GL 13 - Ramadhan Tiba

17.1K 2K 215
                                    

GL 13

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

GL 13. Ramadhan Tiba

🍁🍁🍁
"Sebaik-baiknya bulan haram yang mendatangi,
Ramadhan adalah bulan yang paling suci."
-Qian Rizky Aruna.


Ustadz Adi Hidayat pernah berkata, "Semua orang yang telah meninggal dunia, dipanggil untuk kembali menghadap Allah sebelum ramadhan tahun ini tiba. Karena Allah sudah menjamin bahwa pahala mereka sudah cukup adanya. Lalu kamu, yang pahalanya masih kurang, yang dosanya bertumpuk dan berbuat kebaikannya jarang, masih mau menyia-nyiakan ramadhan yang datang? Kalau iya, harus dengan cara apalagi Allah memberimu jalan mendapatkan kebaikan?" Qian termenung saat mendengar barisan kalimat tersebut.

Harus dengan cara apalagi Allah memberinya jalan? Bahkan di setiap kesempatan selama sebelas bulan ini rasanya masih kurang untuk Qian berbuat kebaikan. Selalu merasa kecil dan malu jika ingin meminta sesuatu yang lebih pada Dia yang segalanya. Padahal tidak ada tempat untuk meminta lagi selain pada Ilahi Rabbi yang Maha Mengasihi.

"Terkadang aku terlarut dengan masalah hati. Hingga melupakan bahwa masih banyak kekurangan yang harus aku perbaiki. Rabbi, jangan pernah lelah untuk menegur diri ini. Karena tanpa cinta-Mu, aku tidak benar-benar bisa menghadapi hidup yang rumit ini," ucapnya pada semilir yang menyapa lewat jendela kamar.

Qian menopang dagunya, menyibak gorden kamar, dan menikmati kelip gemintang yang masih terlihat di angkasa gulita. Lamunannya membawa Qian kembali saat Arva menyebut namanya juga saat pemuda itu mengucapkan permintaan maafnya beberapa minggu lalu.

"Nice to meet you again, Qian, and so sorry for that rejection." Kalimat itu melahirkan senyum lagi di bibirnya. Sifat dewasa Arva sudah jauh berbeda dengan sosok yang dulu dikenalnya. Padahal pemuda itu sama sekali tak bersalah. Karena menerima ataupun menolak perasaan seseorang adalah hak setiap individu.

Dan kamu lupa bilang makasih lagi, Qi!

Qian terkekeh sendiri saat mengingat dirinya yang masih saja tergagap di tempat waktu itu. Hingga lupa mengucapkan kalimat yang sejak dulu ingin ia katakan pada Arva. Karena tak bisa dipungkiri, ada getar bahagia yang tak bisa ia sembunyikan. Tetapi dengan sekuat tenaga pula ia tekan agar syaitan tak memiliki kesempatan. Cukup di dalam sana saja Qian menikmati euforia tersebut. Tidak perlu untuk pemuda itu tahu bagaimana isi hatinya kini, bahwa rasa itu tidak pernah berubah walaupun bertahun sudah mereka tak bertemu muka.

"Hati, mulai detik ini berusahalah lebih kuat lagi. Karena kemungkinan-kemungkinan untukmu tersakiti, tentu lebih besar dari sebelum ini. Jangan lupa untuk mengembalikan semuanya pada takdir Yang Maha Mencintai. Hanya ketentuan-Nya yang tidak akan membuatmu terperosok dalam semu yang membodohi," lirihnya pelan dengan senyum tersampir menyambut waktu sahur yang akan segera datang.

Tak lama untuk Qian kembali berdiri, menegakkan dua raka'at tahajjud di ramadhan pertama yang datang hari ini. Meminta pada Pemilik Semesta agar diteguhkan ibadahnya di bulan yang penuh kemuliaan dan ampunan.

Greatest Love ✔️ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang