(Reader pov)
"Kenapa kau membawaku ke sini?" tanyaku pada Levi sambil memandangnya heran.
Tentu saja heran. Tahu ke mana ia membawaku pergi? Ke kantornya. KANTORNYA.
Mau ngapain sih?
"Karena aku ingin," jawabnya santai.
Kenapa ia aneh sekali sih hari ini? Apa sebenarnya ia bukan Levi? Apa Levi yang asli sedang sakit? Dan yang ini hanyalah clone?
"Jangan memikirkan yang tidak-tidak. Sini, akan kuajak ke ruanganku." Levi mengajakku memasuki sebuah ruangan dengan tulisan.
CEO
Wah. Ternyata aku calon tunangan dari seorang CEO Perusahaan Ackerman Group.
Beruntung sekali aku. Apa kuperetin saja lalu kabur keluar negeri?
"Kau sudah kaya, bodoh. Tanpa uang dariku pun kau bisa membiayai tujuh keturunanmu nanti."
Oh, iya juga.
"Seperti apa ekspresi wajahku yang kamu lihat sehingga bisa menebak pikiranku lagi?" tanyaku.
"Ekspresi seorang wanita matre," jawabnya tanpa beban.
HAH?! WANITA MATRE?!
Aku refleks memukul pundaknya, "Jadi kau pikir aku ini wanita matre hah?!"
Levi memandangku kesal, "Sakit, bodoh," gerutunya sambil mengusap tempat yang kupukul tadi.
"Gak peduli," ucapku sembari memelet.
"Cih, terserah kau saja (y/n)."
"Sudahlah, duduk di sofa, ada hal yang perlu kuurus." Levi duduk di kursi kerjanya, membuka laptop dan mengetik sesuatu.
Jadi dia mengajakku ke sini untuk menemaninya bekerja? Menyebalkan.
Aku dengan kesal berjalan ke arah sofa, lalu duduk di sana. Ada setoples kue kering di meja.
Saat ingin mengambil toples tersebut, mataku mendapati sebuah tablet yang berada di samping toples.
"Levi, ini milik siapa?" tanyaku sambil memperlihatkan tablet tadi.
"Milikku, mainkan saja jika kau bosan," jawabnya acuh tak acuh.
Aku membuka tablet itu dan melihat-lihat isi di dalamnya.
Sungguh, tidak ada yang menarik. Hanya ada berita, berita, dan berita. Kuharap aku akan menemukan suatu permainan di sini, tapi ternyata tidak ada sama sekali.
Aku masih mengutak-atik tablet milik Levi. Dan sebuah surga pun muncul. Di tabletnya, ada youtube! Yes! Aku bisa streaming sesukaku!
Aku segera membuka aplikasi berlogo merah itu. Dan segera kucari di mesin percarian 'Shingeki No Kyojin season 4'.
Sedikit sekali. Tentu saja, anime yang kutonton itu bajakan, mana mungkin youtube membiarkan video bajakan? Bisa-bisa dituntut.
Saat baru ingin menonton episode satu, ponselku bunyi.
Eren menelpon.
Aku mengangkatnya, "Halo, Eren, ada apa?"
"KAK! CE-CEPAT KE SINI!!"
Hah?! Ada apa ini?! Kenapa dia panik sekali?!
"Oke, tenang, ada apa? Aku harus ke mana?"
"KE RUMAH SAKIT YAHIN!! AYAH DAN IBU KECELAKAAN! CEPAT!!"
PRANG!!
Ponselku meluncur jatuh begitu saja dari genggamanku. Tubuhku lemas, tak bisa bergerak.
Tuhan, ini bohong kan..?
"(y/n)! Ada apa?!" Levi menarik pundakku, memaksaku menghadap ke arahnya. Terlihat wajahnya sedang menatapku dengan khawatir.
Lidahku kelu, aku terlalu takut untuk berbicara.
Levi mengambil ponselku yang terjatuh. Teleponku dengan Eren sudah terputus, tetapi Eren mengirimkan sebuah pesan.
Levi membaca pesan itu dengan suara yang cukup kencang, "Kak, kau tidak papa? Kumohon jangan syok dulu. Kita harus menjenguk ayah dan ibu di Rumah Sakit Yahin. Kau di mana? Akan kujemput. Ayah dan ibumu kenapa, (y/n)? Astaga, ayo kita pergi dulu."
Levi menarikku ke dalam pelukannya, aku bisa merasakan tangan Levi yang sedang mengusap rambutku dengan sangat lembut. "Jangan khawatir, mereka pasti baik-baik saja."
Dan tangisku pun pecah.
~first love~
(Normal pov)
(y/n) dan Levi tiba di rumah sakit tiga puluh menit kemudian. Mereka langsung berlari menuju ruang IGD.
Di depan ruangan, ada Eren dan Mikasa yang sedang duduk dengan raut wajag cemas.
"Eren, bagaimana?" (y/n) segera menghampiri adik laki-lakinya itu.
Eren menggeleng lesu, "Belum ada kabar sejak dua jam yang lalu. Belum ada satupun dokter yang keluar."
(y/n) terjatuh duduk, dan Levi segera menangkapnya. Levi segera membawa tunangannya ke dalam pelukan.
"Menangis saja seperti tadi jika itu membuatmu lega," bisik Levi. Ia menggendong (y/n) dan mendudukkannya di kursi.
Mikasa menatap nanar Eren. Ia ingin menghibur tunangannya seperti yang kakaknya yang lakukan. Tetapi Mikasa terlalu malu...
"Mikasa."
Mikasa terkejut dengan suara Eren yang tiba-tiba memanggilnya. "Y-ya?"
"Aku takut."
Mikasa terdiam, dan keadaan hening.
Lama kelamaan, suara isakkan terdengar dari Eren. Mikasa panik.
"Eren, aku minta maaf, aku tidak bisa menghiburmu padahal kau lagi sedih." Mikasa menunduk, tidak berani menatap sang tunangan.
Tiba-tiba, Eren memeluknya dan membenamkan wajahnya di pundak Mikasa. "Cukup di sampingku saja, dan aku akan baik-baik sana."
Pada akhirnya, dua bersaudara Jaeger menangis dalam pelukan tunangan mereka, dua bersaudara Ackerman.
TBC
Btw, maaf baru muncul. Adakah yang masih baca ff ini?:')
Kali ini, aku bakal up minimal sebulan sekali, hehe.