Bagian 3

17.1K 1.1K 55
                                    

Pagi menjelang, meski mentari masih enggan menunjukan sinarnya. Daffa terbangun terlebih dahulu, dia bangun dan menuju ke dapur. Dia membuka kulkas dan mengambil beberapa telur, sayuran, dan roti untuk membuat sarapan. Mengambil susu dan menyeduhnya. Dia tidak tahu entah Devin akan suka masakannya atau tidak, yang jelas dia ingin membuatkan sarapan sebagai tanda terimakasih. Daffa tengah asik menyiapkan sarapan, Devin pun bangun dan menghampiri Daffa.

"Kau sudah bangun?" ujar Devin.

"Eh, tuan... Iya, saya terbiasa bangun awal. Silahkan duduk,  saya sudah menyiapkan sarapan. Saya tidak tahu tuan akan menyukainya atau tidak, soalnya saya hanya menemukan ini di kulkas anda." seru Daffa.

Devin hanya tersenyum, lalu dia mengambil roti isi yang di buatkan Daffa untuknya. Kemudian dia menggigit roti isi itu lalu tersenyum.

"Ini enak sekali, baru kali ini saya memakan roti isi seenak ini." seru Devin, lalu dia melanjutkan. "Kau tidak makan? Duduklah sini di sebelahku, aku akan menyuapi mu,"

"Huh? Eh... Tidak usah, saya bisa makan sendiri." ujar Daffa sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Sekali saja, kau mengingatkan aku pada adik ku. Sudah lama sekali sejak aku pindah kemari dan tidak bertemu dengannya. Kapan-kapan aku akan mengajakmu bertemu dengannya," ujar Devin.

"Baiklah kalau begitu." gumam Daffa.

Devin tersenyum sangat manis, lalu mengambil sepotong roti isi, kemudian menyuapkan ke Daffa. Daffa menerima dengan senang hati, dia tidak berpikir bahwa perlakuan Devin bukan sebatas abang dan adik, melainkan sepasang kekasih. Aktivitas sarapan itu selesai, Daffa berpamitan untuk kembali ke Appartementnya untuk bersiap-siap berangkat kuliah. Devin menunggunya di depan mobil mewahnya, kemudian Daffa keluar menghampiri Devin. Tadi, pada saat mereka bersarapan, Devin janji akan mengantar jemput Daffa setiap hari. Meski sempat menolak, Daffa menyerah pada akhirnya.

Mereka berdua pergi meninggalkan Appartement, mobil melaju dengan kecepatan wajar. Mobil menelusuri jalanan yang sedikit sepi, di samping kanan dan kiri jalanan hutan-hutan berjejer dengan rapih. Devin merasa ada yang mengikuti mereka, Devin menambah laju mobilnya. Tapi...

BRAAAAAAAK

Mobil Devin di tabrak sebuah truck yang sangat besar dan terpental jauh, berguling, dan menabrak semua pohon yang ada di hutan. Truck besar itu masuk kedalam hutan dan mulai mendekati mobil Devin yang hancur. Daffa keluar dari mobil Devin, wajahnya terluka, dan berdarah. Daffa melihat Devin sedikit kesusahan untuk keluar, lalu Daffa berusaha menolong Devin.

"Pergi Daffa pergi... Lariiiiii...." seru Devin.

"Tidak, aku harus menolongmu. Kau bisa mati, aku mohon..." ujar Daffa.

"Lariiiiii Daffa Lariiiiiiiii.... Cepat lariiiii, tinggalkan aku, aku tidak apa-apa, lariiiiiii..." seru Devin sambil mendorong_dorong Daffa untuk pergi.

Daffa akhirnya pergi meninggalkan Devin, truck besar itu semakin dekat, semenntara Devin masih terjebak di dalam mobil. Truck itu semakin mendekat, anehnya truck itu tidak menabrak Devin, justru mengejar Daffa yang berlari lumayan jauh. Daffa terus berlari...

BRUUUK

"Aaargh..." Daffa tersandung kayu, kakinya berdarah...

Truck itu semakin dekat, Daffa berusaha bangkit. Dengan tertatih-tatih, Daffa berusaha berlari, ia bersembunyi di sebuah gua yang ada di hutan itu. Truck itu akhirnya pergi dan tidak lagi mengejar Daffa karena kehilangan jejak. Merasa dirinya sudah aman, ia kembali berlari dan menghampiri mobil Devin.

"Devin... Devin bangunlah," seru Daffa.

"Kau... Aku menyuruhmu pergi!" ujar Devin.

"Kita pergi sama-sama. Ayo kita pergi," seru Daffa.

SAVE ME MR PSYCO (CERPEN) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang