Cowok itu sudah memprediksikan, jika Liya akan mengoceh tentang seragam saat ia sudah sampai dikamarnya. Dia agak merasa bersalah akan hal itu. Namun, dia malah tidak bisa bertanggung jawab atas perbuatannya. Sam ingin melakukan sesuatu besok untuk cewek itu. Saat pulang sekolah sebagai permintaan maafnya.
"Sam, terus besok gue pake apaan? masa gue gak sekolah," omel Liya mendelik kesal padanya, sesuai dengan ekpetasinya tadi.
"Nanti, gue suruh Dira pinjem seragam ke koperasi," tukas Sam berkacak pinggang seraya melipat kedua tangannya di dada.
"Jangan Dira, deh," protes Liya yang langsung di hadiahi tatapan heran dari Sam.
Menyadari tatapan itu, Liya melanjutkan, "Dera."
"Dira, Dera. Sama aja kali, Liy," timpal Arya menaikkan sebelah alisnya yang lumayan tebal menurut Liya.
Liya menggeleng. "Beda. Gue gak enak kalau sama Dira," tutur Liya seraya merogoh saku celananya untuk mengambil sesuatu. "Gue tau lo belum kenal Dera. Mana handphone lo."
"Handphone lo?"
"Lupa gue bawa," jawab Liya nyengir kuda, memperlihatkan deretan giginya yang terdapat gigi gingsulnya.
"Awas! anak orang jangan lo galakin," lanjut Liya setelah menyodorkan notebook mini miliknya pada Sam. Notebook itu berisikan catatan-catatan atau nomor handphone seseorang. Ia selalu membawa itu kemana saja kalau ingat karena ia sendiri pun tak hafal nomor hp-nya.
"Kenal aja belom. Udah gue galakin. Sinting kali gue," sanggah Sam mengetik nomor Dera di handphone-nya.
"Liy, udah setengah sepuluh, lho. Lo yakin mau balik?" tanya Dean yang telah selesai berbenah dengan Vero. Ya, Vero hanya membuang bungkus makanan, selebihnya Dean semua.
Mendengar itu, Liya reflek mengalihkan fokusnya ke arah arloji di tangan kirinya. Benar kata Dean. Sudah jam setengah sepuluh dan itu membuat Liya bimbang. Apakah dia akan balik atau tidak. Di perbatasan, saat ia ingin kesini saja sudah gelap apalagi sekarang. Terlebih pak Esa, satpam asrama putri pasti rajin mondar-mandir di gerbang keluar asrama dan sekitarnya. Namun, kalau ia tetap disini sampai esok hari pasti rasanya canggung dan ia merasa bikin repot semua teman-teman Sam.
"Udah, lo baliknya besok aja. Sebelum subuh gue anterin lewat depan," usul Sam tegas yang langsung di respon tatapan Liya yang bingung bercampur kebimbangan. Sam tau itu.
"Ntar, lo bakal ngasil alibi apaan kalau kita lewat depan? kalau mereka nanya dan gue gak bisa jawab. Kita bisa dihukum," simpul Liya sambil memijat keningnya yang tidak pusing. Sekarang ia dibuat bingung oleh situasi.
Sam juga tak kalah bingung. Ia masih memikirkan alibi yang tepat agar lolos dari bu Mesy. Mengetahui bu Mesy yang tidak gampang percaya pada orang lain dan selalu memastikan kebenarannya. Itu membuat Sam berdecak sebal.
"Bilang aja lo nemuin gue lagi jongkok di sebelah gerbang asrama putra," usul Liya tiba-tiba hingga membuat semuanya tertawa lepas karena ucapannya barusan.
"Why?"
"Alesan macem apaan tuh? Emang bu Mesy bakal percaya kalau lo jongkok di sebelah gerbang kayak orang kesurupan," timpal Sam menghentikan tawanya lalu lanjut lagi seperti yang lainnya kecuali Vero yang sudah tertidur di tempat tidurnya.
Seperti ada lampu yang tiba-tiba menyala terang di atas kepalanya, Liya berkata santai, "Dalam posisi tidur."
"Maksudnya?" Arya dan Sam bertanya bersamaan, tak mengerti maksud perkataan Liya yang terdengar semakin aneh itu.
"Jadi, lo nemuin gue disebelah gerbang asra dalam posisi tidur sambil jalan," jelas Liya sambil menyingkat 'asrama putra' hingga membuat dua orang itu menatapnya agak lama termasuk Dean yang hendak tidur namun tidak jadi saking kepo nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because You I Pick You
Teen Fiction⚠Cerita ini tidak untuk plagiarisme⚠ *** Sebelumnya Liya berpikir ini akan mudah jika ia menyukai Sam diam-diam tanpa mengutarakan perasaannya. Liya terlalu pengecut dan acuh dengan perasaannya sampai rasa suka itu...