Chapter 10 - Erinyes

342 58 37
                                    

“Apa kau sudah menyelesaikan cincin para zaic?” Athena bertanya tiba-tiba pada Hefaistos yang terlihat lesu mengenakan welding kesukaannya. “Kuharap sudah,” lanjutnya.

Hefaistos menyeka keringatnya yang mengalir di kening. “Tentu saja sudah.” Ia menyerahkan kantung kecil berisikan tiga belas cincin magis di dalamnya.

“Terima kasih.” Athena tersenyum meraihnya. Untuk sesaat, ia melempar pandangan ke sekitar untuk memperhatikan kiklops-kiklops yang tampak malu-malu membicarakannya. “Kalau begitu aku akan pergi ke Bumi dulu.”

“Ke Bumi?” Hefaistos merasa pendengarannya keliru karena belum beristirahat sejak kemarin. “Ah, tentu. Kau akan mengantarkannya pada mereka, 'kan?”

Athena mengangguk. “Aku permisi.” Ia membalikkan badan dan melangkah pergi melintasi bisikan-bisikan kiklops yang berisik.
ㅤㅤ

★☆★

“Maaf atas ketidaknyamanan ini.” Seorang dewi berpenampilan mengerikan—sorot mata mengintimidasi dan seekor ular berdiam di pergelangannya—mengucapkan kalimat tersebut dengan sedikit membungkuk.

Ashley masih sibuk membersihkan luka-luka di tubuh Aries, sedang yang diobati hanya tersenyum untuk menanggapi permohonan maaf sebelumnya. Sebenarnya, Ashley bergidik ngeri ketika dewi Dunia Bawah itu muncul. Tiba-tiba hadir dari salah satu batang pohon dengan kejut.

“Tidak apa, Dewi Alekto,” kata Aries. “Beruntung Minotaur itu menghampiri kami, bukan manusia lain.”

Alekto tidak tersenyum. Ia hanya menyipitkan bola matanya sebagai bentuk rasa senang. “Sebagai perwakilan Tuan Hades dari Dunia Bawah, aku meminta maaf atas kekacauan yang ditimbulkan salah satu tahanan kami.”

Kemudian, Alekto membawa jasad kedua Minotaur yang sebelumnya dikalahkan oleh Aries dan Ashley kembali ke Dunia Bawah. Mungkin roh mereka akan dimusnahkan ketika sampai di sana. Dengan bantuan ular-ular Alekto, tubuh Minotaur yang besar itu ikut terbawa arus mengikuti arah ke mana mereka pergi.

Dua Minotaur itu terbawa jauh hingga bayangnya kandas dari pandang. Begitu pula dengan Alekto yang mengawasi di belakang mereka dengan saksama.

Pertanyaan-pertanyaan yang hadir sejak Alekto muncul akhirnya bisa Ashley lontarkan untuk mendapat jawab sebagai timbal-balik. “Kau mengenalnya?” Dari sekian banyak bingung, hanya dua kata itu yang dapat didengung. Ashley kemudian menggunting kain kasa, setelah yakin pergelangan Aries terbalut dengan benar, dan menatap lelaki berambut sedikit kecoklatan itu mengharapkan jawaban.

“Yah, dia adalah Dewi Alekto, salah satu dari tiga Erinyes, dewi-dewi penghukum seseorang yang melakukan kejahatan pada keluarganya.” Sebelum pertanyaan Ashley semakin bercabang, Aries berusaha menjelaskan setahunya. “Aku pernah bertemu dengan ketiganya saat perang di Kota Nemea saat itu. Ketika kau dan zaic lain diperintahkan berkumpul di Olimpus, apa kau ingat aku datang sedikit terlambat?”

“Iya ...?” Ashley mengangguk ragu. “Mungkin.”

“Saat itu, aku diperintahkan untuk menanti kedatangan para Erinyes untuk menjemput Hiperion setelah kita kalahkan,” jelas Aries.

“Begitu ....”

Lalu mereka saling berpandangan dalam diam. Ada sedikit rona kemerahan di pipi keduanya yang membuat masing-masing tatapan itu terlempar ke sembarang arah.

“K-kau ingin makan apa? Biar kubuatkan sekalian.” Ashley bangkit dan berjalan masuk ke pondok. Belum sempat Aries menjawabnya, pintu kayu itu sudah tertutup kembali.

Zodiac's Series: The ChosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang