Athena memimpin kelompok kecilnya menuju kediaman Hefaistos yang letaknya di sekitar Istana Olimpus. Meski demikian, tetap saja Hermes yang mengintai keadaan sebelum Athena melangkah kemudian.
“Athena, apa kau yakin kedatangan kita itu benar-benar baik-baik saja?” seru Hermes dengan kekhawatiran yang terpupuk dan kian lama menyesaki pikirannya. “Bahkan Zeus sengaja membuat ritual di Altar Bintang tadi seperti tidak pernah terjadi. Pun dengan kedatangan Ashley dan Aries. Namun, kau malah dengan terang-terangan menunjukkan eksistensi kita di hadapan rakyat Olimpus.”
Tidak ada keraguan dalam keteguhan Athena. Matanya tetap lurus memandang depan, memimpin jalannya penjelajahan. Ia mengabaikan pertentangan Hermes untuk saat ini.
“Hei, apa menurutmu ini benar?” tanya Ashley pada Aries yang berdiri di sampingnya. “Dengan tidak mengikuti perintah Zeus untuk menunjukkan keberadaan kita di Olimpus.”
Aries menggedikkan bahunya. “Aku tidak begitu mengerti. Di satu sisi, Zeus memang penguasa Olimpus dengan keotoriterannya yang luar biasa dan menyebabkan kita harus selalu patuh pada ucapannya. Namun, di sisi lain, Athena adalah penanggung jawab kita untuk saat ini. Mau tidak mau kita harus menuruti keduanya dan sekarang perintah Athena-lah yang harus diikuti. Aku lebih memercayai ide-ide kebijaksanaan Athena dibanding ide-ide kecaman Zeus.” Jawaban itu terlontar begitu saja dari mulutnya.
“Yah ... kalau kau tidak meragukan hal yang sedang kita lakukan saat ini ... aku lebih memercayaimu dibanding mereka,” kata Ashley.
Perjalanan mereka telah bermuara di sebuah bangunan yang di atasnya mengepulkan asap-asap kehitaman. Dari luar, beberapa Kiklops¹ berpakaian kotor tampak hilir-mudik kebingungan akan sesuatu. Hermes sengaja berdeham untuk memanggil mereka—baik ia maupun Athena tidak ingin tiba-tiba melengos masuk ke dalam sana, mengganggu pekerjaan Kiklops secara tidak sengaja, dan terkena tumpahan leburan besi panas tanpa perencanaan.
“Hei!” Athena memilih berteriak daripada berdeham kencang. “Kau, yang sedang bekerja di sana!”
Suara Athena membekukan gerak tubuh mereka. Dari dalam sana kini terlihat tiga Kiklops sedang menatap rombongan kecil Athena dengan tidak percaya. Merasa paham bahwa teriakan barusan adalah sebuah panggilan yang ditujukan pada mereka, keempat Kiklops itu saling pandang bergantian.
“Cepatlah kemari!” Lagi, ia berteriak. Dan sialnya kini justru ikut mengundang perhatian beberapa rakyat Olimpus yang sedang melintas.
Empat Kiklops itu terlihat berdebat tanpa suara, mungkin memutuskan siapa yang seharusnya mendatangi mandat Athena sebelumnya. Tanpa waktu lama, satu di antara mereka terlihat Kiklops lainnya dengan kesal. Ia pun berjalan ragu untuk menempati tempat di hadapan Athena.
“A-ada yang bisa saya bantu, Dewi Athena?” Satu mata yang berada di keningnya itu terlihat tak mampu menatap wajah Athena. Ia terus melempar pandangannya ke segala arah.
Athena tersenyum dengan niat menenangkan kegugupan Kiklops tersebut, lalu berkata, “Tolong panggilkan Hefaistos untuk kami. Ada yang ingin dibicarakan, secepatnya.”
Kiklops itu menganga, tetapi membungkam kembali mulutnya mengurungkan niatnya berbicara. “Baiklah, Dewi Athena, mohon ikuti saya.”
Athena memandang tiga orang di belakangnya satu per satu, mengangguk, dan melangkahkan kakinya tepat seperti langkah yang Kiklops itu pijak. Aries, Ashley, dan Hermes mengikuti tak lama kemudian.
Mereka memasuki wilayah kekuasaan Hefaistos, bangunan yang dipergunakan sebagai tempat tinggal dan juga tempat menempa barang-barang. Para Kiklops yang bekerja langsunh menghentikkan kegiatannya kala melihat Athena datang melewati mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zodiac's Series: The Chosen
Fantastik[Fantasy minor Adventure || 15+] Ophiuchus datang membalaskan dendam. Membunuh sepuluh utusan zodiak dari dua belas yang ditakdirkan. Motif yang terbilang abu membuat dewa-dewi Olimpus kelabakan mencari solusi, bahkan bagi Zeus sekalipun. Di sisi la...