02. Rindu

37 5 0
                                    

Dalam film sosok yang digambarkan mempunyai ciri yaitu tinggi, atletis, dan tampan akan menjadi tokoh yang digilai kaum hawa.

Tapi, hal itu tidak berlaku bagi Akash. Jangankan mendekatinya, bernapas di ruang yang sama saja membuat mereka --- para wanita menjerit tak terima.

Masih ingat sebutan pembawa sial yang dirundungkan kepadanya? Sebutan itu bahkan masih disematkan kepadanya sampai sekarang.

Hanya Andrea satu-satunya orang yang tidak pernah percaya bahwa kelahiran adik kecil nya itu adalah sebuah malapetaka. Menurutnya apa yang dialami oleh keluarganya adalah sebuah cobaan untuk menguji seberapa tangguh dan kuatnya mereka mempertahankan keutuhan dari sebuah keluarga. Andrea tahu persis seberapa pedih luka yang diderita oleh adiknya selama ini.

••••

Deringan suara telepon memecah kesunyian yang menyelimuti.

"Ck! Cepat angkat bodoh! Sialan!"

Wajah pria di pojok ruangan ini memerah semerah baju yang dia kenakan. Setiap kata yang dia ucapkan setajam belati.

Hanya karena deringan sebuah telepon tak lantas membuatnya tuli bukan? Pria itu sangat berlebihan.

"Kau membuat konsentrasi ku terganggu dasar pembawa sial!!"

"Hey! Angkat!!"

Seperti sebuah seremoni yang meriah. Bentakan dan cacian itu bak sebuah lagu yang dialunkan oleh grup paduan suara profesional, sangat selaras dan harmoni.

Menulikan telinga menjadi jalan terbaik. Anjing menggonggong kafilah berlalu.

"Halo, Ada apa kak?" tanyanya lembut.

"Bisakah kau ke rumah sekarang, Akash?"

Akash membuang nafas nya berat. Kakaknya itu benar-benar kepala batu.

"Rumah?" ulangnya sekali lagi.

"Iya, rumah kita. Rumah yang ditempati Mom dan Dad." Akash tidak salah dengarkan? Bahkan mendengarnya saja membuatnya mual.

"Pekerjaan ku masih menumpuk Kak Andrea. Maaf, aku tidak bisa." tolaknya seperti biasa.

Yang benar saja! Kembali ke rumah itu sama saja ke lubang neraka.

"Begitukah... Ya sudah maaf menganggu mu. Padahal ini permintaan keponakan mu." jawab Andrea memelas di seberang.

Akash diam sejenak. Memang semenjak hamil, Andrea selalu mendesak Akash berkunjung menemuinya. Akash sebenarnya bisa kapan saja menuruti Andrea tapi mengingat di mana sekarang wanita hamil itu menetap membuat Akash mengubur dalam-dalam niatannya tersebut.

Pada usia kehamilan 29-32 minggu, sebagian wanita hamil sering merasa kram terutama di malam hari. Kondisi-kondisi ini membuat tidak nyaman dan menimbulkan kondisi sering sulit tidur sehingga bisa membuat ibu merasa lebih sering lelah. Hal ini menjadi salah satu faktor kenapa Andrea harus selalu berada dalam pengawasan ekstra.

Ricky-suami Andrea-belum bisa mengambil jadwal cuti untuk menemani istrinya. Agar Andrea dalam pengawasan 24 jam, dia menetap untuk sementara waktu -sampai dia melahirkan- di rumah orang tuanya.

"Baiklah. Setelah pulang bekerja aku akan mampir ke sana."

Suara Andrea terdengar sangat antusias di seberang sana. "Benarkah? Baiklah, kakak tunggu kedatangan mu, adik."

Akash hanya tersenyum simpul mendengar panggilan yang diberikan Andrea padanya. "Hemm." gumamnya lalu mematikan telepon secara sepihak dan kembali pada kesibukan awalnya-bekerja menyelesaikan semua tugasnya.

Akash & EloraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang