GL 7 - Pertemuan Tak Terduga

17.1K 1.9K 301
                                    

GL 7. Pertemuan Tak Terduga

🍁🍁🍁
"Hal menarik yang terjadi dalam duniaku,
Adalah pertemuan denganmu yang selalu tak terduga."
-Qian Rizky Aruna.


Qian menatap range rover yang telah meninggalkan Bina Ilmu dalam diam. Semenit kemudian gadis itu berbalik menuju ruang rapat untuk bersiap di sana. Namun, baru saja akan masuk ke ruangan di sebelah kanan gedung sekolah, Meta lebih dulu menariknya.

"Kenapa, Met?" tanya Qian heran.

Sahabatnya itu menyengir pelan padanya. "Temani beli makanan di PTC, ya, Qi. Aku lapar," pintanya.

"Hah?"

"Mau, kan?"

"Met, bentar lagi bakalan rapat, lho. Kamu malah mau jalan-jalan ke PTC? Kenapa gak gojek aja, sih?" protes Qian seraya berusaha melepaskan gandengan Meta di lengannya. Kadang, sahabat Qian satu ini kalau mulai merengek bisa membuatnya kesal seketika.

"Ish, siapa yang mau jalan-jalan! Aku lagi pengin nasi goreng seafood di Halres PTC. Mau, ya?" rengek Meta lagi.

Qian berdecak pelan menatapnya. "Gojek aja!" suruhnya.

"Ya elah, Qi! Rapat di undur sejam lagi. Kata Bunda Inne kita masih kudu nunggu Kepsek," jawab Meta memanyunkan bibirnya.

Qian langsung menoleh pada gadis di sebelahnya cepat. Menaikkan kedua alisnya seolah menanyakan kebenaran ucapan Meta.

"Serius tau! Makanya aku minta temani makan. Masih lama juga mulai rapat. Daripada jamuran di sini mending cuci mata dulu. Aku denger-denger juga lagi ada diskon buku di PTC. Ayo!" Kali ini Qian pasrah ditarik Meta. Apa yang dikatakan sahabatnya itu benar juga. Mereka masih harus menunggu satu jam lagi sebelum rapat dimulai. Jadi, daripada bosan menunggu, ada baiknya menyambangi mall yang letaknya hanya lima menit dari gedung sekolah mereka.

Saat sampai di PTC dan selesai memarkirkan motor scoopy­-nya, mereka harus berjalan beberapa meter sebelum memasuki pintu samping mall tersebut. Qian bahkan dengan sabar menemani Meta yang berhenti sebentar di foodcourt basement.

"Padahal mau makan di Halres. Sekarang malah jajan. Ckck!" decak Qian menatap Meta memaesan sosis dan otak-otak yang di jual di sana.

"Sekalian kali, Qi. Mumpung mampir ke PTC," jawab Meta santai.

"Sosis sama otak-otak mah beli aja di ibu kantin. Ael juga sering makan beginian. Murah meriah sekaligus sedekah!" omel Qian membuat Meta mencebik padanya. Gadis itu menatap pelataran mall yang belum terlalu ramai jika masih siang seperti ini. Semua mall biasanya akan ramai jika sudah menjelang malam. Entah apa saja yang biasa dilakukan anak-anak jaman sekarang di pusat perbelanjaan seperti ini.

Setelah menunggu lima belas menit, keduanya menuju Halres yang masih terletak di lantai yang sama. Letaknya yang berada di sudut lantai satu membuat kedua gadis itu membutuhkan sedikit waktu untuk melintasi luasnya mall tersebut.

"Mau makan di sini aja atau takeaway?" tanya Qian ketika Meta mendorong pintu restoran. Memasuki Halres yang tidak terlalu ramai karena jam makan siang sudah lewat.

"Makan di sini aja, sih. Masih cukup waktu, kok," jawab Meta yang segera diangguki gadis bermata bundar itu.

Keduanya mengantri di balik meja kasir untuk memesan makanan. Sistem pemesanan makanan di sini berbeda dengan Halres yang ada di Jakarta. Di sini customer diharuskan untuk memesan dan membayar di saat yang sama baru bisa mendapatkan pesanan mereka. Sedangkan di ibu kota, Halres menerapkan sistem order di mana para waiter/waitress yang mencatat dan membawa pesanan.

Greatest Love ✔️ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang