25. Arga dan Alena

1.1K 41 2
                                    

Arga :

Tapi lo udah makan?

Indah :

Udah, kalo belum emang lo mau beliin? Haha.

Arga :

Iya

Indah :

Iya? Iya apa?
Kenapa sih jadi cowok cuek bgt lo

Memang begitu, semenjak Arga mengetahui cerita kelam hidup cewek itu, Arga menjadi lebih perhatian dengan Indah. Bahkan mereka sesekali makan bersama, atau Arga yang sesekali berinisiatif membawakan makan ketika Indah bilang dirumahnya tidak ada makanan. Arga sendiri bingung apa yang terjadi akhir-akhir ini dengannya yang begitu perduli dengan cewek itu. Bahkan ia mengenal Indah pun baru satu minggu yang lalu.

"Ga?"

Arga menoleh, dan mendapatkan Alena sudah duduk di depannya dengan satu gelas teh hangat.

"Iya Na?"

"Lo yakin gak mau teh anget nih?"

"Iya nggak usah, makasih Na."

Alena mengangguk dan tersenyum kecut kemudian.

Hari ini, di jam terakhir kelas sebelas IPA satu adalah pelajaran Kimia. Semua siswa dan siswi sudah berada di posisi masing-masing dengan kelompok yang sudah di tetapkan.

Alena mengaduk teh hangatnya yang baru ia beli di kantin. Cuaca di luar sana sedang di guyur hujan lebat, dan kebetulan penelitian asam dan basa harus maju perkelompok. Alena sangat bosan satu kelompok bersama dengan Arga dan Nara. Ia melirik kelompok Kamal, Farha, dan Rossa. Mereka bertiga sedang asik bergurau sambil menunggu giliran kelompok mereka untuk maju.

"Nara, lo juga nggak mau teh angetnya? Coba deh, enak banget di minum pas lagi hujan gini." Alena menyodorkan gelasnya yang tinggal setengah.

Nara menggeleng, sambil tersenyum ia menjawab. "Maaf Alena, aku puasa."

"Eh? Yaampun sorry Ra, nggak tau." Alena cepat-cepat menarik tangannya kembali.

"Nggak apa-apa Na." Jawab Nara dengan sangat lembut, sambil kembali meneruskan tadarus Al-Qur'annya.

Alena menghembuskan nafas pelan, lalu menoleh pada Arga. "Ga?"

"Iya?"

Melihat Arga menoleh, Alena sempat melengkungkan garis bibirnya tanpa di sadari.

"Lo diem aja, ada yang lo pikirin?"

"Engga, nggak ada."

Arga menjawab cepat, sambil melihat layar ponselnya kembali ketika terasa getaran di benda pipih itu. Ia mengamati lama pesan dari seseorang di seberang sana sebelum akhirnya garis bibirnya terbentuk senyum tipis yang tertangkap mata Alena.

"Lagi chatan sama siapa sih Ga? Senyum-senyum sendiri gitu, ntar di kira gila lo."

"Bukan siapa-siapa Na."

"Oh iya Ga, nanti balik sekolah gue boleh nebeng nggak? Kebetulan tadi pagi gue di anterin sama Mama Viona, jadi nggak bawa motor."

Alena tahu, semenjak kejadian kemarin saat ia lomba Arga menjadi aneh dengannya. Memang ia bukan siapa-siapa Arga, tapi biasanya cowok itu akan mengajak Alena bicara duluan, atau menawarkan Alena untuk pulang bersama. Dan bahkan mengirim Alena pesan terlebih dulu. Entah itu modus menanyakan tugas yang berlanjut dengan membahas hal-hal tidak penting lainnya, atau memang Arga yang berusaha mencoba menciptakan obrolan baru.

Arga dan AlenaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang