Chapter 2 - Hipnos

858 125 7
                                    

Kondominium milik Elizabeth menjadi destinasi akhir penelusuran. Tidak ada satu pun zaic yang ditemukan dalam keadaan bernapas. Luka yang disebabkan sebilah pedang, sangat menjelaskan sebab kematian mereka.

Athena membuka portal pada tangga darurat gedung bertingkat tinggi itu, meminimalisir manusia melihat hal yang tidak dapat dijelaskan oleh logika tersebut. Seiring perjalanan mereka mendatangi zaic-zaic lain, Bulan sudah berpindah tempat. Mengawasi titik lainnya. Digantikan oleh Matahari beserta hawa panasnya.

Keadaan di lorong-lorong kamar terdengar riuh. Mereka pun melewati pintu tangga darurat dan melihat segerombol penghuninya berbisik-bisik ketakutan.

"Ada pembunuhan di sini? Yang benar saja! Dunia sudah menggila!"

"Gadis jutek di kamar 2071 itu dibunuh oleh seseorang. Aku semakin yakin bahwa banyak yang membencinya. Siapa suruh bersikap angkuh seperti ini, menyebalkan!"

"Kasihan sekali dia, masih muda sudah tewas."

Ashley menahan kupingnya memanas mendengar orang-orang itu membicarakan sahabatnya. Ini lokasi terakhir, ia tak ingin berbuat masalah dengan beradu argumen dengan mereka.

"Biarkan saja, tujuan kita ke sini bukan untuk meladeni mereka, tapi memeriksa keadaan Elizabeth." Athena berpakaian manusia, masih tetap dengan mantel Aigis melekat di tubuhnya. "Jangan memperumit keadaan."

Ashley berdecak. "Yah, keadaan Liza yang sudah terbunuh. Terdengar jelas dari bisikan-bisikan penghuni lain, yang kesenangan mengetahui tetangga dingin mereka sudah tewas."

"Andai saja kau mengizinkanku untuk langsung pergi ke sini setelah pertemuan dengan Selene, mungkin aku dapat membantunya, dan Liza akan tetap hidup," lanjutnya.

Athena memegang pergelangan Ashley kuat-kuat. Tatapannya menyiratkan kekesalan yang tak mampu dijelaskan. "Atau mungkin kamu yang ikut tewas bersamanya," ungkapnya.

Ketika ingin pergi ke Bumi, Ashley sedikit memberontak menolak perintah Athena. "Aku akan pergi ke tempat Liza terlebih dahulu."

"Melihat situasi yang belum dapat didefinisikan ini, kita tidak dapat bergerak sendiri-sendiri. Bila memang terjadi sesuatu pada kawan kalian, mungkin sesuatu itu juga akan menyerang kalian saat bertemu." Athena menggambarkan asumsi terburuk yang dapat terjadi. "Aku tahu kau dapat bertarung dengan panah dan belati Chiron itu. Aku paham. Namun, lebih baik kita menghindari risiko, Ashley."

Selene yang masih tersinggung oleh Ashley, ikut berkata, "Sudahlah, turuti saja apa kata Athena. Kau belum sepandai itu untuk mengerti urusan Olimpus."

Aries kemudian bergerak menarik tangan Ashley yang sudah siap menarik busur panah. "Jangan bertindak gegabah, Bodoh." Kali ini pegangannya tak mampu Ashley lepaskan.

"Aku sudah memanggil bantuan untuk membantu kita menyelidiki mereka di Bumi. Rasanya, kekuatan miliknya, akan lebih berguna dibanding kekuatan kita," tutup Athena saat itu.

Dan, tak lama kemudian, seorang dewa hadir melalui portal buatan Athena. Selene kenal betul siapa ia. Sosok yang sangat berjasa bagi kisah romansa antara Selene dan Endimion. Keempatnya pun langsung bergegas menuju Bumi, mendahulukan Gemini karena bulan Juni sedang mengambil kuasa Bumi, dan menjadikan Aquarius sebagai kunjungan akhir.

"Hipnos, lebih baik kau bungkam mulut mereka sekarang," seru Athena, "supaya perkataan-perkataan mereka tidak memancing amarah Gadis Sagitarius itu lagi."

Hipnos, Sang Dewa Tidur, datang ke Bumi setelah menerima perintah dari Zeus. Athena merasa kalau mengunjungi Bumi dalam keadaan seperti ini, memerlukan kekuatan Hipnos untuk menidurkan manusia-manusia yang tidak seharusnya ikut campur. Oleh karena itu, sebelumnya ia mengirim burung hantu pada Zeus untuk meminta bantuan Hipnos datang ke Bumi karena hal yang mendesak.

Zodiac's Series: The ChosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang