Bagian 5

12.7K 871 129
                                    

Daffa mendorong Devin dan melepaskan pelukan Devin darinya. Dengan wajah kesal Daffa berjalan terlebih dahulu meninggalkan Devin di belakang. Devin yang melihat tingkah Daffa seperti itu semakin gemas dan semakin sering menganggunya. Tiba-tiba Daffa berhenti menunggu Devin.

"Kenapa berhenti?" tanya Devin.

"T-tidak ada, aku..." ujar Daffa.

"Mobilnya ada didepan sana, ayo..." seru Devin sambil menarik tangan Daffa.

Mereka berjalan melewati kerumunan orang-orang yang berlalu lalang di rumah sakit itu, sebagian orang memperhatikan mereka. Tetapi Devin tidak menghiraukan mereka, dan mereka pun sampai di mobil Devin. Lalu mobil itu melaju dengan kecepatan sempurna dan tidak ugal-ugalan.

"Mulai dari sekarang, kau tidak perlu tinggal di appartement itu lagi," ujar Devin.

"Huh? Lalu aku harus tinggal dimana?" tanya Daffa.

"Tinggal di rumahku saja yang tidak begitu jauh dari kampusmu," ujar Devin.

"Tapi kan, aku baru beli Appartement itu, sayang kalau tidak di tempati." ujar Daffa.

"Bisa di sewakan, nanti aku akan membantu untuk mencarikan penyewanya." ujar Devin.

"T-tapi...." protes Daffa.

"Tidak ada tapi-tapi, ikuti saja apa kataku ya! Dirumah itu juga sudah aku sediakan mobil untukmu," seru Devin.

"Tapi... Aku tidak bisa, aku tidak mau merepotkanmu. Lebih baik aku tinggal di appartement saja. Aku lebih nyaman disana," ujar Daffa.

"Ya sudah kalau begitu aku tidak akan memaksamu," seru Devin sedikit kesal, tetapi dia menahan amarahnya.

Tidak ada yang saling bicara kali ini, Daffa tertidur selama perjalanan menuju ke Appartement. Devin sesekali melihat Daffa yang tidur, ia memarkirkan sebentar di tepi jalan. Lalu Devin membuka jaketnya dan menyelimutkan untuk Daffa. Kemudian Devin kembali melajukan mobilnya. Tidak selang berapa lama mobil itupun sampai di parkiran Appartement yang lumayan mewah itu. Daffa terbangun dari tidurnya pada saat Devin ingin menggendongnya.

"Engh.... Sudah sampai?" tanya Daffa.

"Sudah." sahut Devin sambil tersenyum. Daffa pun bangun dan turun dari mobil.

Mereka berdua berjalan menuju ke Appartement mereka masing-masing. Devin mengantarkan Daffa hanya sampai depan pintu, karena Devin tidak ingin mengganggu Daffa beristirahat akhirnya Devin meninggalkan Daffa sendirian. Daffa masuk kedalam kamarnya dan merebahkan tubuhnya yang penat.

DDRRRR DRRRR

Ponsel Daffa bergetar, ia melihat nama yang muncul di layar ponselnya.

Daffa: "Halo Rey, ada apa?"

Rey: "Daffa, apakabar? Oh iya maaf aku lama mengabarimu. Aku baru saja pulang dari L.A. Oh iya, perihal lowongan pekerjaan itu, apa kau bisa datang besok ke kantorku besok pagi jam 8?"

Daffa: "Syukurlah, oke. Aku akan kekantormu besok pagi jam 8. Terimakasih, aku baik-baik saja. Apa kau masih sangat sibuk? Kau sudah lama tidak mampir ke tempatku."

Rey: "Maafkan aku Fa. Aku janji kalau aku sudah tidak sibuk, aku akan mampir ketempat mu ya."

Daffa: "Janji kejanji aja kau... Sudahlah, terimakasih Infonya."

Tuut.

Telpon itu berakhir, Daffa sangat senang akhirnya dia bisa bekerja satu kantor dengan sahabatnya sejak kecil itu.

SAVE ME MR PSYCO (CERPEN) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang