3. Retak

186 4 0
                                    

Kami ini manusia. Sebijaksana dan sekuat menahan apapun, perasaan tidak puas pernah menguasai hati kami.
~Riyant

***

Pranggg!⁣

Dia melirikku dengan mata sipitnya tanpa bicara. Mengawasi tangan kananku mengambil cermin satu-satunya yang menjadi kepunyaanku, tak sengaja kujatuhkan. “Yahh, retak,” ujarku meratapi keadaan cermin biru itu.⁣

Dia menghela napas dalam, bosan dengan kecerobohanku yang berulang-ulang. Biasanya dia mengeluarkan kata-kata yang dia yakini sebagai senjata untuk menusukku. Sayang, kali ini dia hanya diam. Pernyataanku patah ketika gigi mungilnya menyembul.”Lagi-lagi, makanya jangan diletakkan di dekat jendela.”⁣

Aku mengangguk mengiyakan nasihat manisnya, terlalu malas aku mendengarnya. Tapi terlalu sayang untuk diabaikan. Manusia tetaplah manusia.⁣

Aku menyimpan kaca itu di tempat yang lebih aman, meja nakas di samping tempat tidur. ⁣

“Aku ceroboh sekali. Tapi walaupun aku tidak merusaknya, sama saja suatu saat juga bakal rusak. Entah itu karena kecerobohan yang tak kusengaja di masa mendatang ataupun jatuh karena terhempas angin. Memangnya ada hal di dunia yang bertahan hingga akhir? Kesempurnaan dan keabadian hanya milik Tuhan. Tapi seharusnya aku juga lebih hati-hati, sih. Barang yang retak tidak akan bisa sama seperti dahulu bermula.”⁣

Manusia tetaplah manusia, selalu merasa tidak puas dan terus berusaha mengejar kesempurnaan. Sayangnya, di dunia ini banyak hal yang tidak bisa dicapai seutuhnya. Retak, akan tetap datang di akhir masanya. Kita hanya bersiap diri menerima, yang retak tidak bisa dipulihkan seperti bagaimana ia bermula.

Episode RamadhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang