[Part 2] Wadad ~ Menyendiri

7K 668 50
                                    

Wis dadi ujar ingsun

anggon sun wadad salamining

ngarsa-arsa pengajapan

temah arsa ngapirani

Sudah menjadi sumpah saya

berniat untuk menyendiri selamanya

menanti-nanti pengharapan

akan menjadi merepotkan

---

"Jadi, apa yang sebenarnya anda inginkan? Saya telah mengusir dua klien kami secara halus untuk memberikan kesempatan anda bersama Shanty, primadona utama kami. Tetapi anda justru berbalik komplain kepada saya?"

"Dia menolak menjadi submissive ku. Padahal aku membutuhkan 'seorang budak' malam ini. Tetapi aku bukan pria pemaksa, jadi kulepaskan dia malam ini. Mungkin, jika kau memiliki stok gadis perawan, aku akan mempertimbangkan untuk bermain halus dengan pemula?"

Rendra memutar bola mata.

"Anda klien yang memiliki selera cukup sulit, rupanya?"

"Tetapi aku bisa membayar berapapun yang kau mau asalkan barangnya sesuai..."

"Baiklah..." Rendra bertepuk tangan dan seorang bodyguard menyerahkan sebuah amplop kepadanya.

Errial membuka amplop cokelat itu dan menyerahkan beberapa foto perempuan belia berpakaian seronok ke tangan Bram.

"Perempuan seperti ini banyak di jalanan..." Bram membuang foto-foto itu tanpa menunjukkan ketertarikan. Dengan cara seperti itulah dia akan keluar ruangan bersama Errial. Toh seluruh tugasnya telah berhasil dengan baik, alat penyadap telah terpasang cantik di telinga terget.

Saat dia keluar ruangan, di depan pintu dilihatnya pemandangan yang menarik, seorang gadis berhijab biru tosca diseret dengan paksa oleh beberapa perempuan berpakaian seksi.

Gadis itu meronta sekuat tenaga, tetapi seorang wanita menjambak hijab yang dikenakannya dan memaksanya terus berjalan. Tiba-tiba gadis itu menendang dan memberontak sekuatnya melepaskan diri, sayangnya dia terjembab ke lantai, untung Bram dengan sigap menangkap tubuh limbung gadis itu.

Walaupun bibir gadis itu diplester lakban hitam, Bram sudah bisa membayangkan kecantikannya. Mata gadis itu terbelalak menatapnya dan anehnya dirinya nyaris tak bisa memalingkan tatapannya dari mata cantik itu. Tetapi adu pandang mereka terputus saat wanita-wanita tadi segera menarik tubuh si gadis dari dekapan Bram. Sekilas Bram masih mampu melihat mata yang cantik itu memandangnya panik meminta pertolongan.

"Bawa dia keluar..." Rendra menyuruh para wanita seksi itu menyeret si gadis keluar.

"Tunggu...siapa dia?" tanya Bram.

"Bukan siapa-siapa, tuan...." Rendra seolah enggan menjawab.

"Hmm, begitukah? Tapi aku tertarik pada gadis itu."

Rasanya aneh melihat seorang wanita berhijab rapat berada di lembah hitam yang dikelilingi dengan dosa hawa nafsu. Seperti melihat teratai putih di dalam kolam lumpur.

"Dia tidak dijual, Tuan."

"Aku tertarik pada barang langka...."

"Dia milik Tuan Alfian, pemilik klub ini....emm, ayah gadis itu memiliki masalah dengan Tuan Alfian dan salah satu jalan keluarnya akan dibayar dengan pelayanan seumur hidup si gadis...."

"Aku ingin gadis itu...berapapun harga yang ditawarkan Alfian!"

Bram sendiri tidak mengerti kenapa kata-kata itu bisa keluar dari mulutnya. Mungkin karena ego nya yang terluka karena Rendra menolak permintaannya.

US - Cold Hearted [ NOVEL INI SUDAH DITERBITKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang