GL 11 - Another Shocking Condition

15.8K 2K 336
                                    

🔥 TUKANG PLAGIAT PERGI JAUH-JAUH DARI SINI! 🔥

🔥 TUKANG PLAGIAT PERGI JAUH-JAUH DARI SINI! 🔥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


GL 11. Another Shocking Condition

🍁🍁🍁
"Hati, berhati-hatilah.
Degupmu mulai tak terkendali.
Dan aku takut, semuanya hanya semu yang menyakiti."
-Qian Rizky Aruna.


Pikirannya agak sedikit terdistraksi dengan ucapan Arael tadi pagi. Namun, Qian sedang tak memiliki banyak waktu untuk mengutamakan permintaan gadis kecil kesayangannya tersebut. Apalagi saat sebuah panggilan dari Umi-nya mengharuskan Qian meminta izin untuk pulang lebih cepat dari yang lain. Umi mengabarkan padanya bahwa salah satu Uwak –Kakaknya Umi Najmi, meninggal dunia. Membuat Qian tanpa pikir panjang langsung menemui sang ibu setelah mendapatkan izin dari pihak sekolah.

Tiga hari berlalu sejak hari di mana Qian absen. Di mana satu hari ia fokus membantu takziyah di rumah Uwak-nya. Dua hari lainnya dipakai Qian beristirahat di rumah akibat demam yang melanda tubuhnya. Hujan-hujanan saat ke pasar untuk berbelanja kebutuhan takziyah, nyatanya membuat badan Qian ambruk setelahnya.

"Kamu kalau masih gak jaga kesehatan begini lagi. Umi larang kamu bawa motor, ya, Dek." Itu ancaman sang Umi setelah untuk kesekian kalinya Qian tak berteduh saat hujan datang.

Dan mungkin ancaman itu akan benar-benar berlaku jika Qian nanti tak menuruti pesan tersebut. Scoopy kesayangannya sudah pasti akan digantikan Jazz putih yang dibelikan sang Abi sebagai hadiah untuknya dua tahun lalu. Sayangnya, Qian lebih cinta pada scoopy putihnya, sepeda motor yang ia beli dengan hasil keringatnya sendiri. Bukan ia tak suka pada pemberian sang Abi, tetapi menggunakan mobil terkadang membuat Qian jenuh sendiri. Apalagi jalanan Palembang sudah tak ada bedanya dengan ibu kota yang selalu ditemani macet di mana-mana. Alasan lain mengapa motor adalah solusi terbaik bagi Qian saat ini.

Lagipula, memakai sesuatu dari hasil kerja keras sendiri itu lebih terasa nikmatnya.

"Alhamdulillah, ya. Balik juga kamu, Qi." Meta menyambutnya dengan sapaan pagi ini. Qian sendiri yang masih sedikit pucat karena belum fit betul hanya mendengkus kecil.

"Orang baru datang itu dibalas salamnya. Ini malah nyambut kayak aku gak bakal balik lagi aja," omel Qian seraya merebahkan pipinya di atas meja.

"Udah kujawab salammu dalam hati, Qi," elak Meta lalu menempelkan punggung tangannya di dahi Qian. "Masih anget, nih. Kamu, kok, nekat mau masuk, sih?" Kali ini gadis itu yang mengomel.

Qian menghela napas panjang seraya memanyunkan bibir bawahnya. "Males sendirian di rumah. Kangen juga sama sekolah makanya maksa dateng. Umi aja ngomel tadi sampai aku gak dibolehin bawa motor," jawabnya.

"Lalu, kamu diantar Umi?"

Qian tak bersuara namun kepalanya mengangguk.

"Abi belum pulang, ya?" tanya Meta lagi.

Greatest Love ✔️ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang