「hate when i heart u」

35 2 1
                                    


—•o0o•—

Terbangun di pagi hari pada jam yang sama hampir setiap harinya, menyantap sarapan seperti biasa lalu pergi ke sekolah sampai waktu pulang, dan mungkin sebagian orang tidak langsung pulang karena les privat atau kursus lainnya yang ia pilih maupun dipaksa memilih lalu mengulang kegiatan itu selama kurang lebih 15 tahun atau setidaknya sampai kamu lulus sekolah menengah atas. Jika diceritakan mungkin akan terdengar membosankan atau flat—yah karna memang itulah yang hampir semua orang lakukan dan bisa dibilang kita sudah terbiasa menjalaninya hingga tak lagi memikirkan itu, benar?

Pernahkah suatu pagi, saat kamu terbangun dan melihat jam yang secara tak langsung menyadarkanmu jika hari itu masih harus sekolah walaupun kemarin, kemarin malam tubuhmu sudah meminta dirimu untuk segera beristirahat tapi kamu tak bisa langsung menurutinya karna selalu saja ada yang mengganggumu entah itu tugas rumah atau mungkin notifikasi dari ponselmu yang selalu memanggil manggil seakan menggoda dirimu yang tengah bergelut dengan batin pokoknya aku harus tidur cepat malam ini agar jika besok tidak mau kelelahan tapi benda persegi itu juga memanggilmu; hei cantik, tidakkah kau penasaran dengan yang kau lewatkan dariku barusan? Mungkin sahabat atau kekasihmu mengirim pesan, oh atau update terbaru sosial media idolamu? barangkali itu akan sangat menghibur dirimu yang sedang penat

Sial, Oke, jangan dibahas lagi

Seperti saat ini, Sora terbangun dari tidurnya saat merasakan sinar hangat matahari pagi yang menyelinap masuk lewat celah kecil jendela kamarnya

Terdengar menyenangkan, tapi tetap saja itu akan menyilaukan bagi kebanyakan orang khususnya bagi orang yang tak (bisa) menutup rapat matanya ketika terpejam saat tidur—aneh, memang

Bersyukur pagi ini ia masih diizinkan bangun oleh Sang Pemilik siang dan malam

Menghela nafasnya, namun gadis itu tetap berusaha bangkit berdiri dari ranjangnya

Mungkin ada yang salah dengan penciumannya pagi ini sebab, tak seperti biasanya ia menemukan aroma sedap nan  menggelitik perut. Semakin hidungnya mencerna dan mencari asal aroma menyenangkan itu, semakin tercium sampai sampai kakinya saja sudah tidak peduli dengan rasa kantuknya yang masih tak kunjung pergi

Sup ayam, siapa...yang memasak sepagi ini?

Hidungnya menghantarkan informasi pada otaknya untuk memeriksa apa yang baru saja ia cium, lebih sederhananya Sora penasaran dan memutuskan untuk memeriksanya sendiri ke bawah, didapur

Dan cukup membuatnya bungkam ketika yang ia lihat ialah ayahnya yang tengah memasak, bukan ibunya—ralat, ibu sambungnya.

"Kamu sudah bangun, Sora?" Tanya ayahnya yang entah sejak kapan mengetahui hal itu

Sora terkejut dalam diamnya, hal gila apa lagi yang akan terjadi hari ini?

Untuk yang pertama kalinya ia melihat dengan matanya sendiri ayahnya memakai apron hitam tengah memasak sup ayam untuk sarapan keluarganya

Mungkin akan baik jika aku tidur lagi

Tapi niat konyolnya untuk tidur lagi itu tergagalkan, ayahnya sudah memanggilnya terlebih dulu sebelum gadis itu sempat berbalik

"Sora?"

"Ah- ya, ayah?"

"Hari ini kamu sekolah kan? Cepat mandi dan bersiap lalu turun kebawah, kita sarapan dulu setelah itu ayah akan mengantarmu ke sekolah" ucapnya dengan nada tenang yang menghangatkan

"Iya" iapun melangkah kembali menuju kamarnya namun, sebelum itu ia kira ini sedikit mengganjal karena— "oh iya, dia...maksudku ibu dimana?"

"Aku disini" seorang wanita menyahut dari arah wastafel, oh iya Sora saja yang tak melihatnya karena terlalu fokus dengan ayahnya yang..memasak(?) "Pagi Sora!" Sapanya dengan senyum yang kelewat manis dan walupun ibu barunya memang seumuran dengan ayahnya, ia terlihat seperti teman yang menyenangkan untuk Sora, namun seperti biasanya gadis itu hanya berdehem sebagai jawaban

"Aku ke kamar dulu" ucapnya sebelum benar benar melangkah naik pergi ke kamarnya diatas

Jika sebelumnya ia memilih untuk tidur dikamar bawah, namun kini ia memutuskan untuk pindah ke lantai 2 sejak kapan gadis itu juga tak yakin kapan tepatnya, mungkin sejak tau ayahnya menikah lagi dan ia kira ia tak akan sering meminta Taehyung untuk menjemputnya tengah malam lagi

Masalah Taehyung, orang itu bahkan belum memberi kabar apapun lagi setelah keberangkatannya tempo hari. Jangankan menelpon atau panggilan video, pesan yang Sora kirim seminggu lalu saat lelaki itu sudah pindah ke Jepang tak pernah ada tanda tanda orang itu akan membalasnya. Jangankan dibalas dibaca saja tidak, belum lagi ia sama sekali tak bisa dihubungi karna alasan yang selalu sama, nomornya tidak aktif

Pergi seenak jidat, aku tau jika jidatnya memang enak dipandang tapi aku tak yakin jika ada isinya

***

"Mau ke kantin?" Sora tersentak dalam kedamaian tidur siangnya, hal yang paling membuatnya emosi setengah mati; saat ada orang yang membangunkan tidurmu padahal kau baru saja terlelap karena lelah. Tapi agaknya ia tak jadi meluapkan segala emosinya dan mengabsen satu persatu umpatan dari mulutnya jika orang itu adalah–

"Ya! Namjoon!"

Anak ini

"Maaf, aku mengganggumu ya?" Dia menjelaskan dengan gugup "Aku hanya berpikir jika tak ada yang bisa kau ajak ke kantin jadi aku ingin pergi bersamamu" dan benar saja setelah kalimat itu terlontarkan seketika Sora mengubah ekspresi predatornya saat itu juga menjadi semanis kelinci dengan hidung merah jambunya

Dia manis tapi sayangnya sedikit bodoh

"Aku memang tidak ingin pergi kesana, jika kamu mau aku akan menemanimu" oke, sejak kapan Sora jadi semanis itu? Biasanya saat Taehyung yang mengajaknya ia hanya akan berteriak kesetanan seraya mengusir mahluk yang mengganggu tidurnya dan jawabannya takkan selembut itu melainkan; Pergi saja sendiri sana! Kau sudah tahu, kenapa masih saja berani menggangguku, huh! Penuh intonasi mengotot dan nada tinggi.

Tapi sebenarnya niat Namjoon mengajaknya ke kantin hanya sebagai basa basi saja agar bisa mendekati gadis itu " Kalau begitu, aku juga tidak pergi. Bagaimana jika ke perpustakaan? Di sana cukup sunyi untukmu beristirahat, kalau kamu mau"

Tentu saja, sudah menjadi jawaban mutlak sepertinya

Tapi Sora sempat berpikir kenapa semua yang ia lalui terasa begitu cepat berlalu, tahu tahu ia dan Namjoon menjadi semakin dekat padahal belum sebulan ia menyadari keberadaan si lelaki manis itu di sekolahnya, lalu soal kepindahan sahabatnya yang terkesan tiba tiba, ia tak mengerti. Seperti ada sesuatu yang mengganjal yang tak ia sadari maupun ketahui jelasnya

Apa, sih, yang sudah kulewatkan?

Trivia : AFRAIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang