Part 2 ~ Arik

2.7K 224 5
                                    

Ketenangan hati

Akan membuat segala yang rumit

Menjadi mudah

Jika kita memahami

Keikhlasan rasa

Justru membuat kita mendapatkan segala

---

"Pernah mendengar kisah Damarwulan?", tanya Mitha pelan.

Anton tadinya tidak memperhatikan gadis di depannya. Gadis itu cantik, tipikal putri para bangsawan yang sering dilihatnya saat mengawal Bramantya mendatangi pesta keluarga bangsawan. Anton tahu gadis itu adalah salah satu kerabat Erlangga Sanjaya. Klan Sanjaya yang terhormat. Biasanya tipe gadis bangsawan itu angkuh dan dingin, seperti boneka porselen. Karena itu Anton sebisa mungkin menghindari gadis-gadis seperti itu, walau yah, memang kecantikan di depannya tidak bisa diabaikan, siapapun akan tertarik melihat kecantikan yang disajikan gadis itu. Tapi Anton tahu diri. Dia hanya anak angkat di keluarga Dewangga dan sebaiknya tidak berurusan dengan kerabat bangsawan agung lainnya.

"Aku...bertanya padamu, kenapa kau diam saja?" tanya Mitha.

Anton mengernyit. Pertanyaan yang dilontarkan gadis itu, tidak seperti pertanyaan yang angkuh, gadis itu bahkan bertanya dengan lemah lembut, suaranya seperti beledru, begitu halus, atau mendayu seperti sutra? Anton mengabaikan itu dan kembali fokus.

"Damarwulan? Eh, iya..."

"Siapa yang dia cintai? Anjasmara atau Kencana Wungu?"

Lelaki itu memandang Mitha dengan bingung. "Aku...tidak tahu..."

"Ah, ya...percuma aku bertanya...dia bahkan tidak tahu siapa dirinya...dia tidak tahu...", Paramitha bergumam seperti bicara pada dirinya sendiri.

Anton tidak mengerti apa yang gadis itu gumamkan saat tiba-tiba seorang lelaki berparas cantik, karena saking tampannya, menghampiri mereka. Lelaki berambut panjang itu menatap Anton sekilas sebelum mengulurkan tangan kepada gadis di hadapannya.

"Mitha?" Erlangga mengguncang lengan gadis itu.

"Maaf, dia memang sering seperti ini jika 'melihat' sesuatu..." kata Erlangga sambil memapah Paramitha.

"Kami pamit pulang dulu..." kata Erlangga, sementara Paramitha masih bergumam tidak jelas.

"Kenapa, uncle? Kalau Medinna tahu dia akan besanan denganku apa dia akan percaya walaupun aku mengetahuinya? Apa mereka tahu jika putra mereka akan menikah dengan anakku...walaupun itu bukan anak biologisku? Tapi untuk apa semua ini kuketahui? Apakah ini hanya penglihatan yang menyesatkan, katakan padaku uncle?"

Medinna terbelalak kaget, Bram memandang Erlangga.

"Lagi-lagi bicara ngaco, jangan didengerin, ababil dia mah, abege labil..." Erlangga tersenyum gugup sembari memapah Paramitha dan membawanya keluar. Erlangga tahu benar jika Paramitha sedang dalam kondisi seperti itu gadis itu akan sedikit histeris apalagi jika mengetahui penglihatan yang berkaitan dengan dirinya sendiri.

"Istighfar Mitha....ayo kuantar kamu pulang, oke? Dan jangan panggil aku uncle, di depan orang lain bisa? Kita ini sepupuan dan aku tidak setua itu...gadis bodoh!"

---

"Itu...itu tadi apa?" tanya Anton pada Medinna. "Aku nggak ngerti sepatah katapun yang diucapkan gadis itu...benar-benar...aneh..."

"Em, gadis itu...indigo, yah mungkin dia 'melihat' sesuatu di masa depan? Tapi lucu juga, mustahil masa aku besanan dengan Paramitha? Dia saja belum menikah?" Medinna tersenyum. "Ah, sudahlah...oh ya, Ton, tentang hal yang kamu bicarain tadi, sebaiknya langsung nanya ke mas Bram deh..."

US - Cold Hearted [ NOVEL INI SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang