“Lukisan ular hitam?” Lelaki yang mengenakan topi bersayap itu seperti terkejut mendengarnya. Ia lalu menoleh ke kanan dan ke kiri bergantian. “Masuklah,” katanya.
Aries, Ashley, dan Athena langsung memasuki rumah sederhana itu. Di dalam sana terdapat banyak sekali buku yang ditata rapi, lembar-lembar kertas yang menghiasi tiap sudut meja, serta tumpukan berkas lainnya melengkapi sisi dinding-dinding.
“Duduklah.” Ia langsung pergi mencari sesuatu di antara susunan buku itu. “Apa kalian memiliki gambaran yang lebih jelas?”
“Aku memilikinya,” kata Aries. Ia pun merogoh saku celana, mengambil ponsel, dan menunjukkan sebuah foto digital yang ditangkap sebelumnya. “Simbol ini terlihat di sekitar tubuh teman-temanku, seperti sengaja memberi tanda akan perbuatan kejinya itu, Dewa Hermes.”
Hermes melihat foto itu dengan saksama. Ia mengangguk, memberikan ponsel itu pada pemiliknya, dan kembali membongkar koleksi bacaannya. “Ini dia,” ujarnya, menarik salah satu buku dari rak buku.
Ia berjalan menemui tiga pelawat yang sedang duduk menanti jawaban di ruang tamu. Hermes duduk di salah satu bangku dan menaruh buku itu di atas meja. Semua tatapan langsung menuju pada buku yang Hermes bawa.
“Apa itu buku rasi perbintangan?” Athena bertanya demikian saat melihat sampul bukunya menggambarkan sebuah lingkaran dengan dua belas titik cahaya di sekitarnya.
“Iya, benar. Ini buku yang mempelajari ilmu dasar tentang rasi perbintangan,” jawab Hermes seadanya. Ia pun langsung membuka buku di hadapannya, mencari-cari halaman yang dimaksud. “Gambar mengenai ular hitam itu, rasanya pernah aku lihat di buku ini.”
Ashley menatap Aries keheranan, seolah bertanya, apa yang ia cari? Namun, Aries membalasnya dengan gelengan ketidaktahuan.
“Ini dia!” Hermes mengatakannya keras. “Gambar yang ada di ponselmu tadi, terlihat seperti gambar yang dilukiskan di buku ini. Meski tidak sepenuhnya sama, tapi delapan puluh persen memiliki keakuratan serupa. Yah, mungkin terlihat demikian kalau kita mengabaikan lelaki yang memegang ular tersebut.”
Ashley mengingat betul bagaimana elokan garis-garis yang menyerupai ular di sekitar tubuh zaic lain. Dan benar saja, gambar ular yang baru ditampilkan oleh Hermes, memiliki kesamaan yang tidak cukup jauh.
“Bukankah ini Ophiuchus?” terka Athena. “Dia bukan salah salah satu dari rasi bintang yang ditakdirkan untuk menjaga lingkaran ekliptika.” Ia mengernyitkan dahi.
Hermes menggeleng. “Memang bukan, tetapi mungkin simbol yang ada di sekitar teman-teman kalian, dengan simbol yang sekarang ada di tengah-tengah kita, pasti mengisyaratkan sesuatu. Aku sudah sering menemui simbol-simbol di tiap pesan milik para dewa atau dewi Olimpus untuk disampaikan. Dan aku mengerti makna tiap-tiap simbol tersebut. Akan tetapi, ini pertama kali aku melihat ular berwarna hitam seperti yang kalian tunjukan. Maka dari itu aku tidak mengerti apa maksud yang sebenarnya.”
“Namun, kenapa harus bersamaan dengan membunuh kami?” Ashley menarik perhatian tiga orang di sekitar, menatapnya penuh tanya. “Maksudku, apabila benar ada keterkaitan antara dua simbol tersebut, kenapa harus memberi petunjuk melalui pembunuhan? Bukankah lebih mudah bila mengirim simbol itu secara baik-baik?”
Athena dan Hermes mengetahui jawaban itu dengan pasti. Mereka saling bertatapan, beradu pemikiran mengenai siapakah yang harus mengatakannya pada Ashley. Ketika Athena memicingkan kedua matanya, Hermes mengingat bagaimana Dewi Kebijaksanaan itu mengutuk Medusa sehingga bertransformasi menjadi manusia berambur ular yang mengerikan. Keberaniannya pun goyah. “Baiklah, akan kujelaskan.” Untuk memastikan, Hermes melirik Athena sekali lagi. Sang Dewi tak melakukan hal lain, selain mengangguk berwibawa.
![](https://img.wattpad.com/cover/90273439-288-k582970.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Zodiac's Series: The Chosen
Fantasy[Fantasy minor Adventure || 15+] Ophiuchus datang membalaskan dendam. Membunuh sepuluh utusan zodiak dari dua belas yang ditakdirkan. Motif yang terbilang abu membuat dewa-dewi Olimpus kelabakan mencari solusi, bahkan bagi Zeus sekalipun. Di sisi la...