Mulmed : Liya
***
Hawa pagi terus saja menusuki seluruh pori-pori kulitnya yang sudah mendingin seperti habis nyemplung ke dalam kuali yang penuh dengan es balok. Deretan giginya bergemeletuk. Hal biasa yang terjadi pada Liya jika menjelang subuh. Namun, kali ini. Ia tumben-tumbennya rajin. Tepat jam empat pagi, ia langsung pergi mandi saat kamar mandi lantai dasar masih sepi. Dan ia bersyukur karena tidak harus lama mengantri untuk ritualnya di ruangan tersebut.
Dan sekarang, cewek itu terlihat sedang sibuk dengan aktivitas menyapunya hingga membuat Dira yang baru saja terbangun melirik heran ke arah Liya. Bukan karena sikap tiba-tiba Liya yang rajin seperti itu. Tetapi, Liya dengan asiknya berjoget ria mengikuti alunan suara musik yang ia dengarkan melalui earphone wireless miliknya yang sudah tersumpal kuat di kedua telinganya.
"Bukannya mandi malah joged-joged kayak ondel-ondel lo," celetuk Dira yang mengira Liya belum mandi karena takut pergi sendirian ke kamar mandi bawah.
Di sekitar sana memang lumayan agak gelap. Hanya ada lampu-lampu neon yang cahayanya remang-remang, menerangi beberapa tempat di sekitar sana yang gelap.
Dengan santai, Liya langsung menegakkan tubuhnya yang tadi mencondong ke kolong meja belajar untuk menyapu bagian sana. "Gue udah mandi, duns," jawab Liya memasang senyum selebar mungkin tanpa ada kebohongan yang terselip dari raut wajahnya.
Mendapati tatapan masam dari Dira, Liya berkata lagi," Lo mo gue temenin mandinya. Kuy!"
"Najis,"
"Jah, gue berbaik hati, nih. Jarang-jarang ada yang kayak gue tau," ujar Liya mengunggulkan dirinya dengan percaya diri.
"Semalem lo boong sama bu Mesy. Lo nginep di kamar Sam?" tanya Dira yang langsung teringat kejadian semalam, saat ia terus menunggu kedatangan Liya namun orangnya tidak datang-datang juga.
Mendengar itu, reflek Liya langsung bergerak untuk membekap mulut Dira yang suaranya persis seperti knalpot traktor sawah, tidak bisa ditolerir. Tatapan dari teman-teman sekamarnya langsung terundang untuk melihat ke arah mereka. Dira yang di bekap mulutnya sepeti itu langsung mencubiti lengan Liya hingga cewek itu meringis kesakitan. "Apaan sih?"
"Ssst.. suara lo kecilin atuh, Dir. Kalau ketauan yang lain, gue bisa dicincang abis sama bu Mesy," tutur Liya agak panik setelah melepas bekapannya pada Dira.
"Santai aja, sih." Dira menekankan ucapannya kesal.
"Seragam gue kenapa udah ada di kamar, Dir?" selidik Liya yang mengabaikan emosi sahabatnya tersebut. Ia baru teringat itu.
"Nah, itu juga yang mau gue tanyain ke elo," tukas Dira santai sambil memasang muka datar andalannya.
"Gue?" Liya mengeryitkan dahinya dalam-dalam tanda tak mengerti apa yang diucapkan Dira barusan.
Dira mengangguk cepat. "Si Yuga nganter seragam lo ke kamar. Tumben banget tuh bocah bantuin orang. Biasanya juga mageran," jelas Dira yang sukses membuat mulut Liya menganga lebar sampai air liurnya ingin keluar dari dalam sana jika Dira tidak buru-buru menyadarkannya.
"Demi apa lo? jangan ikut-ikutan boong kayak gue, Dir," sungut Liya langsung badmood setelah nama cowok tersebut disebutkan. Pasalnya, ia benar-benar kesal dengan Yuga yang menertawainya saat ia tengah diceramahi panjang kali lebar oleh bu Mesy di koridor.
"Gak percaya ya udah," tukas Dira seadanya. Ia paling malas kalau harus cekcok mulut dengan orang apalagi dengan Liya.
"Serius, Dir. Masa iya gue lagi dengerin lo ngehalu sekarang," balas Liya masih tak percaya dengan ucapan Dira.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because You I Pick You
Teen Fiction⚠Cerita ini tidak untuk plagiarisme⚠ *** Sebelumnya Liya berpikir ini akan mudah jika ia menyukai Sam diam-diam tanpa mengutarakan perasaannya. Liya terlalu pengecut dan acuh dengan perasaannya sampai rasa suka itu...