07. Janji

19 2 0
                                    

Akash membanting tubuhnya ke sofa di sisi lainnya. Ia benar-benar tidak habis pikir mengenai wanita di depannya. Sungguh Akash benar-benar frustasi menghadapi spesies wanita seperti Elora.

'Hm... Kekasih itu apa?'

Akash hanya diam setelah mendengar pertanyaan yang terlontar begitu saja dari bibir wanita di depannya. Pertanyaan terkonyol yang pernah Akash dengar selama dia hidup.

Kekasih itu apa? Oh ayolah bagaimana wanita dewasa seperti Elora tidak mengetahui apa itu kekasih. Apa itu sebuah benda? Makanan? Hewan? Buah-buahan? Hell no!

"Kau kenapa?" tanya Elora.

Akash kehabisan kata-kata untuk menjawabnya. Orang gila macam apa yang di depannya sekarang ini?!

"Sudahlah! Lupakan! Kepala ku pusing saat ini! Astaga!" dumel Akash.

Elora masih saja memasang wajah polos nya di saat Akash meninggikan suaranya. Dia tidak terkejut sama sekali.

Akash beranjak menuju kamarnya meninggalkan Elora yang masih berada di ruang tamu, tapi sebelum Akash benar-benar menghilang dari pandangan mahkluk cantik itu, Elora sudah terlebih dulu menghentikan langkah Akash.

"Tunggu!" Akash membalikkan badan nya menghadap Elora yang masih tetap setia duduk di sofa.

"Emh.. Aku tidur dimana?" Akash menjatuhkan rahangnya mendengar pertanyaan Elora. Konyol sekali.

"Kau pikir sendiri." Akash mulai terdengar tidak bersahabat. Bahkan dia melanjutkan langkahnya semakin menjauh.

Namun, sebelum benar-benar menutup pintu kamarnya, Akash berbalik, "Di samping kamar ku ada kamar kosong, kau bisa tidur di sana. Kau tahu kan kamar ku?"

Elora mengangguk walaupun anggukannya sama sekali diabaikan oleh Akash, "Jangan berbuat aneh-aneh! Singkirkan rencana-renaca licik di otak kecil mu itu."

Tanpa menunggu respon Elora, Akash membanting pintu kamarnya cukup keras.

"Cih dasar jelek!"

••••

Saat ini jarum jam telah menunjuk ke angka 19.00 p.m. Suasana sepi begitu mendominasi di Apartemen Akash. Tidak terlihat satu pun aktifitas yang berarti di sana.

Di dalam kamar nya, Akash tengah sibuk dengan beberapa dokumen dan kertas-kertas yang menumpuk di atas meja. Jari jemarinya terlihat sibuk menari-nari di atas keyboard laptop yang ada di samping tumpukan dokumen tersebut.

Sesekali ia memijit pangkal hidungnya. Akash terlihat benar-benar serius, matanya hanya terfokus ke arah monitor.

Sedangkan di lain kamar, tampak Elora menopang dagunya dengan malas. Ia merasa bosan dan kosong. Setelah bercekcok ria dengan Akash beberapa jam yang lalu, pria itu mendiaminya bukti bahwa ia kesal dengan Elora.

Elora melepaskan topangan di dagunya selaras dengan ia melemparkan bantal yang berada di pangkuannya ke arah pintu. Seumur hidupnya ia tidak pernah merasa sekosong sekarang.

"Semuanya terasa asing." ucapnya sendu.

Tak lama berselang, tiba-tiba terdengar suara berisik yang entah bersumber dari mana. Hawa di sekitar Elora pun menurun. Elora tak dapat mengartikan apa yang sekarang ia rasakan. Ia merasa tidak nyaman.

Seberkas cahaya tiba-tiba muncul begitu menyilaukan padangan bersamaan dengan angin yang tiba-tiba berhembus kencang menerpa Elora.

"El!" secara spontan kepalanya mendongak mendengar suara yang sangat dia rindukan memanggil namanya.

Akash & EloraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang