GL 5 - Not Yet

16.5K 1.9K 252
                                    

GL 5. Not Yet

🍁🍁🍁
Allah pernah mengujiku dalam keluarga.
Membuatku sempat lupa akan eksistensi-Nya.
Namun, kebaikanNya seakan tak pernah sirna.
Saat ia hadirkan sosok yang membantuku berhijrah dijalan-Nya.
-Arvalio Raid Byantara


"I trust you, Arva. You can handle this project. Hotel yang akan kamu handle kali ini adalah kerjasama dari teman-teman saya dan saya harap kamu bisa diandalkan seperti biasa." Mr. Ben –project manager divisi mereka menatap pemuda itu tegas. Arva mengangguk mendengar permintaan Mr. Ben tersebut. "Semua sudah dikonsultasikan padamu?" tanyanya lagi.

"Sudah, Sir," jawab Arva.

"Good. Kamu bisa mengunjungi lapangan secepatnya. Saya percaya kamu lebih mengetahui lokasi tersebut karena kamu berasal dari sana. Hopefully, all is good. Then you can finish it in the right time."

"Yes, Sir. Surat tugas sudah saya terima. Tiga hari lagi saya akan ke Palembang untuk melihat lokasi. Tim sudah siap, konsultan dari Jakarta juga sudah setuju untuk berangkat di hari yang sama dengan tim. We'll meet there."

"Baiklah. Saya serahkan semuanya padamu. Silakan laporkan masalah atau kekurangan yang kamu temui di lapangan pada saya jika dibutuhkan."

"Baik. Saya permisi kalau begitu, Sir."

Dan itulah alasan mengapa siang ini Arva berada di kota kelahirannya. Mendarat di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II bersama tim yang ia bawa dari Singapura. Setelah sebelumnya ia menemui bell driver yang bertugas membawa tim-nya ke Hotel Novotel yang berada paling dekat dengan lokasi proyek mereka.

Selanjutnya netra tajam pemuda itu mengitari kondisi ramai bandara. Tempat ini sudah banyak berubah dari terakhir kali kepulangannya. Hingga senyum tipisnya tercipta, saat wanita yang sangat dicintainya melambai kearahnya. Wanita yang dalam perjalanan panjangnya sempat teriris luka, tetapi Allah selalu menepati janjinya bahwa setelah duka akan terlahirlah bahagia.

"Mama rindu kamu," ucap Widuri saat berhasil memeluk putra tersayangnya.

Netra sendu sang Mama bahkan sudah berkaca-kaca. Membuat Arva tersenyum tipis dan mengeratkan pelukannya. Ia tak perlu malu karena memeluk sang mama adalah bentuk cinta seorang anak terhadap orang tuanya. Dan Arva tentu sangat paham akan hal itu karena seseorang pernah memberitahunya.

"Tidak perlu malu memeluk Mama-mu walau kita sudah dewasa sekali pun. Karena bagi orang tua, kita akan selalu menjadi anak kecil di mata mereka." Pesan seseorang yang membuat Arva selalu merindukan perempuan dalam rengkuhannya ini.

"Maaf Arva baru bisa pulang, Ma," bisiknya, "Arva juga kangen Mama."

Widuri mengangguk dan merenggangkan pelukannya. Menoleh ke belakang yang juga diikuti Arva. Tak jauh dari mereka, seorang pria dan gadis kecil berdiri menunggu keduanya.

"Ael?" Panggil Arva membuat si cantik menggemaskan itu berlari menuju kakaknya. Arva merentangkan kedua tangan saat berhasil menyamakan tingginya dengan Arael. Memerangkap tubuh mungil gadis itu dalam dekapannya. "Kangen Kakak?" tanyanya seraya mengecup pipi putih Arael.

Dengan cepat anggukan itu tercipta. Netra bening adiknya menatap obsidian gelap Arva lucu. "Kangen. Kakak gak pelnah pulang," katanya membuat ketiga orang dewasa di depannya tertawa.

Araelia Swafa Mahendra adalah adik Arva yang lahir empat tahun lalu saat ia baru saja memulai karirnya di Singapura. Mama-nya yang hamil di usia yang tak lagi muda itu sempat membuat Arva khawatir. Tetapi Papa Hafish menjanjikan semuanya akan baik-baik saja. Walau Widuri sempat bedrest namun syukurnya Arael lahir dengan selamat dan sempurna. Menambah kebahagiaan di keluarga kecil mereka.

Greatest Love ✔️ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang