Part 1 ~ Durma

2.5K 238 20
                                    

Jika mampu

Memutar waktu

Tentu Sinta takkan

Mengabaikan peringatan sang Rama

Untuk melangkah

Keluar dari lingkaran suci

---

Sepulang dari kantor, Anton mendapat laporan dari pak Dibyo jika Medinna menghilang. Bagi Anton, menghilangnya sang kakak ipar dan kepanikan dalam suara Bram saat dia memberikan kabar membuat Anton terkesiap.

Jangan lagi, jika terjadi sesuatu pada Medinna, maka Bram tidak akan pulih, selamanya...

Karena itulah Anton segera membantu Bram untuk mencari keberadaan Medinna. benar saja, saat mengikuti pelacak yang tertanam di mobil Medinna, Anton menemukan wanita itu terbaring di rerumputan.

"Mbak Dinna, apa yang terjadi?"

Anton menyandarkan tubuh Medinna di lengannya dan menatap cemas kakak iparnya, akan tetapi untuk memeriksa kondisi Medinna lebih jauh dia tidak berani. Dengan cepat dihubunginya ponsel Bramantya dan mengabarkan kondisi Medinna.

"Mas, aku sudah menemukan mbak Dinna di kampus, tetapi sepertinya dia terjatuh dan membutuhkan pertolongan secepatnya!"

"Apa?! Terjatuh? Ba...bagaimana kondisinya? Ya, aku akan segera menghubungi dokter terdekat kebetulan dokter yang menanganinya berada di posisi yang tak jauh dari kampusnya. Ton tolong periksa kondisi istriku...lima menit lagi aku sampai di lokasi!"

Anton terpaksa menepuk pipi Medinna dan memaksanya untuk terus tersadar dan membuka mata.

"Jangan pingsan mbak, aku akan bawa mbak secepatnya keluar dari sini, mas Bram telah memanggil dokter untuk mbak..."

Medinna menggeleng pelan.

"Tolong Najwa...mereka...membawanya ke sana...tolong dia, dik..." tangan Medinna menunjuk ke suatu arah dan dahi Anton mengernyit.

Najwa Maulida Husna. Itu nama terakhir yang terlihat di ponsel Medinna, kawan Medinna kah? Dan apa maksud kakak iparnya dengan 'lelaki-lelaki'?

"Tolong dia...." kata Medinna dengan susah payah dan melihat kakak iparnya seperti menahan sakit, Anton memilih tetap tinggal di tempat. Dia tak bisa meninggalkan Medinna begitu saja.

"Maaf mbak, tapi kondisi mbak juga tidak baik, tarik nafas mbak Dinna, perlahan. Apakah terasa sakit, bagian mana yang sakit? Aku akan membawa mbak perlahan, tetap ambil nafas panjang mbak..."

Medinna menggeleng dan menangis. "Tapi Najwa....Anton, kau harus menolong dia secepatnya..."

Lelaki itu menjadi bingung, di satu sisi dia ingin segera membawa Medinna keluar dari area kampus, minimal mendekat ke jalan raya saat ambulance datang, tetapi di sisi lain, Medinna memerintahkannya untuk menolong temannya, apa yang harus dilakukannya?

Untunglah tak berapa lama terlihat Bramantya menghampiri mereka.

"Dinna! Dinna, apa yang terjadi?" Anton melepaskan pelukannya dan mneyerahkan Medinna pada Bram lalu tanpa berkata-kata dia berdiri dan berlari menuju arah yang ditunjuk Medinna. Dahi Bram mengernyit.

"Hei, Ton, kau mau kemana?"

Menghiraukan pertanyaan kakaknya, Anton bergegas mencari Najwa, tetapi setelah berkeliling mencari, dia tidak menemukan gadis itu dimanapun. Kemana lelaki-lelaki itu membawanya pergi?

"Anton!"

Lelaki itu menoleh dan lega melihat Bram menuju ke arahnya. mereka mencari dengan cermat dan Anton mengikuti kakaknya menuju jalan setapak yang tadi tidak terlihat olehnya. Pepohonan di taman belakang membuat jalan kecil itu tersembunyi sehingga nyaris tak seorangpun menyadari adanya sebuah tempat lagi di belakang gedung. Benar saja, di salah satu belokan terlihat bangunan kecil, seperti tempat untuk berkumpul para mahasiswa. Mungkin pecinta alam? Bram mendengar suara tawa laki-laki.

US - Cold Hearted [ NOVEL INI SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang