~• S E P U L U H •~ Dilema Festival Budaya

17 2 0
                                    

Tidak semua orang yang kehilangan adalah sebuah kerugian, bisa jadi itu adalah sebuah keberuntungan.
-spasi.ig
______________________________________

🎪 🎪 🎪

"Gimana Laa? udah baikan?" Tanya Arka sambil menyodorkan sebuah tempat makan.

"Alhamdulillah A, aku baikan. Ngomong-ngomong ini apa?" Tanya Erla heran.

"Itu sarapan buat kamu. Pasti kamu buru-buru kesini dan engga sarapan kan?"

Erla hanya tersenyum tipis.

Setelah kejadian kemarin lusa, Arka jadi semakin perhatian kepada Erla. Dan hari ini tepatnya hari berlangsungnya acara
Festival Budaya. Itu sebabnya Erla datang lebih pagi dari biasanya dan lupa untuk sarapan, karena panitia harus berkumpul sebelum pukul enam pagi.
Semua panitia terlihat mulai melakukan tugasnya masing-masing, terkecuali Erla. Dia izin untuk sarapan dulu dan diberi waktu 15 menit.

Sambil makan, Erla terkadang terpikir soal Ezra, dia masih bertanya-tanya apa alasan Ezra kembali? Setiap hari dimulai saat ketiga sahabatnya menyuruh Erla untuk pura-pura meladeninya, Ezra semakin sering mengechat Erla. Tanpa sadar, dengan kehadiran Arka sekarang, Erla jadi lupa masalah di SMP nya dulu.
______________________________________

'Ngomong-ngomong, aku beruntung kehilangan sosok yang dulu ku anggap sempurna. Ternyata.. Tuhan lebih tahu siapa sosok yang pantas aku dapatkan setelah kesedihan kemarin. Dan itu... Ezra Sukma Jagatraya.'
                          _Erla Agisty Rengganis

______________________________________

Tak sadar, hatinya sedikit demi sedikit mulai berlabuh. Tapi Erla masih takut kejadian yang pernah menimpanya terulang kembali. Itu sebabnya Erla sangat berhati-hati.

° ° ° ° °

        Hari ini terasa ada yang kurang karena Erla tak bertemu dengan ketiga sahabatnya, keikutsertaan pertama kalinya dalam Festival Budaya, membuat Erla semakin hidup dan mulai beradaptasi dengan orang-orang di sekolah ini. Itu____ berkat Arka.

Terlihat Erla sedang membereskan sisa-sisa dekorasi yang berantakan dekat lapangan. Keringatnya mulai bercucuran, pandangannya pun sayu. Erla terlihat sangat lelah.

"Laa, kamu istirahat aja dulu. Toh sekarang kan tugas kamu udah beres, cuma bantu-bantu yang lain aja." Ucap Arka yang tiba-tiba menghampirinya.

"Gapapa A, cuma beresin ini aja ko. Aku pasti bisa." Jawabnya dengan suara lirih.

mendengar Erla berkata seperti itu, Arka tak percaya. Karena mau dilihat dari mana pun, sudah jelas Erla kelelahan.

"Ayo Laa, kita duduk dulu di koridor sana ya. Kubantu berdiri oke." Tanpa basa-basi Arka langsung meraih tangan Erla.

Tangan Erla sempat menahan, tapi pada akhirnya.. Tangan mungil itu mengikuti petunjuk yang diberikan Arka. Di bangku koridor Arka juga menyuruh Erla untuk bersandar di bahunya. Di sana Erla tak bersuara sepatah kata pun, Arka sempat berpikir kalau Erla mungkin tertidur. Tapi, tidak biasanya dia seperti ini. Arka sontak menunduk agar bisa melihat wajah Erla.
Terlihat wajah Erla berubah menjadi pucat. Melihat itu, Arka kaget dan langsung memapahnya ke UKS.

Shitt!
Tak ada seorang pun di dalam UKS.

"PMR pada kemana sih gila! Masa gaada satupun disini?!" pekik Arka kesal.

B[ERLA]BUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang