Rizki dan Kamal menelan makanannya dengan cepat, kemudian meneguk minumannya dengan kasar dan langsung bangkit dari kantin. Kali ini tujuan mereka hanya satu, yaitu ruangan futsal yang ada di ujung lantai satu yang bersejajar dengan ruangan kesehatan.
"Ini kenapa si Arga yang dari tadi kita cariin ternyata malah pingsan sih Ki?" Kamal bertanya di tengah jalan yang di selimuti kepanikan.
"Mana gue tau," jawab Rizki yang berusaha mempercepat langkahnya.
Kamal dan Rizki memang sedari tadi mencari keberadaan temannya, Arga. Setelah bel istirahat berbunyi Arga tiba-tiba hilang mendadak dan mereka berdua yang sudah lapar memutuskan langsung ke kantin. Sebelum makanan pesanan mereka benar-benar habis, tiba-tiba saja Alena menelpon Rizki dan mengabarkan bahwa Arga pingsan dan sudah di papah Danu menuju ruang futsal yang kala itu sedang berada di sana.
"Arga di bawa ke ruang futsal aja, di UKS ada cewek ntar bisa-bisa di pingsan terus-terusan!" Kata Alena berbicara pada Danu yang ingin membawa ke ruang kesehatan.
"Na, Nu, Na, Nu," teriak Kamal di depan pintu ruangan futsal dan langsung membuka pintu. Matanya langsung melihat ke arah cowok yang tengah menutup mata di atas sofa panjang dengan keringat yang bercucuran.
"Kenapa Arga bisa pingsan?" Tanya Kamal ketika ia sudah tiba.
Danu langsung memutar bola matanya malas. "Permen asem asin enak rasanya." Celetuk Danu.
Alena menggeleng pelan, "Nggak ngerti, pas gue suruh dia minta maaf sama Farha di UKS belum masuk aja udah pingsan."
Kamal dan Rizki saling tatap dan langsung mengerutkan keningnya bingung.
"Masa iya dia pingsan cuma gara-gara itu?" Tanya Kamal entah pada siapa.
Alena mengangkat bahunya tidak tahu. Ia sendiri pun bingung melihat kejadian tadi. Alena sampai syok melihat Arga pingsan di depannya. Untung saja ada Danu yang hendak mengambil absen anak-anak futsal. Kalau tidak, bisa di pastikan Alena akan menyeret Arga dengan tragis.
"Nyalain kipas anginnya dong Mal, biar Arga engga kepanasan." Kata Rizki langsung beranjak duduk di sofa ujung kaki Arga. Ia membuka sepatu dan kaus kaki temannya lalu langsung memijatnya pelan.
Kamal hanya mengangguk dan langsung menyalakan kipas anginnya.
"Nih, kasih minyak kayu putih lagi Nu, di hidung sama keningnya biar dia bangun." Suruh Alena yang menyodorkan botol kecil berwarna hijau.
Danu langsung menerimanya dan melakukan yang di suruh Alena.
"Ga, bangun Ga!" Kata Danu seraya mengoleskan minyak beraroma itu di kening dan hidung mancung Arga.
"Ga, bangun." Kata Danu lagi, kali ini menepuk pipi Arga.
Setelah beberapa menit, perlahan tapi pasti mata cowok itu terbuka dan mengernyit kemudian. Kepalanya terasa berat dan pening. Ia memaksakan untuk duduk meski sudah di tahan oleh Danu.
Semua yang ada di dalam ruang futsal memandangnya tak terkecuali Alena. Ia menatap Arga dengan tatapan yang tak bisa di artikan.
"Yaampun Arga, akhirnya lo bangun juga! Tau nggak? Gue sama Rizki panik banget pas Alena ngabarin lo pingsan! Lo kenapa sih bisa pingsan?"
Kamal berceloteh dah langsung duduk di samping cowok itu tanpa mengindahkan tatapan sebal ketiga teman yang lainnya.
"Lo tuh padahal gue cariin sama Rizki kemana-mana tau nggak?!"
"Kok lo bisa pingsan disini sih Ga?!"
Kamal terus bertanya sampai membuat Alena mengehembuskan nafas kasar.
"Mal, itu kan si Arga baru sadar gila! Ngapain lo tanya-tanya mulu sih!" Sungut Danu kesal.
Kamal mengibaskan tangannya. "Orang gue nanyanya biasa ko, iya kan Ga?"
Kamal mencari pembelaan, namun yang di tanya hanya diam saja.
"Tuh! Dia diem aja! Artinya dia tambah pusing denger suara lo,"
"Ih kok lo yang jadi kesel sih Nu,"
Rizki menggelengkan kepalanya. Memang sudah seperti itu jika Danu dan Kamal bertemu. Tidak pernah akur, berdebat, ribut, adalah hobby mereka jika bertemu. Meskipun keduanya sering ribut-ribut tidak jelas dan mempermasalahkan hal-hal sepele, tentu itu adalah salah satu yang membuat tim futsal SMAnya menjadi ramai dan seru.
"Lo udah enakan Ga?" Tanya Rizki akhirnya.
Cowok jangkung itu mengangguk kecil, dan tak sengaja bola matanya bertemu dengan manik mata Alena yang kini tengah memandangnya juga.
Alena mengerjap beberapa kali. Dan Arga langsung memutuskan kontak mata mereka berdua.
"Sorry, gue mau ke UKS dulu ya. Gue permisi." Suara Alena membuat Kamal, Rizki dan Danu menoleh kearahnya dan langsung di berikan anggukan oleh ketiganya.
"Mau gue anterin Na?"
"Nggak perlu!" Seru Alena kepada Kamal yang tengah terkekeh karena jawaban Alena yang sedikit nyolot.
Alena langsung masuk kedalam ruang kesehatan dan mendapatkan Farha masih tertidur di atas ranjang sana. Ia menghela nafas lega, karena melihat temannya sudah sedikit membaik.
"Kak Alena mau nemenin kak Farha?"
Alena menoleh dan mendapatkan anak kelas sepuluh berambut pendek yang Alena yakini sedang bertugas menjaga ruang kesehatan hari ini. Gadis itu menenteng buku besar dan langsung duduk di bangku seberang ranjang Farha.
"Kayanya engga deh, soalnya tadi gue udah nelpon supirnya buat jemput Farha biar di bawa pulang aja." Jawab Alena seraya duduk di bangku sebelah ranjang Farha.
Gadis berambut pendek itu hanya mengangguk dan meneruskan aktifitasnya yang sedang mencatat tulisan di buku besar.
"Mm, gue nitip Farha lagi ya Syah? Sebentar lagi sopirnya dateng, udah gue suruh buat jemput di UKS kok,"
Gadis itu menoleh, lalu mengangguk sopan di ikuti senyuman kecil.
"Yaudah gue permisi dulu," Alena langsung bangkit dan meninggalkan ruang UKS.
Saat keluar, Alena sempat melirik ruang futsal sebentar. Pintunya masih terbuka sedikit, dan sayup-sayup masih terdengar percakapan meski tidak terlalu jelas. Alena tidak terlalu perduli, dan langsung melanjutkan langkahnya.
Kaki Alena melangkah menuju kantin sekolah. Sebenarnya ini sudah jam masuk pelajaran selanjutnya, tetapi Alena ingin mampir sebentar dulu ke kantin karena perutnya sudah meronta ingin di beri makan.
Seharusnya sudah dari setengah jam yang lalu perutnya terisi makanan. Namun karena insiden yang di luar dugaan Alena, akhirnya jam istirahatnya tertunda. Untung saja, saat ini kelas Alena tidak ada guru dan hanya di beri tugas saja.
"Bu, Nasi kuningnya satu ya!" Pesan Alena kepada salah satu kedai kantin dan langsung duduk di meja pojok.
"Siap Neng! Jeung es teh manisnya heunteu?" Tanya Ibu kantin itu, dan langsung di beri anggukan mantap oleh Alena.
Sambil menunggu pesanannya, Alena kembali mengingat kejadian tadi saat teman sebangkunya pingsan. Alena sampai saat ini masih bingung sendiri mengapa cowok itu bisa pingsan padahal Alena tidak menyuruhnya untuk melakukan sesuatu yang membuatnya capek atau hal-hal aneh sekalipun. Ia hanya menyuruh cowok itu minta maaf saja kepada temannya. Lalu apa sebenarnya yang membuat cowok itu pingsan?
Ah Alena benar-benar di buat bingung oleh Arga hari ini.
///
Selamat membaca kisah Arga dan Alena 🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
Arga dan Alena
Teen FictionIni hanya kisah SMA pada umumnya. Namun cerita ini memiliki kesan tersendiri. Bagaimana bisa? Cowok yang memiliki trauma dengan wanita ternyata sudah lama memendam rasa pada seorang gadis yang kebetulan teman kelasnya. . Bagi Alena, Arga hanya sebat...