03

7.7K 290 7
                                    

Part 3
Asing......
Aku terbangun di ruangan yang nampak sangat asing di mataku, saat pertama kali membuka mata, aku mendapati diriku yang tertidur di atas kasur lembut dengan ruangan yang sama sekali tidak aku kenali, ruangan kamar yang sangat luas dengan dominan warna putih abu abu ini bahkan terasa sangat asing bagiku.
Dengan sedikit menahan lemas dan pusing yang aku rasakan, aku mencoba untuk bangun dan menyandarkan tubuhku disisi ranjang. Aku kembali mengedarkan pandangan ku keseluruh sisi ruangan mencoba mengingat apakah aku mengenal tempat ini atau bahkan aku pernah mengunjunginya.
Aku benar benar tidak bisa mengingatnya sekarang, ruangan ini benar benar terlihat sangat asing dimataku, hingga beberapa pertanyaan dan spekulasi buruk mulai melintas di pikiran ku saat aku menyadari jika aku benar-benar tidak mengenali ruangan kamar yang aku tempati sekarang ini, tapi kenapa aku bisa berada disini? apa yang terjadi padaku? Apa yang terjadi padaku sebelum ini? Kenapa aku bisa sampai di tempat ini? Aku berusaha menepis semua pemikiran buruk yang ada di benak ku dan mencoba untuk tetap bersikap tenang, aku harus tetap tenang apapun keadaannya, jangan sampai aku memperburuk keadaan dengan kepanikan ku sendiri, aku harus tetap tenang sekarang.
Tiba tiba pintu terbuka dengan pelan, hal itu membuat ku sangat terkejut dan langsung menoleh ke arah pintu dengan perasaan yang tidak menentu, disana aku melihat seorang laki laki yang tengah berjalan masuk dengan membawa nampan yang berisi sebuah mangkuk dan segelas susu diatasnya, laki laki itu terlihat tidak asing dimataku, wajah itu terlihat sangat familiar, sepertinya aku pernah melihat laki laki itu sebelumnya, tapi dimana, aku benar benar tidak bisa mengingat apapun sekarang.
"Hai, apa kabar? Sudah merasa lebih baik? " Ucap laki laki itu sambil menaruh nampan yang ia bawa di nakas.
'Jiancheng'
Dia Jiancheng, aku mengingatnya sekarang, dia murid baru dikelas pagi tadi, pantas saja wajahnya sangat familiar walaupun sedikit buram.
"Kenapa aku bisa disini? " Tanyaku sedikit ragu
"Aku yang membawamu kemari " Jawabnya yang sontak membuat ku langsung menatapnya dengan terkejut
"Ja.. Jangan salah paham dulu, aku tidak melakukan hal yang salah disini, aku tidak melakukan hal yang buruk padamu, aku hanya berniat membantumu " Ucap Jiancheng terlihat sedikit panik
"Kemarin setelah pulang dari sekolah, aku menemukan mu pingsan dijalan, dan disana juga ada banyak orang yang memintaku untuk membawamu ke rumah sakit, tapi aku tidak tahu dimana letak rumah sakit disini karena aku baru saja pindah disini 2 hari yang lalu, jadi aku memutuskan untuk membawamu kerumahku saja dan mamaku memanggilkan dokter untukmu " Lanjutnya
"Kemarin?! " Tanya ku dengan sedikit berteriak karena terkejut
"Iya kemarin, tapi tidak usah khawatir, aku sudah memberi tahu orang tua mu jika kamu baik baik saja disini, aku juga sudah membuatkan surat keterangan tidak masuk sekolah untukmu pagi tadi " Jelasnya
Gawat… apa yang harus aku lakukan saat tiba dirumah nanti, apa yang harus aku jelaskan pada ayah dan ibuku, ayah pasti akan marah besar dan memarahiku habis habisan, sedangkan ibuku hanya akan membelaku dengan menenangkan ayah yang sedang marah besar, itu juga kalau ayah mau mendengarkan ibu, aku benar benar akan habis kali ini.
Aku menatap Jiancheng dengan perasaan yang cukup tidak menentu, aku benar benar telah menyusahkannya kali ini.
"Maaf " Ucap ku lirih
"Kenapa? " Tanya Jiancheng
"Maaf karena telah merepotkan dirimu dan keluarga mu"
"Itu tidak perlu, aku melakukannya dengan senang hati, kamu sama sekali tidak merepotkan, bukankan teman harus saling membantu? " Ucapnya yang aku jawab dengan senyuman dan anggukan kecil.
" Mamaku tadi membuat kan bubur untuk mu, katanya bubur yang hangat sangat cocok untuk perut yang kosong, jadi dia membuat kan nya untuk mu" Ucap Jiancheng sambil menyodorkan mangkuk yang ia ambil dari nakas. Dengan sedikit ragu, aku menerima mangkuk yang ia sodorkan dan mulai memakan bubur dengan diam.
"Kata dokter, kamu hanya kecapekan, jadi kamu harus istirahat yang cukup " Ucap Jiancheng yang aku balas dengan anggukan.
" Setelah selesai makan, aku akan mengantarkan mu pulang kerumah, orang tua mu pasti sangat khawatir pada mu, aku akan pergi sebentar mengambil handphone mu, jadi habiskanlah bubur mu dulu jangan lupa habiskan susu nya juga, aku akan pergi sebentar " Ucap Jiancheng langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari ku.
Setelah kepergian Jiancheng, aku kembali melanjutkan makan dengan diam, sesekali melihat sekeliling mengamati ruangan kamar yang terlihat begitu cantik dan elegan secara bersamaan. Aku sangat menyukai tata ruang dan warna kamar ini, mungkin aku akan mengubah desain kamar ku dan menjadikannya sedikit lebih rapi dengan warna cat putih abu abu nanti.
Aku kembali meletakkan mangkuk ke atas nakas, dan secara bersamaan terlihat Jiancheng yang tengah berjalan mendekat dengan handphone ku yang berada ditangannya, setelah tepat berdiri di samping ku, Jiancheng menyodorkan handphone ku dengan senyuman yang masih sama yang ia tunjukkan padaku sebelumnya.
"Trimakasih " Ucapku dengan senyuman yang terlihat sedikit canggung
"Sama sama, apakah kamu sudah selesai? Apakah kita bisa berangkat sekarang? " Tanya Jiancheng dengan senyuman yang masih tidak luntur dari wajahnya
" Kita bisa berangkat sekarang, aku tidak mau terlalu merepotkan disini, terlebih lagi pasti orang tuaku sudah menungguku dirumah " Ucapku sambil berdiri dari kasur dan memakai kembali sepatu ku yang terletak di bawah nakas.
"Baiklah, tapi tunggu dulu, kamu belum meminum susu mu " Ucap Jiancheng dengan menunjuk segelas susu yang terletak diatas nakas.
" Maaf, aku tidak meminumnya, aku tidak menyukai susu " Ucap ku cepat
"Baiklah, kalau begitu ayo " Ucap Jiancheng dan langsung melangkah keluar dan langsung aku ikuti dengan sedikit tergesa karena langkahnya yang cukup lebar, kami berjalan menuruni tangga dengan hening, hanya terdengar suara langkah kaki kami yang tidak seirama.
Saat melewati ruang tamu, aku melihat seorang wanita yang tengah duduk di sofa sambil menonton TV dengan sesekali memakan cemilan yang ada di depannya dengan santai, melihat dari penampilan wanita itu, aku yakin sekali kalau itu adalah ibu nya Jiancheng.
"Ma, aku pergi dulu, mau anterin tina pulang dulu " Ucap Jiancheng yang membuat wanita yang duduk sofa mengalihkan pandangan nya dari televisi ke arah kami berdua
"Loh, sudah enakan ? " Tanya mama Jiancheng sedikit terkejut dan berdiri menghampiri kami dengan senyum hangat nya, aku belum pernah melihat orang seperti mereka yang selalu ramah pada orang asing.
"Sudah mendingan tante, makasih sudah mau ngerawat saya tante, maaf kalau saya ngrepotin" Ucapku canggung
"Ndak usah canggung sama tante, anggap saja rumah sendiri, kamu enggak ngrepotin tante kok, kapan kapan main lagi kesini juga enggak papa " Ucap mama Jiancheng sambil memegang tanganku
" Iya tante " Jawabku sambil tersenyum
" Kami berangkat dulu ya ma " Ucap Jiancheng dengan tersenyum ke arah mama nya dan langsung pergi keluar.
Sebelum berjalan keluar aku kembali tersenyum kearah mama Jiancheng dan berpamitan padanya.
Saat setelah berada di mobil dan 15 menit perjalanan, hanya ada keheningan diantara kita, tidak ada yang memulai pembicaraan baik aku ataupun Jiancheng sekalipun, aku tidak terlalu tertarik berbicara dengan orang asing kecuali jika itu memang sangat dibutuhkan, dan aku juga tidak tahu kenapa Jiancheng tidak mau mengajakku berbicara. Namun, saat aku menoleh kearah jendela, aku merasakan sesuatu yang sedikit aneh disini, kenapa aku merasa kalau kami sudah melewati jalan ini tadi, kenapa aku merasa sedikit tidak asing dengan lingkungan ini, apakah kita hanya berputar putar saja sejak tadi.
"Jiancheng ini...... Bukankan kita sudah melewati jalan ini tadi? " Tanya ku sedikit heran
" Emmm.... Aku rasa memang seperti itu, aku hanya ingin berjalan jalan sebentar tadi, sambil menunggumu memberitahu alamat rumahmu padaku "
"Benarkah? " Ucapku mencoba terkejut dengan terselip rasa kesal
Apa yang dia katakan tadi? Berjalan jalan sebentar katanya, apakah dia bodoh atau bagaimana, dia bisa saja langsung bertanya kepadaku tanpa harus menunggu aku yang memberitahu alamat rumahku padanya. Dia sangat menyebalkan, jika aku tidak ingat kalau dia lah yang telah menolong ku, sudah aku pastikan dia tidak akan bisa berjalan selama satu bulan kedepan, sayangnya aku tidak bisa melakukannya, mengingat bagaimana dia dan ibunya yang sudah memperlakukan ku dengan begitu baik.
"Jika kamu ingin berjalan jalan, lebih baik kamu menurunkan ku saja disini, aku akan pulang sendiri nanti, dan kamu bisa melanjutkan acara jalan jalan mu dengan tenang" Ucapku dengan menahan kesal
"Baiklah baiklah, aku akan mengantarkan mu pulang sekarang, tapi pertama tama beritahu alamat rumahmu dulu padaku" Ucap Jiancheng yang mencoba untuk menenangkan diriku.
"Perumahan anggrek no. 7 jln…………. " Jawab ku kesal
"Kita sudah berada di perumahan anggrek sejak tadi, apakah kamu tidak bisa mengenali tempat tinggal mu selama bertahun-tahun, aku bahkan baru tahu kalau rumah kita berseberangan, bukankah rumah mu nomor 7, kalau rumahku nomor 9"
Mendengar hal itu, aku langsung menoleh ke arah Jiancheng dengan pandangan yang sulit diartikan, aku benar benar kesal sekarang, antara marah, kesal, malu dan dongkol bercampur menjadi satu.
Aku mengalihkan pandanganku kembali ke jendela mobil dan melihat jalanan yang begitu tampak familiar, yang benar saja, ini adalah jalan yang setiap hari aku lalui saat berangkat menuju ke sekolah setiap pagi, tentu saja ini tidak asing lagi di mataku. Aku benar benar kesal sekarang, rasanya aku ingin cepat cepat pulang dan menjernihkan pikiranku, berada di dekat Jiancheng hanya membuat ku menjadi seperti orang gila.
"Apakah kamu benar benar tidak menyadarinya? Kita bahkan sudah mengelilingi komplek tiga kali, kalau aku tidak salah menghitungnya" Ucap Jiancheng dengan kekehan di akhir kalimatnya
"Aku ingin pulang sekarang" Ucapku lemas karena frustasi tanpa bisa berkata kata lagi
"Oke "
Setelah sampai didepan rumah, Jiancheng langsung menghentikan mobilnya dan kembali menyodorkan sebuah tas yang entah dari mana bisa berada di tangannya, aku mengambil tasku dan beranjak keluar dari mobil tanpa mengatakan sepatah kata apapaun padanya, aku kembali menutup pintu mobil dengan sedikit keras karena masih merasa sangat kesal.
"Trimakasih" Ucap ku singkat dan langsung beranjak masuk ke dalam halaman rumah, dengan perlahan aku mencoba untuk membuka pintu agar tidak terdengar hingga membuat ayah dan ibu  tahu jika aku sudah pulang sekarang, setelah berhasil masuk, aku kembali menutup pintu dengan perlahan tanpa menimbulkan suara sedikitpun.

Time Travel of a studentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang