23. Pola

1.3K 256 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



•••


  Mingyu, Dokyeom, Wonwoo, Yoora, dan Hoshi tetap bersembunyi di dalam kamar tadi. Dokyeom menjelaskan kepada yang lain tentang aturan permainan Hitori Kakurenbo ini.

  "Jadi, kita harus nyari air sama garam buat pertahanan diri," kata Dokyeom. "Ayo kita ke dapur."

Mereka kemudian bangkit dan melangkah keluar dari kamar. Dapur terletak cukup jauh dari posisi mereka sekarang.

"Ayo guys, kita harus cepet!" desak Dokyeom. "Kekuatan boneka itu bakal lebih kuat kalo lewat dari jam 3."

Mereka bergegas pergi ke dapur. Sambil menjaga bunyi statik, mereka berjalan dipimpin oleh Dokyeom.

Setibanya di dapur, Dokyeom, Yoora, dan Hoshi segera mencari garam serta air. Mereka memasukkan air ke dalam botol. Mereka juga memasukkan garam ke bungkus plastik agar bisa dibawa masing-masing.

Yoora menghela napasnya. "Gue pengen ini cepet berakhir."

Hoshi menatap Yoora. "Lo gak boleh patah semangat, Ra." Lalu Hoshi tersenyum kecil.

Yoora ikut tersenyum. "Iya, kita pasti bisa mengalahkan Hana--"

Sebelum Yoora bisa melanjutkan perkataannya, Wonwoo lebih dulu mencengkram leher Yoora dan mencekiknya.

Yoora megap-megap, kesakitan serta terkejut karena Wonwoo tiba-tiba mencekik lehernya. Hoshi yang panik segera membantu Yoora. Mingyu dan Dokyeom pun berusaha menarik Wonwoo. Namun lelaki itu tetap mencekik Yoora.

"Lo mau ngebunuh temen-temen lo?!" Wonwoo menggertakkan giginya. "Kenapa lo nyebut namanya?! Lo gak boleh nyebut namanya!!"

Wonwoo berhasil ditarik oleh Mingyu dan Dokyeom. Sementara Hoshi langsung memegangi Yoora. Gadis itu tersengal-sengal. Dia sampai terbatuk saking kencangnya cekikan Wonwoo.

"Wonwoo, lo kenapa?!" tanya Dokyeom dengan kalut. Dia dan Mingyu memegangi tubuh Wonwoo yang memberontak.

Tiba-tiba, tubuh Wonwoo kejang-kejang. Wonwoo terjatuh ke lantai. Dia menggeliat-geliat, seperti seluruh tubuhnya dialiri oleh listrik.

Semuanya kebingungan. Mingyu berlutut dan memegangi Wonwoo. Mingyu sendiri bingung harus berbuat apa. Wonwoo kemudian memegang tangan Mingyu.

"Gue...tadi ngikutin...bonekanya.." Wonwoo bersusah payah untuk berbicara. Sesekali dia menggeliat. "Boneka itu...punya...p-pola. D-dia bakal...ngecek sayap kanan...tengah...belakang...l-lalu kiri. G-gantian...dari lantai satu...lalu lantai d-dua..."

Wonwoo mengerang keras. Tubuhnya masih mengejang. Yang lain hanya bisa menyaksikan hal itu dengan bingung.

"D-dan jangan...pernah...sebut n-namanya..." lanjut Wonwoo. "D-dia bisa...denger...kalo namanya d-disebut.."

Wonwoo kembali mengejang hebat. Mingyu menyaksikan sahabatnya tanpa tahu harus berbuat apa.

"Gue...m-minta satu...hal sama...lo.." Wonwoo berucap lagi. "Gue...gue udah kena...pisau bonekanya. B-bunuh gue! G-gue gak mau...jadi penjaganya."

Mingyu menggeleng-geleng. "Gak, Woo! Gue gak bisa bunuh lo!"

Wonwoo menarik kerah baju Mingyu dengan tangan gemetar. "BUNUH GUE, GYU!"

Air mata Mingyu menetes begitu saja. Mingyu tak bisa membunuh sahabatnya sendiri. Dia menggeleng keras.

"Gue...gue gak mau bunuh lo..." lirih Mingyu. Hatinya sakit sekali melihat sahabatnya jadi seperti ini. Yang lain hanya bisa diam menyaksikan.

Air mata Wonwoo ikut menetes. "Gue mohon...Gyu...bunuh gue..."

Yoora sudah menangis dari tadi. Hoshi menenangkan Yoora. Dokyeom hanya bisa tertegun. Sedangkan Mingyu menggeleng.

"Kita pasti bisa ngelewatin ini semua," kata Mingyu pada Wonwoo.

Tiba-tiba, mata Wonwoo berubah menjadi putih semua. Dengan cepat, Wonwoo bangkit dan menjatuhkan Mingyu ke lantai. Wonwoo berusaha mencakar wajah Mingyu. Namun, Mingyu menahan kedua tangan Wonwoo. Air matanya terus mengalir.

"Gue gak mau bunuh lo, Woo..." lirih Mingyu.

Wonwoo semakin brutal menyerang Mingyu. Dokyeom segera menarik tubuh Wonwoo. Hoshi juga ikut menarik tubuh Wonwoo. Kemudian, Hoshi dan Dokyeom memegangi Wonwoo agar tak bisa lepas, sedangkan Wonwoo memberontak sambil melolong.

Yoora segera mengambil pisau. Dia kemudian menyerahkannya pada Mingyu.

"Bunuh dia, Gyu," kata Yoora, walau dia sendiri tak rela. "Daripada dia jadi penjaga, lebih baik dia meninggal."

"Gue gak mau..." Mingyu menggeleng. Wonwoo masih berusaha memberontak. Sedangkan Hoshi dan Dokyeom mulai kewalahan menahannya. Yoora menyodorkan pisau ke tangan Mingyu.

Mingyu menatap pisau tersebut. Dia mendekati Wonwoo. Tangannya bergetar hebat. Tenggorokannya tercekat.

"Maafin gue, Woo..." lirih Mingyu.

Bersamaan dengan tusukan pisaunya ke dada Wonwoo, Mingyu terjatuh ke lantai dan menangis keras.

[i] HIDE AND DIE • SEVENTEEN✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang