"Arga, itu gimana bisa anjir?! Ceritain dong Ga cepet!"
"Ga, serius ini lo lagi pdkt apa gimana sih?"
"Kok gak bilang-bilang gue sama Rizki Ga? Gak seru lo ah!"
Arga memutar bola matanya malas. Ia masih terus berjalan dengan cepat menuju kelasnya sehabis bermain basket tadi. Jantung Arga masih berdegup kencang meskipun mati-matian ia tahan agar tidak salah tingkah di depan kedua temannya. Dan ia juga berharap siapapun tidak ada yang menyadari bahwa Arga merasa malu saat ini.
"Ga ih, ceritain dong! Gila lo serius rekor banget nih asli." Kamal masih saja heboh sendiri, dan terus memaksa Arga untuk bercerita.
Pasalnya Kamal tahu, tidak mungkin Arga si cowok yang takut dengan perempuan itu bisa memberikan bakso dengan cuma-cuma kepada Alena. Alena woy Alena, cewek taksiran Arga yang kalau di kelas saja Arga tidak berani menatapnya.
Rizki yang juga jalan di belakang kedua temannya hanya terkekeh pelan. Sebenenarnya ia juga sempat terkejut saat Alena meneriaki temannya dan mengucapkan terimakasih karena Arga telah memberikannya bakso. Sejak kapan Arga seberani itu? Pikir Rizki. Namun apa yang tidak mungkin terjadi di Dunia ini?
"Arga ih ceritain! Kepo parah nih gue Ga!" Kamal masih bersi keras ingin tahu.
Sedangkan Arga hanya diam dan terus melangkah menatap lorong sekolahnya. Iya sesekali berdecak pelan saat Kamal yang terus-terusan bertanya.
"Ki! Bantuin gue dong biar Arga cerita, jangan diem aja!" Senggol Kamal ketika cowok berambut ikal itu sudah ada di sampingnya.
"Ogah gue kerjasama bareng lo," jawabnya asal.
"Ish! Arga cer-"
Kata-kata Kamal seketika hilang di udara saat Arga langsung membekap mulutnya dengan roti cokelat yang sudah ia beli saat tadi di kantin.
"Bawel lo sama kaya Alena."
Kamal yang mendengar kalimat dari mulut Arga tadi langsung membulatkan matanya sempurna dan langsung mencabut rotinya lalu berteriak histeris.
"Astaga! Arga ku sudah dewasa!!!!"
--
"Arga, ini artinya apa?"
Suara Alena menghentikan aktifitas Arga dari konsentrasi belajarnya. Ia menahan napas untuk beberapa saat, kemudian melihat teman sebangkunya sekilas dan kembali fokus pada tugasnya.
Astagfirullah pake acara manggil lagi! Batin Arga mendumal.
Sejak kejadian beberapa jam lalu saat jam istirahat, Arga menjadi lebih diam dan bahkan lebih menjaga jarak dengan Alena. Ia masih teringat ketika gadis berjepit biru itu meneriaki namanya. Seketika Arga hanya bisa diam mematung dengan darah berdesir hebat saat di lapangan tadi. Apa lagi ketika mata cokelat madu milik Alena bertemu langsung dengan mata cokelat gelap miliknya. Dunia Arga seakan melayang jauh untuk beberapa detik, sebelum akhirnya Arga memutuskan kontak mata mereka berdua.
Arga jadi bergidik membayangkan itu semua.
Alena berdecak sebal. "Arga? Gue nanya lho,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Arga dan Alena
Teen FictionIni hanya kisah SMA pada umumnya. Namun cerita ini memiliki kesan tersendiri. Bagaimana bisa? Cowok yang memiliki trauma dengan wanita ternyata sudah lama memendam rasa pada seorang gadis yang kebetulan teman kelasnya. . Bagi Alena, Arga hanya sebat...