~• D E L A P A N •~ Memulai

23 9 4
                                    

Jatuh cinta?..
Terkadang aku tak mau mengenal itu..
L A G I
_saa
______________________________________

☀ ☀ ☀

        Hari yang baru, pagi yang baru, kelas pun baru..

Ketiga sahabat Erla nampaknya sudah menunggu di kelas. Tapi, Erla masih di jalan. Sesampainya di sekolah, Erla tak sengaja bertemu Arka di gerbang depan.
" pagi laa 😊" sapanya.

" ehh.. Hey Arka," jawabnya ragu.

" panggil A aja, kamu lupa ya? 😊"

" oh iya ya.. :D "

Mereka akhirnya ke kelas bareng, disepanjang perjalanan mereka sudah ngobrol banyak. Ternyata, kenapa alasan Arka ingin dipanggil dengan sebutan 'A' oleh Erla itu, adalah nama panggilan dari almarhum ibunya. Tak sembarang orang yang boleh memanggil namanya dengan sebutan itu.
'lantas, kenapa aku boleh memanggil dengan sebutan itu?' gumam Erla dalam hatinya.

        Ketika masuk kelas, Erla sudah melihat ketiga sahabatnya dan langsung menghampirinya. Sedangkan Arka, dia langsung menghampiri teman sebangkunya
'Adnan'.
Ketiga sahabatnya lalu bertanya kepada Erla, apa dia tadi berangkat bareng Arka? Lalu Erla menjelaskan bahwa mereka hanya berpapasan di depan gerbang sekolah.

🕙 🕙 🕙

" Err, hayu ke kantin?" Ajak Adel.

" mmhh, engga ah. Ntar istirahat kedua aja."

" asli nih?  Yaudah kita ke kantin dulu ya." ucap Karoll.

" iya "

Erla hanya menatap ponselnya lalu menyimpannya di meja.

'ngapain ya? Gabut juga :( .. Gambar aja deh '

Erla akhirnya memutuskan untuk menggambar di skethbook biasanya. Tak lama dari itu... Erla terkejut ketika Arka datang menghampirinya dengan menyodorkan sebungkus roti dan susu kotak.

"Hai Laa, kamu ga ke kantin kan? makan tuh." Ucapnya sambil duduk di bangku depan Erla dan membaliknya agar dapat berhadapan.

"Loh? Padahal gapapa A, tapi makasih 😁" Jawabnya ragu.

"Ciee, manggilnya udah bener nih haha,"sahut Arka.

Erla hanya tersipu malu.
Lalu membuka sebungkus roti pemberian Arka dan memakannya.

Sedangkan Arka sedang terpana ketika melihat hasil gambaranya Erla di atas meja. Dia langsung memegang skethbook Erla dan terus memandanginya. Sedangkan Erla sedang memakan sebungkus roti tanpa ragu.

"Laa, gambaran kamu bagus-bagus loh. Sebentar lagi kan ada festival budaya tuh, kamu bisa aku usulin buat nge-desain panggungnya. Pasti bagus deh." Ucap Arka tiba-tiba.

"hah! Engga A, itu cuma iseng-iseng aja. Apalagi desain panggung, aku belum pernah ikutan begituan."

"Kan namanya belajar Laa, iseng-iseng aja udah bagus.. Gimana kalo benerannya ya?" Gurau Arka.

"Ah kamu bisa aja," pipi Erla memerah ketika Arka berkata seperti itu dengan senyumnya yang khas.

Mereka yang  tadinya canggung, sekarang sudah mulai terlihat akrab.

B[ERLA]BUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang