GL 9 - Cinta Pada Sang Baginda

18.1K 1.8K 197
                                    

GL 9. Cinta Pada Sang Baginda

🍁🍁🍁
"Level tertinggi sebuah cinta,
selain pada Sang Maha Cinta,
tertuju pada Baginda yang mulia,
Habiballah Muhammad, rasul kita."
-Arvalio Raid Byantara


"Kakak mau kemana?" Langkah Arva terhenti saat pertanyaan dari Arael terdengar. Gadis kecil itu duduk di baby chair-nya yang ada di ruang tengah. Menatap Arva dengan mata bundar yang dihiasi bulu mata lentiknya lekat.

Arva melangkah menuju Arael, menyamakan tingginya dengan sang adik, lalu mengusap surai hitam yang dikuncir dua itu lembut. "Kakak mau ke Masjid Agung dulu, ya. Mau belajar kayak Ael di sekolah," jawabnya.

 Mau belajar kayak Ael di sekolah," jawabnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Belajal?"

"Iya. Kakak, kan, mau pintar juga kayak Ael. Jadi, Kakak harus belajar," balas Arva masih dengan sorot hangat yang tertuju pada Arael.

"Sama Bunda-bunda juga, iya?"

Arva terkekeh mendengar pertanyaan adiknya. "Sama ustadz namanya, Dek. Karena Kak Arva, kan, belajarnya di masjid bukan di sekolah," jawabnya hati-hati.

"Ustadznya pintal juga, iya?"

"Iya, dong. Harus pintar supaya bisa mengajar murid-muridnya jadi pintar juga." Kali ini Arva mengacak poni rata Arael gemas.

"Belalti Bunda-nya Ael juga pintal, kan, Kak?"

"Iya. Bunda-nya Ael di sekolah juga pintar, makanya bisa ajarin Ael jadi pintar begini," ucap Arva.

"Ael gak boleh ikut, ya, Kak? Ael juga mau belajal."

Arva terdiam sejenak sebelum tersenyum. "Hari ini, kan, Ael mau pergi sama Papa dan Mama. Nanti kalau Ael gak ikut, Papa Mama sedih, lho. Ael gak mau buat Papa Mama sedih, kan?" ujar Arva mencoba mengalihkan pembicaraan.

Gadis mungil di depannya mengerjap lucu. Dahinya berkerut seolah berpikir membuat Arva gemas sendiri dengan tingkah adiknya. Kemudian Arael menggeleng cepat. "Ndak mau! Ael ikut Papa Mama aja, deh. Bial Papa Mama ndak sedih," jawabnya dibalas Arva dengan tawa.

Sebelum akhirnya pemuda itu mengecup pipi putih Arael dan kembali berpamitan. "Kakak berangkat, ya? Ael jangan nakal, ya, Dek." Pesannya seraya mengusap pucuk kepala Arael yang mengangguk.

"Iya. Kak Alva hati-hati. Assalamu'alaikum," ucapnya lucu dengan senyum lebar yang menunjukkan dua gigi kelincinya.

"Makasih cantiknya, Kakak." Arva kembali mengecup gemas pipi Arael. "Harusnya Kakak yang bilang assalamu'alaikum. Nanti Ael yang jawab," katanya.

Arael menyengir saja mendengar ucapan sang kakak. Kepala mungilnya terangguk-angguk seolah mengerti ucapan Arva.

"Kakak pergi, ya. Assalamu'alaikum," ucap Arva kemudian, "Bik, titip Ael, ya! Mama lagi siap-siap," sambungnya kemudian menitipkan Arael pada salah satu asisten rumah tangga di rumahnya yang sedang membersihkan ruang tengah.

Greatest Love ✔️ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang