Bagian 9 (Extra Chapter)

11.6K 706 49
                                    

Tiga Bulan Kemudian...

Setelah kejadian di rumah Tanaka, Daffa sudah berada di rumah sakit. Rasa trauma masih menghantuinya, Daffa/Ge masih terbaring di rumah sakit. Kondisinya sangat memprihatinkan, matanya sembab karena tak berhenti meneteskan air mata. Sungguh menyedihkan, orang-orang yang di sayangnya satu persatu pergi meninggalkannya.

Perlahan, Daffa membuka matanya, sesaat ia membuka mata, cahaya terang menyilaukan mata yang ia lihat. Daffa berada di sebuah padang rumput yang sangat hijau dan luas. Angin berhembus disana Daffa bertemu dengan kedua orang tuanya.

"Ayah, Ibu..." seru Daffa.

Kedua orang tua Daffa menoleh dan tersenyu. Lalu pergi menghilang dari hadapan Daffa, kemudian tidak lama, dia bertemu Alex, Ariadna, dan Jolene.

"Alex... Ariadna, Jolene tunggu... Aku ikut," seru Daffa.

Alex menoleh lalu tersenyum, kemudian berbicara. "Kau tidak perlu ikut kami. Daffa, aku minta maaf kepadamu karena selama ini aku banyak salah kepadamu,"

"Daffa, kembalilah. Belum saatnya kau ikut dengan kami. Kami menyayangimu Daffa, kembalilah." ujar Ariadna.

"Tapi...." ujar Daffa, belum sempat ia berbicara lagi ketiga sahabatnya itu pergi dari hadapannya.

Tidak lama kemudian Daffa berjalan tanpa arah, lalu ia pun bertemu dengan Devan.

"Kenapa kau disini?" tanya Devan.

"Kak Devan... D-dimana kak Devin?" tanya Daffa kembali.

"Aku tidak tahu, dia tidak bersamaku. Daffa, kembalilah... Seseorang telah menunggumu, sampaikan salamku padanya. Dia akan menjaga dan melindungimu, maafkan aku. Aku mencintaimu... Pergilah, ikuti kata hatimu, ikuti suara itu..." ujar Devan.

Belum sempat Daffa berbicara lagi, Devan juga lenyap dari hadapannya. Daffa terlihat bingung, lalu padang rumput yang hijau berubah menjadi ruang hampa yang gelap. Dari kejauhan, terdengar suara samar-samar memanggilnya, ia merasakan sesuatu menetes di tangannya. Sebuah cahaya kecil muncul lalu Daffa berlari kearah cahaya itu. Semakin dekat, semakin lebar cahaya itu.

"Uhuk uhuk..." Daffa terbatuk, perlahan ia membuka matanya pelan. Silau, sangat silau.

Kemudian Daffa melihat sekeliling, ruangan itu tidak asing. Bau khas membuatnya tau dia ada dimana sekarang. Kemudian ia berusaha bangun, lalu seseorang membuka pintu ruangan perawatan itu. Saat Daffa melihat sosok itu, hatinya sangat lega dan tenang. Air mata tak dapat di bendung lagi.

"K-kak Tanaka..." ujar Daffa.

"Baby Fa, kau sudah sadar. Tidurlah, aku akan memanggilkan dokter." ujar Tanaka/Devin, sambil mencium lembut.

Daffa berbaring, lalu tidak lama kemudian dokter datang dan mulai memeriksa Daffa. Setelah dokter itu selesai, Tanaka/Devin masuk ke dalam ruangan itu lagi.

Daffa tertegun sesaat melihat Devin/Tanaka masih hidup. Kemudian Daffa menangis tersedu-sedu, ia tak sanggup lagi untuk mengungkapkan perasaannya. Tanaka yang melihat Daffa seperti langsung memeluk Daffa.

"Aku disini, akan selalu berada di sampingmu. Jangan menangis, aku sangat tersiksa melihatmu menangis." gumam Tanaka.

"Apakah aku bermimpi? Aku tidak mau kehilangan kakak lagi, aku mohon jangan tinggalkan aku," ujar Daffa.

"Aku akan selalu disisimu, aku janji. Istirahatlah agar kau cepat pulih." ujar Tanaka.

Daffa hanya mengangguk, lalu berbaring. Tanaka dengan sabar merawat Daffa. Tanaka sangat sedih, melihat kondisi Daffa yang sangat kurus akibat komanya. Dengan hati-hati Tanaka membenarkan selimut Daffa, lalu mencium kening Daffa. Daffa terbangun.

"Kenapa kau bangun?" tanya Tanaka.

"Aku tidak bisa tidur, aku takut..." balas Daffa.

"Sssssttttt, tenanglah, aku akan memelukmu sambil tidur." ujar Tanaka.

Daffa mengangguk, lalu bergeser memberi tempat agar Tanaka bisa tidur di sisinya. Kemudian Daffa berbantalan lengan Tanaka. Daffa dan  Tanaka tertidur pulas.

Satu Tahun Kemudian...

Daffa kini kembali ceria seperti dulu, tetapi Daffa tidak akan pernah mau menjadi seorang model lagi. Daffa kini telah sukses hidup bersama Tanaka. Tanaka sangat mencintai Daffa, begitu juga sebaliknya. Kehidupan yang sangat mengerikan yang di lalui Daffa sangat sulit. Berhadapan dengan pembunuh berdarah dingin karena rasa iri dan ingin memiliki. Devan, sangat ingin memiliki dan melindungi Daffa tetapi dengan cara yang salah, hingga pada akhirnya Devan mati terbunuh demi menyelamatkan Daffa.

Yang membuat Daffa tidak habis pikir adalah, sahabatnya sejak kecil yang sudah ia anggap seperti saudaranya sendiri. Karena rasa iri dan cemburu, membuat Rey di butakan oleh amarahnya. Hingga ia tega mengatur kematian kedua orang tua Daffa. Bahkan tega membunuh kekasihnya Ariadna, dan Jolene sahabatnya. Bahkan yang jauh lebih sadisnya lagi, Rey mengkoleksi patung lilin yang tebuat dari manusia asli korban pembunuhannya. Korban di awetkan dan di jadikan patung lilin.

Daffa menghela napas panjang saat mengingat ia harus berhadapan dengan maut. Tanaka mendekat, saat melihat kesayangannya itu duduk melamun di taman sendirian.

"Sayang... Apa kau sudah beres-beres?" seru Tanaka.

"Sudah, semua sudah selesai kak. Tapi sebelum kita pergi, bisakah kemakam kak Devan dulu?" tanya Daffa.

"Baiklah, kita akan kesana. Aku juga akan mengirim doa untuk abangku, ya sudah ayo kita pergi sekarang." seru Tanaka.

Tanaka dan Daffa pergi menuju kemakam Devan untuk berziarah. Meski sudah membuat Daffa takut, tetapi berkat Devan pula yang menyelamatkan Daffa. Kata-kata terakhir yang membuat Daffa sedih dan terharu hingga kini. Mereka pun sampai di makam Devan. Tanaka membersihkan rerumputan yang sedikit tinggi, lalu Daffa juga membersihkannya. Kemudian Tanaka dan Daffa berdoa untuk Devan agar Devan tenang disana.

Setelah selesai dengan semuanya, Tanaka dan Daffa menuju kebandara. Setelah beberapa menit perjalanan akhirnya merekapun sampai di bandara. Dari Jepang bertolak ke Indonesia dan menetap di sana. Tanaka/Devin memeliliki banyak aset dan usaha di Indonesia, rumah, mobil, dan sebagainya.

Kini Daffa dan Tanaka, hidup aman damai dan bahagia di kota baru mereka. Daffa kini sukses sebagai fashion staylist. Sementara Tanaka sukses sebagai pemilik perkebunan teh, pabrik, dan kelapa sawit.

END

SAVE ME MR PSYCO (CERPEN) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang