Chapter 5 - Nyx

481 84 2
                                    

Badai salju menampar kulit Hermes dengan keras. Beruntung Athena sudah menyarankan untuk datang ke Arcthus dengan baju hangat, jadi setidaknya, ia bisa meminimalisir rasa dingin dan mengurangi risiko terkena hipotermia.

Ini adalah kali pertama dewa atau dewi Olimpus datang ke kerajaan Arcthus. Hal ini membuat Athena tidak mampu membuka portal di dalam kerajaan, melainkan beberapa meter dari gerbang Kerajaan Arcthus. Dan itu mengharuskan Hermes untuk berjalan kaki--karena sepatu bersayapnya tidak kuat menghadapi badai salju--sampai ke gerbang.

“Siapa kau?” seru salah seorang penjaga di sisi kiri gerbang dengan posisi siaga--mengarahkan mata tombak ke arahnya--mengantisipasi gerakan Hermes.

“Aku Hermes, pembawa pesan para dewa-dewi Olimpus, anak dari Zeus dan Maia, putri Atlas dan Pleione. Datang untuk bertemu dengan raja di Arcthus.”

Ketika mendengar namanya disebutkan, penjaga itu menatap kawan di sampingnya. Namun, tetap dengan mata tombak mengancam gerak Hermes.

“Tidak mungkin! Hermes yang kami ketahui memiliki topi dan sepatu bersayap--”

“Bernama Petasus dan Talaria,” potong Hermes, “dan jangan lupakan tongkat Kadukeus.”

Jawaban yang Hermes berikan membuat tingkah penjaga gerbang itu sedikit melunak. Tidak ada lagi todongan ujung tombak mengarah padanya.

“Kalau begitu, ada keperluan apa sampai-sampai salah satu dewa dari Olimpus datang secara tiba-tiba dan ingin menemui raja kami?” Kini giliran penjaga di sebelah kanan untuk ikut campur. “Selama ini kami tidak pernah kedatangan dewa atau dewi besar sepertimu, Dewa Hermes.”

Persetan dengan itu semua, Hermes sudah menggigil hebat. Ia tak ingin menjawab tiap-tiap pertanyaan yang diajukan--setidaknya sebelum ia mendapatkan tempat duduk yang mengarah ke perapian untuk menghangatkan tubuh--karena lidahnya benar-benar kelu.

“Baiklah, baiklah.” Ia mengibaskan tangannya, mengundang Hermes untuk mendekat. “Hei, cepat buka gerbang!” perintahnya pada petugas di balik dinding pemisah.

Tak lama kemudian gerbang terbuka. Mata Hermes menangkap pijar-pijar lampu menghangatkan dari dalam sana. Prajurit itu melangkah masuk diikuti olehnya, lalu akses masuk yang baru mereka lintasi tertutup tanpa aba-aba.

Hermes melirik kanan dan kiri berulang. Keadaan di sini tidak jauh seperti Bumi. Hanya saja, ini berada di dalam kerajaan dan bersuhu teramat rendah--mengingat letak keberadaannya yang jauh dari Matahari, melebihi Bumi--yang membedakan kondisi keduanya.

Ada sedikit perubahan suhu yang dapat Hermes rasakan setiap langkahnya beranjak masuk lebih dalam. Dan semakin jauh ia menelusuri, semakin banyak kehidupan-kehidupan yang menampakkan diri. Ada tawa gadis kecil di sisi kiri ketika melihat aksi penjual roti mengeluarkan adonannya dari panggangan. Ada obrolan abstrak di sebelah kiri yang terdapat dua orang berdialog di dalamnya.

Benar-benar normal.

Namun, kenapa kehidupan seperti ini justru tidak mampu dideteksi oleh Olimpus sekalipun? Apakah mungkin semesta ini terlalu luas untuk Zeus jajaki?

Pertanyaan itu bermain jahil di akal Hermes--yang tanpa sadar sudah melepas pelukannya pada diri sendiri--secara mendadak. Langkah Hermes terhenti mengikuti alur pijak prajurit yang memimpin perjalanan.

Mereka berada di depan kerajaan bernuansa . Dan Hermes benar-benar merasa suhu tubuhnya kembali normal. Ketika pintu kerajaan dibuka, nuansa vintage di dalamnya mengeluarkan pemandangan khas. Benar-benar seperti di Bumi, lebih tepatnya Benua Eropa.

Hermes menyambung langkahnya dengan gerak kepala yang menoleh ke segala penjuru. Langkah mereka berbentuk horizontal satu arah, tidak ada belok kanan atau kiri seperti di Istana Olimpus untuk menemui penguasa. Pandangan pun Hermes semakin jelas menyadari bahwa ada seseorang yang duduk di singgasana, menatapnya lekat.

Zodiac's Series: The ChosenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang