Anti Mainstream

26 0 0
                                    

"Kamu kenapa niru-niru orang, style mereka katrok. Beli baju disana saja, lebih bagus"

Kalimat yang sangat tidak bisa diterima oleh anak SD, menjadi gaul namun selalu ditolak oleh Bapak. Okey!. Untuk ngambek pun perlu pikir-pikir untuk melakukannya, sejak saat itu selalu dipilihkan pakaian oleh Bapak. Disaat anak-anak lain memamerkan baju yang gaul dan keren pada saat itu, mulai dari baju bergambar tengkorak, celana yang banyak kantongnya, sepeda lowrider. Style yang sangat gaul pada saat itu.

Wah! perasaan kesel semakin menjadi-jadi dong ya, teman-teman sudah pada gaul pada zamannya masak aku enggak. Anak SD mana tahan dengan namanya dipamerin, alhasil rasa cemburu itu selalu melekat dalam diri. Tapi tetep aja hidup gitu-gitu aja bruh.

Bertahun-tahun mencoba menjadi diri sendiri yang tidak disadari diarahkan oleh Bapak. Bingung gak tuh? Niat mencari jati diri namun diarahkan untuk tidak mengikuti orang. Akupun juga bingung, namun tidak dengan temen-temenku. Aku dicap sebagai "anak serba tau" karena aku suka mengulik-ngulik hal yang tidak pernah dipikirkan oleh anak SD sekalipun pada saat itu dan aku sering mendengar cerita-cerita sosial dari kakak-kakakku. Ya pikiranku emang jauh dari pemikiran anak SD!, tapi styleku gitu-gitu aja. Selalu tidak mengikuti arus, akupun risih merasa menjadi orang yang tersepelekan di lingkungan pertemanan karena tidak mampu menyandingi stylenya.

Namun aku belum memahami pada saat itu, aku mempunyai kelebihan yaitu dicap sebagai "anak serba tau", dipikiranku hanya ada rasa cemburu yang berlebihan. Aku tidak gaul dan keren, dipikiran anak SD mana tau kalau mereka punya potensi yang menarik dari dirinya sendiri. Tak disangka dan tak disadari hal itupun membuatku sudah mempunyai citra diri yang mungkin tidak dipunyai oleh temen-temenku yang bisanya cuma niru orang tanpa bisa menjadi dirinya sendiri.

Wahai TersepelekanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang