06

4.7K 212 0
                                    

Part 6
Aku menoleh ke arah sumber suara keributan dimana terlihat Risa yang tengah habis membuka pintu kelas secara kasar dengan tatapan sengit yang terkunci ke arah ku, aku tersenyum sinis melihatnya, ini akan menarik, seseorang tengah menggali kuburannya sendiri disini, layaknya seekor tikus yang tengah berlari ke arah singa. Risa berjalan menuju ke arah ku dengan kedua temannya yang masih setia mengekor di belakangnya, sangat jelas dari wajahnya jika dia sedang merasa sangat marah sekarang.
Plakk....
Aku merasakan panas yang menjalar di pipiku saat Risa menamparku hingga membuatku menoleh ke samping, tanganku bergerak memegang pipiku sedikit tidak percaya dengan hal ini, tidak ada yang berani menamparku selama ini, bahkan ibuku saja tidak pernah menamparku.
"Dasar bangke, berani sekali lu ngrusakin mobil gue!! Bahkan dengan seumur hidup lu bekerja jadi babu sekalipun nggak akan pernah bisa bayar kerusakan yang lu buat di mobil gue!!!!! "
Aku menatap Risa sengit dan mulai beranjak dari tempat dudukku, saat aku tepat berdiri di depan Risa aku langsung menamparnya dengan sangat keras sampai dia terjungkal ke lantai, aku tersenyum sinis saat melihatnya yang masih terduduk di lantai dengan memegangi pipinya, bahkan kedua temannya pun tidak melakukan apapun untuk membantunya dan malah membeku dengan sesekali menatapku dengan takut.
" Lancang banget lu nampar gue, bahkan mama gue aja nggak pernah yang namanya nampar gue, emang siapa lu yang berani nampar gue, ngasih makan aja kagak, apalagi duit " sarkas ku
"Lu nggak tau tau siapa dia, dia itu anak kepsek disini " aku mengalihkan pandangan ku kepada salah teman Risa yang tiba tiba membuka suaranya
"I....iya... Liat saja, lu bakal nyesel nanti" sahut yang satunya
"Bocil gak ada hak bicara disini, jadi lu berdua diem " jawabku dengan menekan setiap kata yang aku ucapkan
" Bagus lah, kita tidak perlu repot-repot buang tenaga berjalan ke tempat mereka, mereka sendiri yang datang kesini untuk menggali kuburan nya sendiri, ternyata mereka sangat mandiri ya" sahut Coco mencibir
Aku kembali menatap Risa dengan jengah, ia tengah mencoba berdiri dengan dibantu temannya, tampak bibir nya yang sedikit berdarah dengan pipi nya yang memerah bekas tamparan, pasti itu sangat sakit, tapi aku tidak peduli. Suasana menjadi sangat ramai karena orang orang yang mulai berdatangan, aku sama sekali tidak memperdulikan hal itu dan tetap menatap Risa dengan tajam, semakin lama aku melihat wajahnya, semakin besar rasa kesal yang aku rasakan, wajah nya betrdampak sangat buruk untuk moodku.
"Lu akan nyesel nanti" desis Risa padaku
"Saya tidak pernah merasa menyesal dengan apa yang telah saya lakukan " jawab ku dengan senyuman
"Lu___"
" Apa?" Ucap ku santai yang memotong ucapan Risa
"Asal lu tau ya, semua orang juga tau kalau mau berurusan sama gue harus siap mental dan juga siap fisik, prinsip gue, tangan dibalas tangan, kaki dibalas kaki, dan sikap dibalas juga dengan sikap, lu udah salah langkah dengan berani berurusan sama gue, ya walaupun masih kelas 10 jangan harap lu bisa lolos dari gue, bahkan dengan embel embel anak kepsek itu juga nggak bakal mempan buat gue" lanjut ku dengan menatap Risa tajam lalu mendorong nya hingga kembali terjatuh ke lantai.
" Risa!"
"Lu!!!! Gue bakal laporin lu ke kepsek sekarang! "
"Diem!!!!! Gue udah bilang kan kalau bocil nggak ada hak untuk bicara sekarang!!" Ucap ku kesal
"Ana! Coco! Urus mereka lah! Gedeg gue lihat nya " Lanjut ku
"Assiap" Ujar Ana yang langsung menyeret kedua teman Risa bersama Coco keluar kelas, aku tidak tahu kemana mereka akan membawa para bocil itu, tapi, yang pasti itu tidak akan baik.
"Hiks hiks, kenapa kakak membully ku, aku hanya ingin bertanya sesuatu pada kak tina, kenapa kakak harus mendorongku"
"Kak Jiancheng, tolong aku " Ucap Risa dengan wajah melasnya, dan sontak aku langsung melihat Jiancheng yang berdiri tak jauh di samping Risa.
Sekarang aku benar benar merasa sangat kesal sekarang, melihat kelas yang semakin ramai malah membuat kemarahanku semakin bertambah, ditambah lagi dengan kadal pasir yang memulai dramanya dan membuatku semakin kesal.
"asal lu tahu, gue mempunyai segalanya kecuali kesabaran, gue sama sekali nggak mempunyai kesabaran dalam diri gue, jadi jangan membuat gue menjadi semakin kesal dengan drama klasik lu itu sekarang " Ucapku kesal sambil menarik Risa untuk berdiri lalu menyeretnya keluar kelas.
Risa mencoba memberontak dengan mencoba melepaskan cengkramanku ditangannya, namun bukannya melepaskan nya, aku malah semakin erat memegang tangannya hingga ia meringis kesakitan, saat melewati lorong pun kami menjadi pusat perhatian karena Risa yang terus berteriak meminta tolong dan masih mencoba memberontak dengan melepaskan tangannya dari cengkraman jahatku. Di depan sana terlihat Ana dan Coco yang tengah menghampiriku lalu berjalan di belakang ku.
"Bocil udah di musnahin, tenang aja, tinggal kuman nya aja yang harus dibersihin " Ucap Ana yang sukses membuat ku tersenyum puas mendengar nya.
"Eh kalian mau kemana!, nih minuman yang lu pesen!! " Ucap alex yang tak sengaja berpapasan denganku
"Coco! " Ucapku dengan tetap melanjutkan berjalan dan mengabaikan ucapan alex
" Bawa Sini ! " Ucap Coco yang masih terdengar di telingaku
"Tapi duit lu kurang!!!!! Gue tambah dua rebu tadi!! Woii!!!! Lu ngutang dua rebu sama gue!!!" Teriak alex yang tidak aku hiraukan sama sekali
"Udah sini, bawel amat jadi laki lu"
"Nih minuman lu " Ucap Coco saat sudah berada disamping ku
"Bawa dulu " Jawab ku dan berbelok ke arah toilet yang bertuliskan khusus perempuan, aku langsung melepaskan genggamanku dengan kasar sehingga Risa kembali jatuh ke lantai.
Aku tahu ini tidak benar, tapi saat aku merasa kesal apapun yang aku lakukan adalah hal yang ingin aku lakukan, aku berjongkok untuk mensejajarkan tubuhku dengan Risa, lalu mengambil jus yang berada di tangan Coco dan langsung meminumkan nya dengan paksa kepada Risa dengan cara mencengkram dagunya.
"Gue nggak mau!!!! " Ucap Risa dengan mendorongku hingga terjatuh ke lantai, kenapa aku sampai lupa tidak menahan tangannya, seharusnya tadi aku menahan tangannya lebih dulu. Aku mencoba berdiri dan menatap Risa yang sudah cukup mengenaskan, tersenyum melihat nya aku sangat bahagia melihatnya menderita seperti ini.
" Apakah kamu tahu kenapa aku membawa mu kesini? Biar aku kasih tahu kenapa aku membawa mu kesini, karena, di sini jarang sekali siswa yang mau memakai toilet ini, bahkan hampir tidak pernah ada, hanya 0,000000002℅ dari seluruh siswa yang mau memakainya, tapi jangan khawatir, setidak nya kamu masih mempunyai harapan 0,000000002℅ untuk bebas dari sini" Ucapku sambil tersenyum iblis ke arahnya,
"Ma.... Maksut lu? "
"Ambil handphone nya " Ucap ku yang langsung membuat Ana dan juga Coco mencari handphone Risa di saku seragam nya, lalu mengambilnya dan memberikannya padaku.
"Apa yang bakal lu lakuin ke gue?!! " Teriak Risa
"Aku rasa kamu tidak terlalu bodoh untuk mengerti dan memahami arti kata balas dendam" Ucapku dengan datar
"Angkat dia dan masukkan dia ke dalam toilet, lalu kunci pintunya dari luar " Lanjut ku
Tanpa berbicara lagi, Ana dan Coco langsung menarik paksa Risa untuk berdiri dan mulai beranjak memasukkan Rina ke dalam toilet.
"Tunggu" Cegah ku yang membuat pergerakan Ana dan Coco yang ingin memasukkan Rina terhenti, aku maju dan berdiri tepat di depan Rina lalu menumpahkan jus yang tersisa tadi ke arah Rina, dan membuat seragam yang ia pakai berubah warna menjadi sangat kotor, begitupun dengan wajahnya yang sedikit terkena jus yang aku tumpahkan.
" Dan satu hal lagi yang aku ingin kamu tahu dariku, dalam tes, 98% diriku menunjukkan bahwa aku adalah seorang psikopat, jadi jangan pernah kamu membuat ku kesal lagi kalau kamu masih sayang dengan wajah cantikmu ini" Ucapku dengan santai dan langsung melemparkan handphone nya ke arah dinding hingga hancur.
"Lu akan nyesel nanti, gue pastiin lu bakal dikeluarin dari sekolah ini" Desis nya
"Coba saja kalau kamu memang bisa " Jawab ku dingin
"Masukin dia, gedeg gue liatnya" Ucapku dan langsung membuat Ana dan Coco memasukkan Rina ke dalam toilet lalu menguncinya dari luar, setelah selesai, kami bertiga berjalan keluar meninggalkan Risa yang tengah berteriak tidak jelas di dalam sana, kami melewati lorong yang kami lewati sebelumnya, semua terlihat sangat sepi karena bel masuk sudah berbunyi sejak tadi, bahkan di sebagian kelas sudah terdapat guru yang tengah mengajar.
"Eh tina, emang bener ya lu psikopat, emang kapan lu tes? Kok gue nggak tahu " Tanya Coco yang membuat ku sedikit terkejut
"Emang lu percaya? Gue kan cuma bercanda, tau sendiri kan kalau gue marah gimana" Jawab ku
"Gue tahu kalau lu emang gak bisa dipercaya" Sahut Ana
"Serah dah " Jawab ku
Setelah sampai di dalam kelas, semua orang melemparkan pertanyaan tentang apa yang terjadi setelah aku menyeret Risa keluar dari kelas, aku sama sekali tidak menghiraukan pertanyaan mereka dan langsung duduk bangku ku dengan tenang, saat ini tidak ada guru yang mengajar dan hanya ada tulisan di papan tulis yang bertuliskan tugas yang harus dikerjakan di jam kosong kali ini.
"Gue mohon please, jangan ganggu gue kali ini, gue capek gue lagi ngantuk, jadi jangan ganggu gue, kalau kalian mau tau, tanya aja sama Ana kalau nggak sama Coco, gue mau tidur, oke!!!! " Ucap ku dan langsung meletakkan Kepala ku ke meja dan bersiap untuk tidur, aku benar benar merasa sangat lelah sekarang, ternyata cuma ngurus si kadal pasir bisa selelah ini ternyata.
$
"Tina.... Bangun keboo!!!!! "
Tidurku terganggu saat aku merasakan sebuah tangan yang sedang menggoncangkan tubuhku pelan, aku mengangkat sedikit kepalaku dan mendapati Ana yang sedang berdiri di depanku dengan alex di sampingnya,
"Bangun anjer, dicariin sama Bu dini tuh, katanya ditunggu di ruang kepsek sekarang" Ucap alex yang membuat dahi ku sedikit berkerut mencoba mencerna perkataan dari alex.
'Masalah baru nih ' batin ku

Time Travel of a studentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang