MPC -1

599K 9.5K 56
                                    

***

Di sebuah kamar yang berukuran besar. Terlihat seorang remaja yang masih terlelap di atas tempat tidur empuknya dengan selimut tebal yang melilit tubuh mungilnya itu. Hari sudah semakin siang, namun remaja itu masih saja belum membuka kedua matanya. Padahal hari ini adalah hari senin, hari di mana dia baru saja menduduki kelas XII di Antariksa High School.

Siapa sebenarnya remaja itu? Dia adalah Deisya Grethania Anderson. Anak kedua dari pasangan Nathaniel Gilbert Anderson dan Maria Graceland Anderson.

Nathaniel Gilbert Anderson seorang pengusaha kaya yang memulai karier bisnisnya di usia muda. Untuk mendapatkan itu semua tidaklah mudah baginya. Nathan harus terus bangkit menghadapi segala rintangan yang ia hadapi selama terjun ke dunia bisnis. Jatuh bangun sudah ia lewati, hingga sampailah ia di titik ini. Titik di mana semua orang mengenal dirinya. Sebagai pebisnis yang handal.

Jam weker yang berada di atas meja nakas berbunyi. Membuat remaja yang sedang tertidur nyenyak itu terusik. Akibat dari suara bising yang berasal dari jam weker miliknya.

"Berisik," gerutu Deisya berusaha keras untuk membuka kedua matanya yang masih mengantuk.

"Jam berapa sekarang?" tanyanya pada diri sendiri sambil melihat jam weker miliknya.

Kedua bola matanya seketika saja membulat lebar. Ketika ia menyadari bahwa jam wekernya sudah pukul 06.25, itu artinya ia sudah kesiangan untuk berangkat ke sekolah. Tanpa berpikir panjang lagi ia segera turun dari tempat tidurnya. Berlari kecil menuju kamar mandi untuk segera membersihkan dirinya.

Jelang beberapa menit kemudian. Ia keluar dari dalam kamarnya dengan seragam yang sudah melekat sempurna di tubuhnya. Ia berjalan perlahan menuruni satu persatu anak tangga menuju lantai satu.

"Selamat pagi!" sapa Deisya kepada keluarganya yang sedang berkumpul di meja makan. Dengan senyum lebar yang menghiasi wajahnya.

"Pagi," balas Edgar singkat. Edgar Pramudya Anderson, anak pertama dari Nathaniel Gilbert Anderson dan Maria Graceland Anderson. Satu-satunya Kakak kandung yang Deisya miliki.

Hari ini Edgar terlihat begitu tampan dan juga gagah. Dengan setelan jas kantor hitam yang membalut tubuh kekarnya. Edgar tumbuh menjadi pria tampan yang pesonanya mampu membuat para wanita terpikat. Coba saja Edgar itu bukanlah Kakak kandungnya, pasti sekarang ia sudah jadikan Edgar sebagai kekasihnya.

"Pagi sayang," balas Nathan dan Maria secara bersamaan.

"Cepat duduk dan makan sarapanmu. Jangan sampai kamu terlambat sampai ke sekolah," ujar Maria.

"Iya Ma."

Deisya mendudukan tubuhnya di kursi meja makan yang berada tepat di samping Edgar. Ia mulai menyantap sarapan yang ada di hadapannya dengan lahap. Hingga beberapa detik kemudian, keadaan sekitar mereka menjadi sunyi. Hanya suara dentingan sendok dan garpu yang terdengar di meja makan itu.

"Aku duluan ya," ucap Deisya setelah menyelesaikan sarapannya.

"Bye Ma, Pah, Kak. Aku berangkat!"

Deisya berlari keluar rumah, setelah mencium punggung tangan dan juga pipi kedua orang tuanya serta tak lupa juga dengan Edgar. Deisya masuk ke dalam mobilnya dan mulai menancapkan gasnya menuju Antariksa High School. Ia sedikit menaikkan kecepatan mobilnya agar tidak terlambat sampai di sana.

***

Suara deruman mobil terdengar begitu menggema di tempat parkir Antariksa High School. Semua murid sudah sangat hafal dengan pemilik suara mobil itu. Siapa lagi jika bukan Deisya Grethania Anderson, most wanted girl Antariksa High School sekaligus anak dari pemilik sekolah. Tidak banyak murid yang tahu bahwa Deisya adalah anak dari pemilik sekolah. Karena yang mengetahui hal itu hanya orang-orang terdekat Deisya saja.

Deisya keluar dari dalam mobilnya dengan tas ransel hitam yang ia sampirkan di pundak kanannya. Rambut hitam panjangnya ia biarkan tergerai begitu saja hingga tersapu oleh angin. Sneakers putih dan tak lupa juga wajah yang terlihat sangat sempurna walaupun hanya di polesi oleh bedak tipis dan juga lipblam.

"DEISYA!"

Saat Deisya sedang asik melihat keadaan di sekitarnya. Tiba-tiba saja ia mendengar suara teriakan seseorang yang memanggil namanya dengan begitu kencang. Sepertinya, ia tahu siapa pemilik suara itu.

"Berisik lo," sahut Deisya saat ia baru saja membalikkan tubuhnya dan melihat siapa yang tadi memanggil namanya.

"Hehe sorry. Gue kangen banget Dei sama lo," ujar Thalia sambil memeluk tubuh Deisya dengan begitu erat.

Thalia Yoselyn, salah satu teman dekat Deisya yang sudah bersama dengannya sejak kelas X hingga sekarang. Salah satu teman? Ya salah satunya, karena Deisya masih memiliki dua teman lainnya yang bernama Adelicia Westie dan Chelsy Jennifer Kenward. Deisya tidak tahu di mana keberadaan kedua temannya itu. Mungkin saja mereka berdua belum sampai di sekolah

"Woy lepas! Gue nggak bisa napas." Deisya memukul pelan punggung Thalia. Meminta perempuan itu untuk segera melepaskan pelukannya.

"Sorry. Gue terlalu kenceng ya meluknya?" tanya Thalia merasa bersalah.

"Lumayan," jawab Deisya mengatur kembali nafasnya yang terasa sesak.

"Deisya!" panggil dua orang dengan serempak sambil berlari menghampiri Deisya dan Thalia yang berdiri tidak jauh dari tempat mereka.

Tanpa aba-aba, keduanya langsung memeluk tubuh Deisya begitu saja. Hingga membuat Deisya sedikit terdorong ke belakang akibat pelukan mereka yang sangat tiba-tiba. Mereka berdua adalah Adelicia dan juga Chelsy.

"Sudah bel. Lo semua nggak mau masuk kelas!?" teriak Thalia berjalan terlebih dahulu meninggalkan ketiga temannya yang masih saja sibuk berpelukan satu sama lain. Tanpa menghiraukan bel masuk yang baru saja berbunyi.

Seketika itu juga ketiganya segera melepaskan pelukan mereka. Berlari kecil mengejar Thalia yang sudah berjalan beberapa meter di depan mereka.

"Kita kelas XII berapa?" tanya Adelicia atau yang biasa di panggil dengan sebutan Adel.

"XII IPA 1," jawab Deisya menggerakkan salah satu tangannya untuk merangkul pundak Adel.

"Gue merasa senang banget bisa sekelas lagi sama lo bertiga," ucap Thalia dengan senyum lebar yang terbit di kedua sudut bibirnya.

"Gue juga," sahut Deisya, Adel, dan Chelsy secara bersamaan. Mereka berempat seketika saling menatap satu sama lain. Hingga akhirnya tawa mereka pecah begitu saja. Membuat beberapa murid yang berada di sekitar mereka menatap keempat perempuan itu bingung.

***

TBC.

My Perfect CEO (Sudah Terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang