Tanaka selesai menceritakannya, dan Daffa sangat heran kenapa dia bisa tahu semuanya. Daffa merasakan bulu kuduknya meremang, siapa Tanaka sebenarnya.
"K-kenapa kau bisa tahu semuanya? Dan k-kenapa bisa sedetail itu? S-siapa kau sebenarnya?" tanya Daffa ketakutan.
Tanaka hanya tersenyum, kemudian ia membuka kancing bajunya lalu mengeluarkan kalung itu. Kalung yang Daffa berikan untuk Devin. Daffa masih tidak percaya bisa saja, kalung itu di beli oleh Tanaka di tempat lain.
"Kau... Bagaimana mungkin, kau... Kau bukan kak Devin, kau... Atau kau Devan?" ujar Daffa.
"Aku Devin, kenapa kau tidak percaya? Kau bisa merasakannya, aku tahu itu." ujar Tanaka.
Daffa kemudian mendekat, kemudian Daffa memejamkan matanya, lalu meraba wajah Tanaka, matanya, hidungnya, bibirnya. Daffa merasakannya, lalu air mata mengalir begitu saja di pipi Daffa. Daffa menghamburkan tubuhnya kepelukan Tanaka. Kemudian, tangannya menyentuh perut Tanaka, karena Daffa tahu disana ada sebuah tatto. Daffa mengangkat baju Tanaka, dan benar, masih ada disana.
"Kau berhasil selamat? Bagaimana mungkin, aku melihatmu, kau..." ujar Daffa masih tidak percaya.
"Aku, saat kau lari keluar, dan Devan mengejarmu. Aku masih mampu bertahan dan pergi dari sana untuk menolongmu, tetapi gedung itu telah di bakar oleh Devan, saat aku sudah berada jauh dari gedung itu, aku tidak sadarkan diri. Seorang polisi menyelamatkanku, dan membawaku kerumah sakit." terang Devin.
"Lalu, kenapa kakak merubah wajah kakak dan identitas kakak?" desak Daffa.
"Sama seperti yang kau lakukan, Ge. Aku hanya tidak ingin dia menemukanku dan menggangguku. Aku yakin dia pasti sedang mencari keberadaanku dan kamu." ujar Tanaka.
"Jadi selama ini, yang bersamaku adalah...?" ujar Daffa.
"Kau benar, itu bukan Devin. Tetapi Devan. Dia menyamar sebagai Devin, dan berperilaku lembut sama sepertiku." ujar Tanaka/Devin.
"Aku takut dia akan menemukan kita kak, aku takut..." ujar Daffa sambil memeluk Tanaka.
"Jangan khawatir aku akan menjagamu. Dia tidak akan menemukan kita, walau aku tidak yakin." ujar Tanaka.
Daffa memeluk erat tubuh Tanaka. "Mulai dari sekarang jangan panggil aku Daffa lagi, panggil baby Ge aja." ujar Daffa.
"Baiklah, jika itu keinginanmu. Ya sudah sekarang kita pergi jalan-jalan saja, bunga sakura lagi bermekaran sekarang. Bukankah kau suka bunga itu?" ujar Tanaka.
"Iya, ayok kita jalan-jalan. Sudah sejak lama entah kapan terakhir kali aku jalan-jalan. Rasanya sudah lama sekali," sahut Daffa/Gerard.
Tanaka mengangguk, lalu mereka pergi untuk menikmati sakura yang sedang bermekaran. Sesekali Daffa dan Tanaka berphoto bersama. Kemudian mereka duduk di tepi danau dan membentang sebuah tikar lalu Tanaka membaringkan tubuhnya, kemudian Daffa/Gerard berbaring di sebelah Tanaka. Menikmati semilir angin sepoi-sepoi dan bunga sakura yang berjatuhan. Tanaka memiringkan tubuhnya dan kemudian menghadap ke Daffa. Tetapi arah pandangannya sedang teralih ke arah lain. Di kejauhan Tanaka/Devin melihat jauh sosok Devan. Kemudian Tanaka menyuruh baby Ge-nya untuk melihat siapa yang sosok yang dari kejauhan.
"Beby Ge, coba lihat orang di sebrang sana, aku yang salah lihat, ataukah itu memang dia?" seru Tanaka.
Daffa/Ge melihat dan menyipitkan matanya, kemudian wajahnya mendadak pucat. "I-itu benar dia. Kak Tanaka, a-ayo kita pergi sebelum dia melihat kita."
"Tidak usah takut, dia tidak akan mengenali kita. Jangan tunjukan kalau kau takut dengannya. Bersikap sewajarnya saja dan jangan cemas. Oke?" seru Tanaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVE ME MR PSYCO (CERPEN) END
Mystery / ThrillerCinta dan obsesi antara Sang Psycopat dan mantan model ternama... Semenjak Daffa berhenti dari dunia modelingnya, Daffa sering mendapatkan teror... Hingga Daffa akhirnya pergi meninggalkan kota paris... Cerita ini hanya hiburan dan fiktif belala, ji...