, tadi malem mama sudah bicara sama papa"
" Sekarang ayo sarapan " Lanjut ibu dan langsung kubalas dengan anggukan.
Setelah selesai sarapan, aku berpamitan dengan ibu dan beranjak mengambil sepedaku digarasi, aku membawa sepedaku hingga keluar di halaman rumah lalu mulai mengayuhnya pelan, suasana pagi ini terasa sangat segar untuk bersepeda, aku merasa lebih baik dari sebelumnya, bahkan rasa pusing yang sempat aku rasakan berangsur angsur mulai menghilang dengan sendirinya.
Aku melihat jam yang melingkar di pergelangan tanganku dan menunjukkan pukul 6 lewat 15, aku tidak tahu kenapa aku bisa berangkat sepagi ini hari ini, mungkin ini terlihat lebih baik dari pada harus berangkat siang dan melihat kedua curut yang terus terus mengomel dan menanyakan hal hal yang ingin mereka ketahui dariku, aku akan menggunakan waktu senggang nanti untuk memikirkan bagaiaman cara mengatasi kedua curut yang cukup merepotkan nanti, siapa lagi kalau bukan Ana dan Coco, sepertinya aku juga harus menganti nama mereka.
Tuk........
"Au... " Rintih ku saat sebuah botol yang dilemparkan tepat mengenai kepalaku dengan cukup keras, terlihat sebuah mobil merah yang berhenti tidak cukup jauh di depanku kembali mundur dan berhenti tepat di samping sepedaku, dapat ku lihat seorang gadis yang tengah duduk sambil memegang sebuah botol ditangannya memandang sinis kearahku dan langsung melemparkan botol yang ia pegang tepat ke wajahku, hal itu membuatku reflek langsung memejamkan mataku.
"Dasar kampungan! Lihat penampilannya! berani sekali dia sekolah di sekolah ayahku hanya dengan modal sepeda bututnya, malu maluin"
'Wah cari masalah nih anak orang' batinku kesal

Time Travel of a studentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang