***
Di hari yang sama di mansion Albert. Terlihat satu keluarga berisikan tiga orang sedang berkumpul di meja makan.
"Erick, bagaimana dengan perusahaanmu?" tanya sang Ayah, Albert Delwyn Rickard.
"Perusahaanku? Baik-baik saja," jawab Erick seadanya.
Albert hanya menganggukkan kepalanya tanpa berniat untuk membalasnya lagi. Walaupun mereka berdua tinggal di satu rumah yang sama. Mereka berdua jarang sekali berkomunikasi secara langsung seperti ini. Mereka selalu saja sibuk dengan urusan bisnis mereka masing-masing. Bahkan, Avra pun sempat bingung dengan kebiasaan suaminya serta anak semata wayangnya itu.
"Erick apa kamu sudah memiliki kekasih?" tanya Avra Gea Janiel Rickard.
"Belum. Mengapa tiba-tiba Bunda menanyakan hal itu?" sahut Erick menatap Avra dengan wajah tanpa ekspresinya.
Avra yang di tanya soal itu langsung saja menoleh ke arah suaminya. Seolah-olah ia menanyakan 'apa aku beri tahu saja tentang perjodohan itu padanya sekarang?' Albert yang sepertinya tahu maksud dari tatapan Avra pun langsung menganggukkan kepalanya.
"Sebenarnya, Bunda dan Ayah sudah menjodohkanmu dengan anak dari sahabat kita," ujar Avra.
"Erick Bunda mohon kamu terima perjodohan ini ya. Bunda ingin kamu cepat-cepat memiliki pendamping hidup. Umurmu sudah 23 tahun lebih sayang. Menurut Bunda itu sudah cukup untuk melepas masa lajangmu," jelas Avra ketika melihat Erick yang sama sekali tidak merespon perkataannya tadi.
"Bunda yakin Deisya bisa menjadi istri yang baik untukmu," tambahnya.
"Deisya?" tanya Erick dengan alis yang saling bertautan satu sama lain.
"Iya Deisya. Wanita yang ingin kami jodohkan denganmu."
"Apa kamu tetap tidak ingin menuruti keinginan Bundamu? Dia sampai memohon padamu seperti itu," ujar Albert mencoba untuk membujuk anak semata wayangnya.
Erick melihat sekilas ke arah Avra. Wajah wanita itu akan terlihat begitu sedih. Jika ia sampai tidak menerima perjodohan ini.
"Baiklah, Erick menerima perjodohannya," balas Erick tanpa berpikir panjang.
Sebuah senyum lebar seketika saja terbit di kedua sudut bibir Avra dan juga Albert. Ketika mendengar jawaban Erick. Akhirnya usaha mereka tidak sia-sia menyimpan rahasia perjodohan ini selama bertahun-tahun lamanya.
"Apa Bunda senang?" tanya Erick. Avra yang di tanya seperti itu langsung mengangguk.
"Bunda sangat senang Erick," ujarnya sambil memeluk erat tubuh Erick.
"Baiklah, kalau begitu minggu depan kita bertemu dengan keluarga Deisya. Pastikan jika kamu memiliki waktu luang," tegas Albert.
"Apa harus secepat itu?" tanya Erick tidak habis pikir.
"Bukankah lebih cepat lebih baik?" sahut Albert.
"Baiklah, akan aku usahakan."
"Sudah, cepat kalian habiskan sarapannya setelah itu berangkat ke kantor. Ini sudah jam 06.40, nanti kalian bisa terlambat," tutur Avra menyiapkan sarapan untuk Albert, Erick, dan juga dirinya.
"Biarkan saja jika aku terlambat. Aku ini pemilik perusahaan. Jadi aku bebas jam berapa saja sampai di kantor. Tidak akan ada yang berani memarahiku," ujar Albert menyombongkan diri.
"Kamu itu selalu saja menyombongkan dirimu seperti ini. Jika kamu sampai terlambat pergi ke kantor, aku yang akan memarahimu! Lihat saja nanti," balas Avra mendudukkan tubuhnya di kursi yang berada tepat di samping Albert.
"Galak sekali istriku ini," goda Albert tertawa pelan.
Erick hanya menyimak percakapan kedua orang tuanya itu sambil menyantap sarapannya. Ia sudah sangat terbiasa melihat pemandangan seperti itu di dalam mansion. Erick segera bangkit dari tempat duduknya, setelah menyelesaikan sarapan paginya hari ini.
"Erick pergi," pamitnya sambil melangkahkan kakinya keluar mansion.
"Kenapa?" Albert menoleh ke arah Avra yang sedang menatapnya dengan begitu intens. Tepat setelah sosok Erick menghilang dari balik pintu berukuran besar yang berada lumayan jauh dari meja makan.
"Apa kamu tidak ingin pergi ke kantor sekarang?" tanya Avra.
"Kamu mengusirku?"
"Aku tidak mengusirmu Albert. Aku hanya---"
Albert tiba-tiba saja bangkit dari posisi duduknya. Merampas tas kerjanya yang berada di atas kursi.
"Sudah, jangan di teruskan. Aku akan berangkat sekarang," potong Albert.
"Baiklah, hati-hati di jalan."
Albert mengangguk. "Aku pergi," pamitnya.
"Sepertinya, aku harus segera menghubungi Maria. Dan memberi tahukan padanya tentang ini semua," gumam Avra saat melihat mobil Albert yang sudah menghilang dari pandangannya.
Avra segera masuk kembali ke dalam mansion, berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Ia mengambil ponsel miliknya yang berada di atas meja nakas dan mulai mencari nama Maria di dalam sana. Tidak berselang lama, akhirnya ia menemukan kontak Maria di antara banyaknya kontak yang ia punya.
"Hallo Mar."
"Hallo Ra, ada apa? Tumben sekali kamu meneleponku."
"Aku ada kabar gembira untukmu."
"Kabar gembira apa?"
"Erick sudah menerima perjodohannya!"
"Apa?! Kamu serius?"
"Aku sangat serius."
"Syukurlah."
"Bagaimana dengan Deisya? Apa dia sudah menerima perjodohannya?"
"Aku dan Nathan belum sempat memberitahu tentang perjodohan ini kepadanya. Mungkin malam ini aku akan memberitahukannya."
"Baiklah, jangan lupa untuk memberitahukanku segera mungkin."
"Pasti."
"Kalau begitu. Aku akan menutup teleponnya sekarang."
"Baiklah."
Avra menaruh kembali ponselnya ke atas meja nakas. Setelah sambungan telepon itu terputus.
***
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect CEO (Sudah Terbit)
RomanceRank🏅 #1meriage Dijodohkan dengan seorang CEO muda berusia 23 tahun, yang memiliki sifat dingin, tegas, irit bicara dan selalu menampilkan wajah datarnya. Tidak pernah sekali pun terbayang kalimat itu di benak seorang Deisya Grethania Anderson. Rem...