Part 3

3.4K 289 14
                                    

Andre, suami Indri sudah memiliki dua anak remaja. Usia pria ini memang tidak muda lagi. Saat menikah kemarin, usianya menginjak empat puluh satu tahun. Putri pertamanya sudah delapan belas tahun, dan anak keduanya empat belas tahun. Namun, kehidupan glamor menjadikannya terlihat muda dan penuh pesona.

Uang dari gajinya sebagai seorang manajer seolah tak pernah surut. Dari bisnis sampingan mengalir. Wajar jika kemudian Indri kepincut hingga rela menjadi selingkuhannya selama masih menikah dengan Seno.

Awalnya, kisah mereka hanya sebatas atasan dan bawahan. Lalu ketika acara family gathering, Indri dan Seno yang menyertainya tampak tak harmonis. Andre melihat peluang itu.

Setiap kali membeli sesuatu, makan-makan atau apapun yang harus mengeluarkan uang, Indri yang terlihat merogoh tas. Tak jarang terdengar kekesalan wanita itu pada suaminya yang tak membawa uang sepeser pun.

Andre selalu tampil sebagai atasan yang baik dan perhatian. Membayarkan apa saja yang dibeli oleh Indri. Bahkan jika barang tersebut untuk Seno. Seperti kaos, celana, hingga sepatu. Ayah dari dua anak itu tak merasa keberatan menggelontorkan uang untuk sebuah tujuan.

Indri yang merasa berhutang budi, tak memiliki alasan untuk menolak saat diminta menemani bossnya ke luar kota. Awalnya dia juga mengira sebagai atasan dan bawahan, tapi setelah tiba di kota Malang, Andre menunjukkan sikap yang sangat mesra dan perhatian.

Indri takluk, dia tidak dapat menolak saat dipaksa berbagi kamar hotel.

Gugup, sudah pasti. Dia juga bukan anak kecil yang tak faham tujuan Andre, tapi karena merasa sungkan menolak dan juga menikmati gelimang harta, logikanya dia gadaikan. Tanpa status, mereka kerap pergi bersama ke mana saja dengan alasan pekerjaan.

Seno, bukan tidak curiga. Karena tidak ada bukti, dia tidak bisa tegas kepada Indri.

"Kalau aku resign, kalian sekeluarga mau makan dari mana?" cibir Indri saat Seno meminta dia untuk tidak terlalu sering tugas ke luar kota dengan atasannya.

"Rezeki bisa dicari, insyaallah aku lagi ngurus semua keperluan untuk pengangkatan jadi PNS. Sabar ya, Yang." Seno menatap wajah istrinya yang bening karena polesan serum mahal dalam perawatannya.

"Seteralah. Aku keluar kalau kamu dah jadi PNS," jawab Indri sambil meninggalkan suaminya yang hanya menarik nafas panjang.

***

Merajut cinta sejak SMA, membuat Seno dan Indri ingin segera meresmikan hubungan mereka lebih serius. Namun, orangtua mereka meminta untuk melanjutkan kuliah.

Hubungan jarak jauh semakin mempererat cinta mereka, bahkan hanya bertemu satu atau dua bulan sekali. Indri kuliah di Jakarta, sedangkan Seno kuliah di Jojgakarta karena mendapat beasiswa.

Setelah lulus, Seno melamar Indri meski belum memiliki pekerjaan tetap. Pria sederhana itu memilih menjadi guru, karena cita-cita mencerdaskan generasi masa depan. Karena itu, dia memilih jadi tenaga honorer selagi mencari kesempatan untuk diangkat jadi pegawai negeri.

Meski cerdas, rupanya kemujuran belum berpihak padanya. Aneh, selalu saja gagal. Dia sendiri hampir putus asa, terlebih saat istrinya meminta cerai.

"Please, Yang. Sabar beberapa bulan saja lagi," pinta Seno kala itu.

Indri tak peduli lagi, dia sudah merasa sebagai istri dari Andre. Bahkan pria itu juga yang meminta Indri untuk lepas dari suami sahnya. Padahal, setelah resmi bercerai juga tidak langsung dinikahi. Selalu ada alasan, salah satunya restu dari anak-anaknya.

Kini, Indri meratapi pernikahannya yang sudah seperti berumur puluhan tahun. Konon, jika sudah puluhan tahun ditambah dengan masalah yang ada, tidak ada lagi keharmonisan di dalamnya. Itu mungkin wajar. Namun bagi Indri, pernikahan yang baru dijalaninya satu hari sudah sangat tidak menyenangkan. Jauh dari romansa seperti ketika baru menikah dengan suami pertamanya.

Need A Wife (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang