(1) so be it

55 11 0
                                    

Pukul 06.24, kuterbangun dari tidur singkatku seperti hari biasanya. Ini lucu, aku masih terbangun di pagi hari—maksudku, setelah semua hadiah yang diberikannya padaku aku masih bisa menjalani semuanya seakan semua baik baik saja

Tubuhku seperti remuk, semalaman menangis dan pagi harinya terbangun masih dengan posisi yang sama, duduk menyender pada dipan ranjangku

Luka yang belum terobati dengan layak, darah yang mengering, lebam yang sudah berubah menjadi ungu dan sebagian lainnya biru

Aku memaksakan langkah kakiku untuk beranjak pergi ke kamar mandi, membersikan semuanya sebelum pergi kesekolah

Polesan krim concelear cukup membantu menutupi luka lebam yang menghiasi pelipisku, untungnya seragam sekolah didesign berlengan panjang, jadi luka sayat di tangan kananku bisa tertutup dengan aman

Setelah semuanya siap, langkah kakiku membawaku menuju dapur, mencari apa yang bisa kudapat untuk sarapan pagi ini

Susu pisang, roti, telur, perfect!

Setidaknya pagi ini aku bisa sarapan

***

Brakk..

“Jesonghabnida, biar kubantu” dengan sigap aku langsung membantunya merapikan kembali beberapa buku yang terjatuh saat kutabtrak tadi

“Lepaskan aku bisa sendiri” dengan kasar dia menepis tangan kananku

“Ya! Kau ini kenapa, aku hanya membantumu” ucapku meringis kesakitan tepat pada luka di tangan kananku

Tanpa peduli ia pergi begitu saja, meninggalkanku yang tengah mengumpat plus menyumpahinya

“Lelaki itu, hh awas saja jika ku melihatnya lagi” dengusku kesal

Lagi lagi aku harus menahan perih di tanganku, ‘aqu anaq quad’ berkali kali kutegaskan kata itu pada diriku sendiri

Beruntung 2 jam pelajaran sebelum bel makan siang kosong, jadi kupakai kesempatan emas itu untuk tidur sampai satu bisikan iblis yang berhasil membangunkanku

“AHN SORA BANGUN, AYO KITA KE KANTIN!!” teriaknya tepat ditelingaku

“Taehyung.. bisakah kau tak berteriak DI TELINGAKU!!” balasku dengan cara yang sama, meneriaki telinganya

“Ahaha mianhae, ayo ke kantin ini sudah jam makan siang” ajaknya langsung menarik tanganku

“Akh, jangan ditarik” pekikku

“Kau kenap– jangan bilang..”

“Hh, sudahlah ayo katanya mau ke kantin” kini berbalik aku yang menarik tangannya ke kantin

“Tapi kau tak apa kan?” tanyanya cemas, selalu seperti itu

“Jika tidak, menurutmu untuk apa aku masih disini” ucapku meyakinkannya, tapi maksudku ‘jika aku tak baik baik saja, untuk apa aku masih hidup’

“Kalo begitu traktir aku ok?” tanyanya dengan senyum kotaknya yang menyebalkan

“Hh, lalu apa gunanya kartu ini kalau tak bisa mentraktirmu makan siang, jangankan makan siang semua yang ada di kantin bisa dibeli dengan ini jika aku mau, tapi sayangnya kantin sekolah kita tak menerima kartu kredit” ucapku seraya menunjukan blackcard ku padanya

Trivia : AFRAIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang