Part 5

2.9K 298 16
                                    

Dara melebarkan matanya saat menyadari ibu tiri Vivi adalah mantan istri Seno. Mulutnya pun terbuka sedikit lebar sampai Indri mengelus pundaknya dengan tatapan tak terbaca.

"Jadi kamu temennya Vivi?" tanyanya ramah, membuat Vivi keheranan.

"Emang mami kenal sama Dara?"

"Hmm, nggak sih. Cuma Dara ini siapanya Pak Seno ya? Kebetulan Pak Seno kan temen Mami dan kita kemarin ketemu saat makan," tanya Indri penasaran.

"Itu ... anu, hmm ...,"

"Oh, Pak Seno guru kita, Mi. Kemarin Vivi sama Dara taruhan, kalau Dara bisa jalan sama Pak Seno yang idola itu dia dapat dua juta. Makanya sekarang Vivi mau bayar, tapi kurang sejuta hehe. Mami bisa kasih dulu nggak?" papar Vivi membuat Indri tersenyum sedikit sinis menatap Dara yang tertunduk.

"Ampuun deh anak muda sekarang. Perasaan guru aja dipermainkan, gimana kalau nanti Pak Seno tahu ya?" tanya Indri dengan sinis menatap Dara yang tertunduk.

"Biarin aja sih, Mi. Jangan bilang-bilang juga. Mana uangnya?" Vivi membela karena tidak faham maksud Indri adalah sedang mengeluarkan rasa yang sempat membakar hatinya.

Tentu saja Indri lega, mengetahui bahwa Dara hanya sedang mempermainkan Seno. Artinya dia ada kesempatan cari perhatian pada mantan suaminya itu.

Sementara Dara merasa dirinya tidak aman, jika Seno tahu pasti akan marah dan membencinya.

"Ini, ambil uangnya. Sisanya kasih donk, Vi," ujar Indri terkesan mengolok Dara yang tertunduk.

Dara juga bukan bodoh, dia tahu Indri senang dengan kenyataan ini karena kemarin jelas sekali raut cemburu dan penuh harap wanita ini pada gurunya. Bahkan sampai berbohong baru tiba padahal sudah mau pulang.

Tangan Dara terhulur menerima uang dari Indri. Lalu kembali ke paviliun menemui teman-temannya yang minta ditraktir olehnya. Namun dia tak merespon dan malah membayangkan kemarahan Seno padanya.

"Mampus gua," gumamnya sambil menarik nafas pendek.

***

Indri dengan semangat mengirim pesan pada Seno dan memotret Dara yang tengah bersama Vivi. Mengatakan tak menyangka kalau gadisnya Seno itu teman dari anak tirinya.

Seno tak terlalu peduli karena baginya Dara tak lebih dari murid saja.

Tidak direspon oleh mantan suami, Indri langsung menghubungi dengan kesal.

"Hallo," ujar Seno malas sambil sibuk membaca buku.

"Kamu nggak nanya ngapain cewek itu di rumah aku?" tanya Indri ketus.

"Ya main lah, kan kamu bilang temennya anak tiri kamu," balas Seno dengan keheranan.

"Lebih dari itu. Dia ambil uang taruhan karena sukses ngajak kamu jalan. Nggak tanggung-tanggung, dua juta taruhannya. Keterlaluan kan kamu cuma dijadikan objek taruhan," cerocos Indri seolah sedang membela Seno dari permainan para muridnya.

"Oh ya?" tanya Seno mengingat-ngingat Dara yang kemarin maksa sekali ingin berfoto.

"Iya, keterlaluan kan? Tegur aja kalau perlu kasih nilai minus," omel Indri sambil menggebu-gebu.

Seno hanya mengangguk-angguk sambil membaca buku, tak terlalu peduli dengan celotehan mantan istrinya. Baginya tidak penting jadi taruhan ataupun tidak, karena memang ada janji untuk mengajak gadis itu makan iga bakar.

"Ya sudah, aku lagi banyak kerjaan," pungkas Seno hendak mengakhiri obrolan.

"Tunggu dulu sih, dari dulu sibuk aja urusan kerjaan. Padahal gaji nggak seberapa," keluh Indri seolah masih sebagai istri Seno.

Need A Wife (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang