Part 9

5.2K 402 28
                                    

#CT (Cinta Terlarang)

Part 9

Tangis Echa begitu menggelegar, kala jarum kecil tersebut menembus vena kecilnya. Sekuat hati aku mendampingi, menciumi tangan kecil yang selalu menjadi penyemangat hidup. Perawat mengantar kami ke sebuah kamar rawat inap kelas dua. Aroma khas rumah sakit begitu menusuk hidung kala melewati koridor panjang ini.

Entah apa yang diderita Echa, ia tak biasanya kejang hingga berkali-kali seperti ini. Tubuh mungil tersebut kudekap erat, berharap cinta tulus di hati mampu menghancurkan penyakit di tubuhnya menjadi puing-puing tak berarti.

Mas Dika masih setia menemani, mengekori langkahku yang sedari tadi tak menghiraukannya. Beberapa kali tangan kokohnya mendarat di kepala, tanpa kata bermakna. Mungkin saja, ia berharap bahwa sentuhannya mampu menenangkan kekalutan ini. Entah, itu hanya pikiranku saja.

Dering notifikasi ponsel tak hentinya mengganggu. Dari siapa lagi jika bukan customer-ku. Selain bekerja di perusahaan kecil yang bergerak di bidang pembuatan bubur organik bayi, aku pun aktif berjualan on-line. Demi apalagi jika bukan mengais nafkah. Apalah yang dapat kuharap lebih dari ijazah SMA ini? Bisa bekerja di sana saja sudah bersyukur.

"HP disimpan dulu, Mbak Res. Echa lebih penting saat ini."

"Justru karena Echa penting, makanya aku harus pegang HP, ini sumber uang kami!" Aku menghela napas berat, setelah ucapan bernada tinggi tadi terlontar dari mulut.

"Lalu, di mana peran ayahnya Echa, Mbak?"

Aku menatap tajam mata sendu Mas Dika, mencoba menelusuk ruang di hatinya. Bagaimana ia mampu bicara demikian? Andai Raden bertanggung jawab, aku tak akan pernah sepusing ini.

"Perlu kujawab?"

Lelaki di sebelahku bergeming, hanya pupil matanya yang terus bergerak memperhatikanku. Pelupuk mataku mulai basah, ada rasa yang tak mampu terbendung lagi. Masih menciumi tangan Echa, tangisku tumpah. Secepat kilat aku membenamkan wajah ke ranjang Echa, kemudian terisak.

"Kamu baik-baik saja, Mbak?"

Pertanyaan konyol! Aku kembali mendongakkan wajah. "Ya, nyatanya aku selalu berpura-pura merasa baik. Padahal, segala yang kurasa tak seindah apa yang kalian lihat!"

"Mbak Res—"

Srek!

Tirai pasien sebelah pun dibuka, nampak seorang yang tak asing melotot tajam di hadapanku. Di ranjang dekat ia berdiri, terbaring seorang balita yang usianya kurang lebih sepantaran dengan Echa.  Dengan selang bercabang yang menyisip di vena-nya, dapat dipastikan, balita tersebut dehidrasi.

"Dika?!"

Aku tercenung. Nyatanya, tanpa harus menyelisik lebih dalam, semuanya terbongkar dengan mudah. Wanita berparas ayu dengan mahkota legam yang tergerai melewati bahu pun mendekati Mas Dika. Bibir wanita tersebut bergetar dengan tangan yang perlahan ia angkat ke udara. Dapat dipastikan, tamparan akan mendarat ke wajah Mas Dika.

"V-vio ...." Suara Mas Dika terbata-bata.

Namanya Vio? Tunggu. Itu bukan nama yang asing, aku pernah mendengarnya, dan wajahnya .....

Krek.

Dengan sigap wanita itu menurunkan tangannya, ketika sesosok lelaki menghampiri.

"Vio, kubawakan makanan ini untukmu." Kini suara Raden yang kudengar ikut mengisi ruang ini.

Mungkinkah kekacauan akan terjadi detik ini juga? Bagaimana bisa hal ini terjadi? Sungguh di luar dugaan. Mungkinkah takdir Tuhan dapat diprotes? Karena telah menggariskan hal yang begitu berat untuk kulalui saat ini.

Cinta TerlarangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang