(Reader pov)
Saat ini aku sedang berada di dapurku. Memasak dengan bahan-bahan yang baru saja kubeli dengan Levi di supermarket tadi.
Aku memasak beberapa makanan yang 'mungkin' akan disukai olehnya. Sejujurnya, aku ingin bertanya makanan apa yang ia sukai.
Tapi, tidak jadi.
Karena tentu saja gengsi.
Aku memasak di dapur sementara Levi duduk di sofa ruang tamu sambil meminum secangkir kopi.
Hm, enak sekali bukan? Aku yang bersusah payah memasak dan ia hanya duduk manis di sofa sambil meminum kopi dan tinggal menunggu makanan selesai.
Yah, tapi aku tidak boleh mengeluh. Toh, dia ke sini karena permintaan ibu. Bukan keinginannya sendiri.
"Lama sekali."
Aku terlonjak kaget saat melihat Levi yang tiba-tiba sudah berada di sampingku.
Tunggu—sejak kapan ia di sini?!
"Apa kau yang lakukan di sini hah?" tanyaku ketus.
"Melihatmu memasak," jawabnya santai.
Cih. Dasar cebol menyebalkan.
"Aku tidak cebol."
Hah?! Dia bisa membaca pikiranku?!
"Dan aku tidak bisa membaca pikiranmu."
"Tapi yang kau katakan berhubungan dengan pikiranku!"
Levi melirikku malas, "Kebetulan." Setelah itu ia berjalan ke arah meja makan dan duduk di salah satu kursi.
Mana ada kebetulan seperti itu?!
Aku mendengus dan melanjutkan kegiatan memasakku. Sampai lima belas menit kemudian, aku selesai.
Aku melepas celemek hitam yang kupakai. Dan meletakkan semua masakan yang kubuat di meja makan.
"Apa ini?" tanya Levi dengan suara datarnya.
"Makan saja jika kau ingin tahu," jawabku galak.
Levi menyipitkan matanya tak suka, "Kau menjadi lebih emosional."
YA ITU KARENA KAU CEBOL!!!!
Aku menghela nafasku berkali-kali. Lalu memandangnya tajam. Ia membalas tatapanku dengan tatapan malas.
"Makan saja sendiri! Aku ingin tidur!"
Aku hendak berjalan meninggalkan Levi sendirian di ruang makan. Namun sebuah tangan mengambil lenganku—mencegahku untuk pergi.
"Temani aku, bodoh."
Aku mendelik, "Untuk apa aku menemanimu?"
"Ck, kau seharusnya menghormati tamumu."
"Aku tidak pernah memintamu menjadi tamuku."
"Tapi ibumu yang meminta."
"Itukan permintaan ibu, bukan aku."
Levi menghela nafas frustasi. Ia mengacak rambut dengan potongan undercut miliknya.
"Terserah!"Heee~ ternyata ia punya sifat seperti ini. Menggemaskan juga.
Aku tertawa kecil. Membuat Levi menatapku heran.
"Kau sudah gila? Tadi marah-marah dan sekarang tertawa sendiri?"
"Tidak. Hanya saja lucu melihatmu seperti itu."
"Hah?"
Aku merapihkan rambut hitamnya. Ia terlihat mengerutkan keningnya. Entah pertanda tak suka ataupun heran, yang jelas aku tak peduli.
"Rambutmu berantakan, bodoh. Sudah cepat habiskan makan malamnya."
Dan Levi hanya bisa berdecak kesal.
TBC
yuhu~~
![](https://img.wattpad.com/cover/115449839-288-k564076.jpg)