Part 8 | Apa itu cinta? Racun iya

44 15 2
                                    

-Happy reading-

Kalo aku kurang percaya sih sama
Yang namanya pacaran sampai nikah
-Asyila Purnama

*****

Hari ini pelajaran dimulai seperti biasa.
Semua duduk dengan rapih mendengarkan penjelasan guru di depan.

"Eh udah ngerjain PR B. Indonesia belum? Gue belum liat dong". Naira meminta contekan PR pada Dahlia, tapi lebih bisa dibilang pemaksaan.

"Lain kali kerjain sendiri dong, biar gue sekali kali yang nyontek ke elo". Kata Dahlian seraya memberikan buku LKS nya, dia terpaksa harus memberikannya.

Sambil menulis PR  Naira mengajak bicara Dahlia, dengan guru di depan yang sedang menjelaskan Naira harus diam diam melakukan aksinya.

"Lia, lo tau apa yang namanya cinta?". Pertanyaan Naira sama sekali tidak tepat untuk dilontarkan untuk saat ini.

"Hmm.. Gue gk tau pasti yang namanya cinta itu apa, tapi yang gue tau cinta jaman SMP tuh gk seru". Dahlia yang bisa dipanggil Lia itu menjawab pertanyaan yang bisa dibilang omong kosong.

"Tapi lo pernah ngerasain cinta?. Tanya Naira lagi.

"Pernah lah masa enggak ". Kata Dahlia.

"Cinta kayak apa yang lo rasain? ". Naira.

"Cinta anak kepada ibunya, cinta ibu kepada anaknya". Kata Dahlia yang harus membagi fokus nya antara berbicara dan memperhatikan.

"Lah itu mah gue ngersain, gimanasih? ". Naira merasa aneh.

"Ya lagian tumben lo ngomongin cinta, hidup aja masih bergantung ortu". Ucapan penutup Dahlia.

"Tolong ya semuanya perhatikan saya di depan! ". Guru yang berada di depan merasa tidak di perhatikan.

"Lahhh si Ibu minta di perhatiin, kurang perhatian ya buu??". Ucap salah satu murid laki laki.

"Diam kamu, jangan bercanda di pelajaran saya! ". Guru itu marah.

"Mampus lo dimarahin ". Rio yang sebangku dengan laki laki itu tertawa kecil.

"Udah belum nyontek nya? Lama amat nyontek juga". Ucap Dahlia meminta buku nya kembali.

"Gk sabaran amat, makasih". Ucap Naira seraya memberikan buku Dahlia.

Di meja lainnya Nadisya tampak tenang dengan buku dan pulpen di atas meja, memperhatikan yang di depan, di meja nya dia tidak ada pembicaraan seperti Naira dan Dahlia, entah kenapa Nadisya tak masalah duduk bersama anak yang bermasalalu menyedihkan, dia pernah mendengar teman sebangku nya itu pernah dibully oleh kakak kelas saat kelas tujuh.

✒️ Wahai sang penyembuh luka, tetaplah di samping ku walau aku yang harus berkorban. -Nadisya Prananta.

Walau terkadang selembar kertas lah yang menjadi pelampiasan Nadisya saat tidak memperhatikan penerangan guru di depan kelas.

✒️Datang menolong tanpa kekerasan, menangani masalah dengan otak. Apalah rasa ini wahai sang maha cinta?.  -Nadisya Prananta.

✒️Kalaulah engkau pelabuhanku izinkan aku melabuh. Jika engkau dan aku diantara jarak biarlah menjadi dewasa.
-Nadisya Prananta.

KELAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang