Part 8

6K 425 25
                                    

#CT (Cinta Terlarang)

Part 8

🍀🍀🍀

Banyak orang berkata bahwa aku terlalu mudah dirayu. Bermodal ketampanan dan kemapanan saja terlihat mudah merebut hati ini. Padahal tidak juga, manusiawi rasanya jika dua hal tersebut menjadi pertimbangan memilih calon pasangan. Menjadi janda bukan hal yang enak, membagi satu tubuh sebagai dua peran, yaitu ibu dan anak adalah hal yang sulit.

Tidak munafik, aku butuh seseorang membantuku dalam mencari uang. Aku butuh orang yang bisa bantu angkat galon, benerin listrik kalau konslet, dan segala hal lain yang biasa dilakukan lelaki. Masalah hati? Siapa yang nggak ingin disayang? Aku manusia dan wajar rasanya jika ingin mengecap kasih sayang, bukan gatal, apalagi pantas dikatakan pelacur.

Sosok Mas Cambang mulai mewarnai hati yang pudar, bukan karena ketampanannya saja, melainkan karena sikapnya yang begitu mudah meluluhkan hati Echa. Dan Raden? Bukankah move on memang sulit? Terlebih ia memang ayah biologis dari Echa, dan kita pernah saling mencintai. Ah, andai aku belum ada anak, predikat janda bukan masalah.

Baru saja hendak terpejam, ponselku bergetar. Sekilas kutatap layarnya, nama Raden tertera di layar.

[Halo, Res.]

[Ya, Den.]

[Siapa untuk pertemuan hari ini dengan aku dan bapak?]

[In syaa Allah.]

[Echa udah makan?]

[Tumben kamu tanya.]

[Res ... ayolah, jangan seperti itu.]

[Iya, sudah makan dia.]

[Kamu makan juga, ya. Aku siap-siap, sebentar lagi ke sana.]

Tak ada degupan jantung saat menyambut kedatangan Raden ke rumah. Semuanya terasa biasa saja. Terus terang, tak ada harapan banyak untuk Raden. Buat apa? Toh, meski anaknya berubah, tapi tidak dengan orang tuanya. Masih terbayang bagaimana kerasnya orang tua Raden saat kami ingin membuat akta kelahiran untuk Echa. Bapaknya yang selaku kepala lurah terlalu mempersulit hal ini, seakan ia tak rela jika Echa memiliki akta kelahiran.

Sambil menanti kedatangan Raden, jemariku menari di atas layar ponsel, iseng membuka Instagram dari Resya Andika. Kebetulan, sejak awal kenal, belum pernah sekali pun aku membuka akun sosial medianya. Baru saja membuka, langsung nampak foto Mas Cambang sedang menggendong balita. Iseng kubuka kolom komentarnya, dan ketemu sebuah akun bernama Vioriza Destiany, dengan komentarnya yang menurutku rada-rada aneh.

Vioriza Destiany : Ah, miss you both.

Glek!

Salivaku tertelan tak terkontrol.

Siapa dia? Aneh! Aku pun segera meng-klik akunnya. Ah, sial! Protected. Memang, dipikir-pikir cerita Mas Dika agak aneh. Wanita menolak tanggung jawab setelah dihamili, dengan dalih ternyata si wanita adalah istri orang. Argh, pecah kepala ini rasanya. Mau menghindari, tapi rasa untuknya sudah mulai bersemi.

Menit berganti menit, Raden pun tak kunjung datang. Pelan aku mengantukkan kepala ke dinding demi menahan gejolak api di jiwa. Hati dan otakku memanas kini bercampur gelisah yang melanda, setelah mendapatkan kenyataan bahwa Raden kembali melanggar janjinya. Puing kepercayaan semakin sirna untuknya.

Krek.

Seseorang membuka pintu kamarku, dia bapak. Lelaki yang rela pulang lebih cepat, demi bertemu Raden yang katanya ingin bicara empat mata.

"Mana si Raden? Udah bapak bilang, laki-laki kayak gitu ngga bisa diharapkan, Res. Paling dia lagi diomel-omelin sama orang tuanya karena hendak ke sini. Pengecut dia tuh!"

Cinta TerlarangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang